HADITS-HADITS YANG MENERANGKAN KEUTAMAAN SURAT AL-IKHLAS
ŰšِŰłْÙ
ِ ۧÙÙÙِ ۧÙ۱َّŰْÙ
َÙِ ۧÙ۱َّŰِÙْÙ
ِ
ÙُÙْ ÙُÙَ ۧÙÙَّÙُ ŰŁَŰَŰŻٌ {1} ۧÙÙَّÙُ ۧÙŰ”َّÙ
َŰŻُ {2} ÙَÙ
ْ ÙَÙِŰŻْ ÙَÙَÙ
ْ ÙُÙÙَŰŻْ {3} ÙَÙَÙ
ْ ÙَÙُÙ ÙَّÙُ ÙُÙُÙًۧ ŰŁَŰَŰŻٌ {4}
Katakanlah : Dialah Allah, Yang Maha Esa. (1)
Allah adalah Tuhan yang bergantung kepadaNya segala sesuatu. (2)
Dia tiada beranak dan tiada pula diperanakkan, (3)
dan tidak ada seorang pun yang setara dengan Dia (4).
Sebagaimana sudah dijelaskan pada tafsir terdahulu
KEUTAMAAN SURAT AL IKHLASH SECARA UMUM
1. Hadits A’isyah Radhiyallahu ‘anha, beliau berkata:
ŰŁَÙَّ ۧÙÙَّŰšِÙَّ ŰšَŰčَŰ«َ ۱َŰŹُÙًۧ ŰčَÙَÙ Űłَ۱ِÙَّŰ©ٍ، ÙَÙَۧÙَ ÙَÙْ۱َŰŁُ
ÙŰŁَŰ”ْŰَِۧۚÙِ ÙِÙ Ű”َÙَۧŰȘِÙِ، ÙَÙَŰźْŰȘِÙ
ُ ŰšِÙ ÙُÙْ ÙُÙَ ۧÙÙÙُ ŰŁَŰَŰŻٌ،
ÙَÙَÙ
َّۧ ۱َŰŹَŰčُÙۧ، Ű°َÙَ۱ُÙۧ Ű°َÙِÙَ ÙِÙÙَّŰšِÙِّ ، ÙَÙَۧÙَ: ((ŰłَÙُÙْÙُ،
ÙŰŁَÙِّ ŰŽَÙْŰĄٍ ÙَŰ”ْÙَŰčُ Ű°َÙِÙَ؟))، ÙَŰłَŰŁَÙُÙْÙُ، ÙَÙَۧÙَ: ÙŰŁَÙَّÙَۧ
Ű”ِÙَŰ©ُ ۧÙ۱َّŰْÙ
َÙِ، ÙَŰŁَÙَۧ ŰŁُŰِŰšُّ ŰŁَÙْ ŰŁَÙْ۱َŰŁَ ŰšِÙَۧ، ÙَÙَۧÙَ
ۧÙÙَّŰšِÙُّ : ((ŰŁَŰźْŰšِ۱ُÙْÙُ ŰŁَÙَّ ۧÙÙÙَ ÙُŰِŰšُّÙُ)).
“Sesungguhnya Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam mengutus seseorang
kepada sekelompok pasukan, dan ketika orang itu mengimami yang lainnya
di dalam shalatnya, ia membaca, dan mengakhiri (bacaannya) dengan ÙُÙْ
ÙُÙَ ۧÙÙÙُ ŰŁَŰَŰŻٌ, maka tatkala mereka kembali pulang, mereka
menceritakan hal itu kepada Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam,
lalu beliau pun bersabda: “Tanyalah ia, mengapa ia berbuat demikian?”
Lalu mereka bertanya kepadanya. Ia pun menjawab: “Karena surat ini
(mengandung) sifat ar Rahman, dan aku mencintai untuk membaca surat
ini,” lalu Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: “Beritahu dia,
sesungguhnya Allah pun mencintainya”.[1]
2. Hadits Anas bin Malik Radhiyallahu ‘anhu, beliau berkata :
ÙَۧÙَ ۱َŰŹُÙٌ Ù
ِÙَ ۧÙŰŁَÙْŰ”َۧ۱ِ ÙَŰ€ُÙ
ُّÙُÙ
ْ ÙِÙ Ù
َŰłْŰŹِŰŻِ ÙُŰšَۧۥٍ،
ÙَÙَۧÙَ ÙُÙَّÙ
َۧ ِۧÙْŰȘَŰȘَŰَ ŰłُÙْ۱َŰ©ً ÙَÙْ۱َŰŁُ ŰšِÙَۧ ÙَÙُÙ
ْ ÙِÙ
ۧÙŰ”َّÙَۧŰ©ِ Ù
ِÙ
َّۧ ÙَÙْ۱َŰŁُ ŰšِÙِ، ِۧÙْŰȘَŰȘَŰَ ÙُÙْ ÙُÙَ ۧÙÙÙُ ŰŁَŰَŰŻٌ،
ŰَŰȘَّÙ ÙَÙْ۱َŰșَ Ù
ِÙْÙَۧ. Ű«ُÙ
َّ ÙَÙْ۱َŰŁُ ŰłُÙْ۱َŰ©ً ŰŁُŰźْ۱َÙ Ù
َŰčَÙَۧ،
ÙَÙَۧÙَ ÙَŰ”ْÙَŰčُ Ű°َÙِÙَ ÙِÙ ÙُÙِّ ۱َÙْŰčَŰ©ٍ. ÙَÙَÙَّÙ
َÙُ ŰŁَŰ”ْŰَُۧۚÙُ،
ÙَÙَۧÙُÙۧ: Ű„ِÙَّÙَ ŰȘَÙْŰȘَŰȘِŰُ ŰšِÙَŰ°ِÙِ ۧÙŰłُّÙْ۱َŰ©ِ، Ű«ُÙ
َّ Ùَۧ ŰȘَ۱َÙ
ŰŁَÙَّÙَۧ ŰȘُŰŹْŰČِŰŠُÙَ ŰَŰȘَّÙ ŰȘَÙْ۱َŰŁَ ŰšِŰŁُŰźْ۱َÙ، ÙَŰ„ِÙ
َّۧ ŰȘَÙْ۱َŰŁُ ŰšِÙَۧ،
ÙَŰ„ِÙ
َّۧ ŰŁَÙْ ŰȘَŰŻَŰčَÙَۧ ÙَŰȘَÙْ۱َŰŁَ ŰšِŰŁُŰźْ۱َÙ. ÙَÙَۧÙَ: Ù
َۧ ŰŁَÙَۧ
ŰšِŰȘَۧ۱ِÙِÙَۧ، Ű„ِÙْ ŰŁَŰْŰšَŰšْŰȘُÙ
ْ ŰŁَÙْ ŰŁَŰ€ُÙ
َّÙُÙ
ْ ŰšِŰ°َÙِÙَ ÙَŰčَÙْŰȘُ،
ÙَŰ„ِÙْ Ùَ۱ِÙْŰȘُÙ
ْ ŰȘَ۱َÙْŰȘُÙُÙ
ْ. ÙَÙَۧÙُÙۧ Ùَ۱َÙْÙَ ŰŁَÙَّÙُ Ù
ِÙْ
ŰŁَÙْ۶َÙِÙِÙ
ْ، ÙَÙَ۱ِÙُÙۧ ŰŁَÙْ ÙَŰ€ُÙ
َّÙُÙ
ْ ŰșَÙْ۱ُÙُ. ÙَÙَÙ
َّۧ ŰŁَŰȘَۧÙُÙ
ْ
ۧÙÙَّŰšِÙُّ n ŰŁَŰźْŰšَ۱ُÙْÙُ ۧÙŰźَŰšَ۱َ، ÙَÙَۧÙَ: ((Ùَۧ ÙُÙَۧÙُ، Ù
َۧ
ÙَÙ
ْÙَŰčُÙَ ŰŁَÙْ ŰȘَÙْŰčَÙَ Ù
َۧ ÙَŰŁْÙ
ُ۱ُÙَ ŰšِÙِ ŰŁَŰ”ْŰَُۧۚÙَ؟ ÙَÙ
َۧ
ÙَŰْÙ
ِÙُÙَ ŰčَÙَÙ ÙُŰČُÙْÙ
ِ ÙَŰ°ِÙِ ۧÙŰłُّÙْ۱َŰ©ِ ÙِÙ ÙُÙِّ ۱َÙْŰčَŰ©ٍ؟))
ÙَÙَۧÙَ: Ű„ِÙِّÙ ŰŁُŰِŰšُّÙَۧ، ÙَÙَۧÙَ: ((ŰُŰšُّÙَ Ű„ِÙَّۧÙَۧ ŰŁَŰŻْŰźَÙَÙَ
ۧÙْŰŹَÙÙَّŰ©َ)).
“Seseorang (sahabat) dari al Anshar mengimami (shalat) mereka (para
shahabat lainnya) di Masjid Quba. Setiap ia membuka bacaan (di dalam
shalatnya), ia membaca sebuah surat dari surat-surat (lainnya) yang ia
(selalu) membacanya. Ia membuka bacaan surat di dalam shalatnya dengan
ÙُÙْ ÙُÙَ ۧÙÙÙُ ŰŁَŰَŰŻٌ, sampai ia selesai membacanya, kemudian ia
lanjutkan dengan membaca surat lainnya bersamanya. Ia pun melakukan hal
demikan itu di setiap raka’at (shalat)nya. (Akhirnya) para sahabat
lainnya berbicara kepadanya, mereka berkata: “Sesungguhnya engkau
membuka bacaanmu dengan surat ini, kemudian engkau tidak menganggap hal
itu telah cukup bagimu sampai (engkau pun) membaca surat lainnya. Maka,
(jika engkau ingin membacanya) bacalah surat itu (saja), atau engkau
tidak membacanya dan engkau (hanya boleh) membaca surat lainnya”. Ia
berkata: “Aku tidak akan meninggalkannya. Jika kalian suka untuk aku
imami kalian dengannya, maka aku lakukan. Namun, jika kalian tidak suka,
aku tinggalkan kalian,” dan mereka telah menganggapnya orang yang
paling utama di antara mereka, sehingga mereka pun tidak suka jika yang
mengimami (shalat) mereka adalah orang selainnya. Sehingga tatkala Nabi
Shallallahu ‘alaihi wa sallam mendatangi mereka, maka mereka pun
menceritakan kabar (tentang itu), lalu ia (Nabi) bersabda: “Wahai fulan,
apa yang menghalangimu untuk melakukan sesuatu yang telah diperintahkan
para sahabatmu? Dan apa pula yang membuatmu selalu membaca surat ini di
setiap raka’at (shalat)?” Dia menjawab,”Sesungguhnya aku mencintai
surat ini,” lalu Rasulullah n bersabda: “Cintamu kepadanya memasukkanmu
ke dalam surga”.[2]
HADITS YANG MENJELASKAN SURAT AL IKHLASH SEBANDING DENGAN SEPERTIGA AL QUR`AN
1. Hadits Abu Sa’id al Khudri Radhiyallahu ‘anhu, ia berkata:
ŰŁَÙَّ ۱َŰŹُÙًۧ ŰłَÙ
ِŰčَ ۱َŰŹُÙًۧ ÙَÙْ۱َŰŁُ: ÙُÙْ ÙُÙَ ۧÙÙÙُ ŰŁَŰَŰŻٌ
Ùُ۱َŰŻِّŰŻُÙَۧ، ÙَÙَÙ
َّۧ ŰŁَŰ”ْŰšَŰَ ŰŹَۧۥَ Ű„ِÙَÙ Ű±َŰłُÙْÙِ ۧÙÙÙِ ، ÙَŰ°َÙَ۱َ
Ű°َÙِÙَ ÙَÙُ، ÙَÙَŰŁَÙَّ ۧÙ۱َّŰŹُÙَ ÙَŰȘَÙَۧÙُّÙَۧ، ÙَÙَۧÙَ ۱َŰłُÙْÙُ ۧÙÙÙِ :
((ÙَۧÙَّŰ°ِÙْ ÙَÙْŰłِÙْ ŰšِÙَŰŻِÙِ، Ű„ِÙَّÙَۧ ÙَŰȘَŰčْŰŻِÙُ Ű«ُÙُŰ«َ ۧÙÙُ۱ْŰąÙِ.
“Sesungguhnya seseorang mendengar orang lain membaca ÙُÙْ ÙُÙَ ۧÙÙÙُ
ŰŁَŰَŰŻٌ dengan mengulang-ulangnya, maka tatkala pagi harinya, ia
mendatangi Rasulullah n dan menceritakan hal itu kepadanya, dan
seolah-olah orang itu menganggap remeh surat itu, maka bersabdalah
Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam : “Demi Dzat yang jiwaku berada
di tanganNya, sesungguhnya surat itu sebanding dengan sepertiga al
Qur`an”.[3]
2. Hadits Abu Sa’id al Khudri Radhiyallahu ‘anhu pula, ia berkata:
ÙَۧÙَ ۧÙÙَّŰšِÙُّ ÙŰŁَŰ”ْŰَِۧۚÙِ: ((ŰŁَÙُÙŰčْŰŹِŰČُ ŰŁَŰَŰŻُÙُÙ
ْ ŰŁَÙْ
ÙَÙْ۱َŰŁَ Ű«ُÙُŰ«َ ۧÙÙُ۱ْŰąÙِ ÙِÙ ÙَÙْÙَŰ©ٍ))، ÙَÙŰŽَÙَّ Ű°َÙِÙَ ŰčَÙَÙْÙِÙ
ْ،
ÙَÙَۧÙُÙۧ: ŰŁَÙُّÙÙَۧ ÙُŰ·ِÙْÙُ Ű°َÙِÙَ Ùَۧ ۱َŰłُÙْÙَ ۧÙÙÙِ؟ ÙَÙَۧÙَ:
((ۧÙÙÙُ ۧÙÙَۧŰِŰŻُ ۧÙŰ”َّÙ
َŰŻُ، Ű«ُÙُŰ«ُ ۧÙÙُ۱ْŰąÙِ)).
“Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam berkata kepada para sahabatnya:
“Apakah seseorang dari kalian tidak mampu membaca sepertiga al Qur`an
dalam satu malam (saja)?” Hal itu membuat mereka keberatan, (sehingga)
mereka pun berkata: “Siapa di antara kami yang mampu melalukan hal itu,
wahai Rasulullah?” Lalu Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
“Allahul Wahidush Shamad (surat al Ikhlash, Red), (adalah) sepertiga al
Qur`an”.[4]
3. Hadits Abu ad Darda` Radhiyallahu ‘anhu, ia berkata:
ŰčَÙِ ۧÙÙَّŰšِÙِّ ÙَۧÙَ: ((ŰŁَÙَÙŰčْŰŹِŰČُ ŰŁَŰَŰŻُÙُÙ
ْ ŰŁَÙْ ÙَÙْ۱َŰŁَ ÙِÙ
ÙَÙْÙَŰ©ٍ Ű«ُÙُŰ«َ ۧÙÙُ۱ْŰąÙِ؟))، ÙَۧÙُÙْۧ: ÙَÙَÙْÙَ ÙَÙْ۱َŰŁُ Ű«ُÙُŰ«َ
ۧÙÙُ۱ْŰąÙِ؟ ÙَۧÙَ: ((ÙُÙْ ÙُÙَ ۧÙÙÙُ ŰŁَŰَŰŻٌ ŰȘَŰčْŰŻِÙُ Ű«ُÙُŰ«َ ۧÙÙُ۱ْŰąÙِ)).
“Dari Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam, ia bersabda: “Apakah
seseorang dari kalian tidak mampu membaca dalam satu malam (saja)
sepertiga al Qur`an?” Mereka pun berkata: “Dan siapa (di antara kami)
yang mampu membaca sepertiga al Qur`an (dalam satu malam, Red)?”
Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: “ÙُÙْ ÙُÙَ ۧÙÙÙُ
ŰŁَŰَŰŻٌ sebanding dengan sepertiga al Qur`an.”[5]
4. Hadits Abu Hurairah Radhiyallahu ‘anhu, ia berkata:
ÙَۧÙَ ۱َŰłُÙْÙُ ۧÙÙÙِ : ((ِۧŰْŰŽِŰŻُÙْۧ ÙَŰ„ِÙِّÙ ŰłَŰŁَÙْ۱َŰŁُ ŰčَÙَÙْÙُÙ
ْ
Ű«ُÙُŰ«َ ۧÙÙُ۱ْŰąÙِ))، ÙَŰَŰŽَŰŻَ Ù
َÙْ ŰَŰŽَŰŻَ، Ű«ُÙ
َّ Űźَ۱َŰŹَ ÙَŰšِÙُّ ۧÙÙÙِ
ÙَÙَ۱َŰŁَ: ÙُÙْ ÙُÙَ ۧÙÙÙُ ŰŁَŰَŰŻٌ، Ű«ُÙ
َّ ŰŻَŰźَÙَ، ÙَÙَۧÙَ ŰšَŰčْ۶ُÙَۧ
ÙِŰšَŰčْ۶ٍ: Ű„ِÙِّÙ ŰŁَ۱َÙ ÙَŰ°َۧ ŰźَŰšَ۱ٌ ŰŹَۧۥَÙُ Ù
ِÙَ ۧÙŰłَّÙ
َۧۥِ، ÙَŰ°َۧÙَ
ۧÙَّŰ°ِÙ ŰŁَŰŻْŰźَÙَÙُ، Ű«ُÙ
َّ Űźَ۱َŰŹَ ÙَŰšِÙُّ ۧÙÙÙِ ÙَÙَۧÙَ: ((Ű„ِÙِّÙ ÙُÙْŰȘُ
ÙَÙُÙ
ْ ŰłَŰŁَÙْ۱َŰŁُ ŰčَÙَÙْÙُÙ
ْ Ű«ُÙُŰ«َ ۧÙÙُ۱ْŰąÙِ، ŰŁَÙَۧ Ű„ِÙَّÙَۧ ŰȘَŰčْŰŻِÙُ
Ű«ُÙُŰ«َ ۧÙÙُ۱ْŰąÙِ)).
“Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: “Berkumpullah
kalian, karena sesungguhnya aku akan membacakan kepada kalian sepertiga
al Qur`an,” maka berkumpullah orang yang berkumpul, kemudian Nabiyullah
Shallallahu ‘alaihi wa asllam keluar dan membaca ÙُÙْ ÙُÙَ ۧÙÙÙُ ŰŁَŰَŰŻٌ
(surat al Ikhlash, Red), kemudian beliau masuk (kembali). Maka sebagian
dari kami berkata kepada sebagian yang lain: “Sesungguhnya aku
menganggap hal ini kabar (yang datang) dari langit, maka itulah pula
yang membuat beliau masuk (kembali),” lalu Nabiyullah Shallallahu
‘alaihi wa sallam keluar dan bersabda: “Sesungguhnya aku telah berkata
kepada kalian akan membacakan sepertiga al Qur`an. Ketahuilah,
sesungguhnya surat itu sebanding dengan sepertiga al Qur`an”.[6]
Dan masih banyak lagi hadits-hadits lainnya yang semakna dengan
hadits-hadits yang telah disebutkan di atas, seperti hadits Abu Ayyub al
Anshari Radhiyallahu ‘anhu[7],
Abu Mas’ud al Anshari Radhiyallahu ‘anhu
[8], dan lain-lain.[9]
MEMBACA SURAT AL IKHLASH DAPAT MENJADI PENYEBAB MASUK SURGA
1. Hadits Abu Hurairah Radhiyallahu ‘anhu, ia berkata:
ŰŁَÙْŰšَÙْŰȘُ Ù
َŰčَ ۱َŰłُÙْÙِ ۧÙÙÙِ ، ÙَŰłَÙ
ِŰčَ ۱َŰŹُÙًۧ ÙَÙْ۱َŰŁُ ÙُÙْ ÙُÙَ
ۧÙÙÙُ ŰŁَŰَŰŻٌ. ۧÙÙÙُ ۧÙŰ”َّÙ
َŰŻُ، ÙَÙَۧÙَ ۱َŰłُÙْÙُ ۧÙÙÙِ : ((ÙَŰŹَŰšَŰȘْ))،
ÙُÙْŰȘُ: ÙَÙ
َۧ ÙَŰŹَŰšَŰȘْ؟ ÙَۧÙَ: ((ۧÙŰŹَÙÙَّŰ©ُ)).
“Aku datang bersama Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam, lalu beliau mendengar seseorang membaca:
ÙُÙْ ÙُÙَ ۧÙÙÙُ ŰŁَŰَŰŻٌ. ۧÙÙÙُ ۧÙŰ”َّÙ
َŰŻُ
Maka Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: “Telah
wajib,” aku bertanya: “Apa yang wajib?” Beliau bersabda, “(Telah wajib
baginya) surga.”[10]
SURAT AL IKHLASH -DENGAN IZIN ALLAH MELINDUNGI ORANG YANG MEMBACANYA, JIKA DIBACA BERSAMA SURAT AL FALAQ DAN AN NAAS
1. Hadits Uqbah bin ‘Amir al Juhani Radhiyallahu ‘anhu, beliau berkata:
ŰšَÙْÙَۧ ŰŁَÙَۧ ŰŁَÙُÙْŰŻُ Űšِ۱َŰłُÙْÙِ ۧÙÙÙِ ۱َۧŰِÙَŰȘَÙُ ÙِÙ ŰșَŰČْÙَŰ©ٍ،
Ű„ِŰ°ْ ÙَۧÙَ: ((Ùَۧ ŰčُÙْŰšَŰ©ُ، ÙُÙْ!))، Ùَۧ۳ْŰȘَÙ
َŰčْŰȘُ، Ű«ُÙ
َّ ÙَۧÙَ: ((Ùَۧ
ŰčُÙْŰšَŰ©ُ، ÙُÙْ!))، Ùَۧ۳ْŰȘَÙ
َŰčْŰȘُ، ÙَÙَۧÙَÙَۧ ۧÙŰ«َّۧÙِŰ«َŰ©َ، ÙَÙُÙْŰȘُ: Ù
َۧ
ŰŁَÙُÙْÙُ؟ ÙَÙَۧÙَ: ÙُÙْ ÙُÙَ ۧÙÙÙُ ŰŁَŰَŰŻٌ ÙَÙَ۱َŰŁَ ۧÙŰłُّÙْ۱َŰ©َ ŰَŰȘَّÙ
ŰźَŰȘَÙ
َÙَۧ، Ű«ُÙ
َّ Ùَ۱َŰŁَ ÙُÙْ ŰŁَŰčُÙْŰ°ُ Űšِ۱َŰšِّ ۧÙÙَÙَÙِ، ÙَÙَ۱َŰŁْŰȘُ
Ù
َŰčَÙُ ŰَŰȘَّÙ ŰźَŰȘَÙ
َÙَۧ، Ű«ُÙ
َّ Ùَ۱َŰŁَ ÙُÙْ ŰŁَŰčُÙْŰ°ُ Űšِ۱َŰšِّ ۧÙÙَّۧ۳ِ،
ÙَÙَ۱َŰŁْŰȘُ Ù
َŰčَÙُ ŰَŰȘَّÙ ŰźَŰȘَÙ
َÙَۧ، Ű«ُÙ
َّ ÙَۧÙَ: ((Ù
َۧ ŰȘَŰčَÙَّŰ°َ
ŰšِÙ
ِŰ«ْÙِÙِÙَّ ŰŁَŰَŰŻٌ)).
“Tatkala aku menuntun kendaraan Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa
sallam dalam sebuah peperangan, tiba-tiba beliau berkata: “Wahai Uqbah,
katakana,” aku pun mendengarkan, kemudian beliau berkata (lagi): “Wahai
Uqbah, katakana,” aku pun mendengarkan. Dan beliau mengatakannya sampai
tiga kali, lalu aku bertanya: “Apa yang aku katakan?” Beliau pun
bersabda: “Katakan ÙُÙْ ÙُÙَ ۧÙÙÙُ ŰŁَŰَŰŻٌ”, lalu beliau membacanya
sampai selesai. Kemudian beliau membaca ÙُÙْ ŰŁَŰčُÙْŰ°ُ Űšِ۱َŰšِّۧÙÙَÙَÙِ,
aku pun membacanya bersamanya hingga selesai. Kemudian beliau membaca
ÙُÙْ ŰŁَŰčُÙْŰ°ُ Űšِ۱َŰšِّ ۧÙÙَّۧ۳ِ, aku pun membacanya bersamanya hingga
selesai. Kemudian beliau bersabda: “Tidak ada seorang pun yang
berlindung (dari segala keburukan) seperti orang orang yang berlindung
dengannya (tiga surat) tersebut”.[11]
KEUTAMAAN SURAT AL IKHLASH, JIKA DIBACA BERSAMA SURAT AL FALAQ DAN AN NAAS KETIKA SESEORANG HENDAK TIDUR
1. Hadits A’isyah Radhiyallahu ‘anha, beliau berkata:
ŰŁَÙَّ ۧÙÙَّŰšِÙَّ ÙَۧÙَ Ű„ِŰ°َۧ ŰŁَÙَÙ Ű„ِÙَÙ Ùِ۱َۧێِÙِ ÙُÙَّ ÙَÙْÙَŰ©ٍ
ŰŹَÙ
َŰčَ ÙَÙَّÙْÙِ، Ű«ُÙ
َّ ÙَÙَŰ«َ ÙِÙْÙِÙ
َۧ، ÙَÙَ۱َŰŁَ ÙِÙْÙِÙ
َۧ ÙُÙْ ÙُÙَ
ۧÙÙÙُ ŰŁَŰَŰŻٌ، Ùَ ÙُÙْ ŰŁَŰčُÙْŰ°ُ Űšِ۱َŰšِّ ۧÙÙَÙَÙِ، Ùَ ÙُÙْ ŰŁَŰčُÙْŰ°ُ
Űšِ۱َŰšِّ ۧÙÙÙَّۧ۳ِ، Ű«ُÙ
َّ ÙَÙ
ْŰłَŰُ ŰšِÙِÙ
َۧ Ù
َۧ ۧ۳ْŰȘَŰ·َۧŰčَ Ù
ِÙْ ŰŹَŰłَŰŻِÙِ،
ÙَŰšْŰŻَŰŁُ ŰšِÙِÙ
َۧ ŰčَÙَÙ Ű±َŰŁْŰłِÙِ ÙَÙَŰŹْÙِÙِ ÙَÙ
َۧ ŰŁَÙْŰšَÙَ Ù
ِÙْ ŰŹَŰłَŰŻِÙِ،
ÙَÙْŰčَÙُ Ű°َÙِÙَ Ű«َÙَۧŰ«َ Ù
َ۱َّۧŰȘٍ.
Sesungguhnya apabila Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam ingin
merebahkan tubuhnya (tidur) di tempat tidurnya setiap malam, beliau
mengumpulkan ke dua telapak tangannya, kemudian beliau sedikit meludah
padanya sambil membaca surat “Qul Huwallahu Ahad” dan “Qul A’udzu bi
Rabbin Naas” dan “Qul A’udzu bi Rabbil Falaq,” kemudian (setelah itu)
beliau mengusapkan ke dua telapak tangannya ke seluruh tubuhnya yang
dapat beliau jangkau. Beliau memulainya dari kepalanya, wajahnya, dan
bagian depan tubuhnya. Beliau melakukannya sebanyak tiga kali.[12]
ORANG YANG BERDOA DENGAN MAKNA SURAT AL IKHLASH INI, IA AKAN DIAMPUNI DOSA-DOSANYA DENGAN IZIN ALLAH
1. Hadits Mihjan bin al Adru’ Radhiyallahu ‘anhu, beliau berkata:
ŰŁَÙَّ ۱َŰłُÙْÙَ ۧÙÙÙِ ŰŻَŰźَÙَ ۧÙÙ
َŰłْŰŹِŰŻَ، Ű„ِŰ°َۧ ۱َŰŹُÙٌ ÙَŰŻْ Ùَ۶َÙ
Ű”َÙَۧŰȘَÙُ ÙَÙُÙَ ÙَŰȘَŰŽَÙَّŰŻُ، ÙَÙَۧÙَ: َۧÙÙَّÙُÙ
َّ Ű„ِÙِّÙ ŰŁَŰłْŰŁَÙُÙَ Ùَۧ
َۧÙÙÙُ ŰšِŰŁَÙَّÙَ ۧÙÙَۧŰِŰŻُ ۧÙŰŁَŰَŰŻُ ۧÙŰ”َّÙ
َŰŻُ ۧÙَّŰ°ِÙ ÙَÙ
ْ ÙَÙِŰŻْ
ÙَÙَÙ
ْ ÙُÙْÙَŰŻْ ÙَÙَÙ
ْ ÙَÙُÙْ ÙَÙُ ÙُÙُÙًۧ ŰŁَŰَŰŻٌ، ŰŁَÙْ ŰȘَŰșْÙِ۱َ ÙِÙ
Ű°ُÙُÙْŰšِÙ، Ű„ِÙَّÙَ ŰŁَÙْŰȘَ ۧÙŰșَÙُÙْ۱ُ ۧÙ۱َّŰِÙْÙ
ُ، ÙَÙَۧÙَ ۱َŰłُÙْÙُ ۧÙÙÙِ
: ((ÙَŰŻْ ŰșُÙِ۱َ ÙَÙُ))، Ű«َÙًَۧ۫ۧ.
Sesungguhnya Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam masuk ke dalam
masjid, tiba-tiba (ada) seseorang yang telah selesai dari shalatnya, dan
ia sedang bertasyahhud, lalu ia berkata: “Ya Allah, sesungguhnya aku
meminta (kepadaMu) bahwa sesungguhnya Engkau (adalah) Yang Maha Esa,
Yang bergantung (kepadaMu) segala sesuatu, Yang tidak beranak dan tidak
pula diperanakkan, dan tidak ada seorang pun yang setara denganNya,
ampunilah dosa-dosaku, (karena) sesungguhnya Engkau Maha Pengampun lagi
Maha Penyayang,” kemudian Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam
bersabda: “Sungguh ia telah diampuni (dosa-dosanya),” beliau
mengatakannya sebanyak tiga kali.[13]
2. Hadits Buraidah bin al Hushaib al Aslami Radhiyallahu ‘anhu, beliau berkata:
ŰŁَÙَّ ۱َŰłُÙْÙَ ۧÙÙÙِ ŰłَÙ
ِŰčَ ۱َŰŹُÙًۧ ÙَÙُÙْÙُ: َۧÙÙَّÙُÙ
َّ Ű„ِÙِّÙ
ŰŁَŰłْŰŁَÙُÙَ ŰŁَÙِّÙ ŰŁَŰŽْÙَŰŻُ ŰŁَÙَّÙَ ŰŁَÙْŰȘَ ۧÙÙÙُ Ùَۧ Ű„ِÙَÙَ Ű„ِÙَّۧ ŰŁَÙْŰȘَ
ۧÙŰŁَŰَŰŻُ ۧÙŰ”َّÙ
َŰŻُ ۧÙَّŰ°ِÙْ ÙَÙ
ْ ÙَÙِŰŻْ ÙَÙَÙ
ْ ÙُÙْÙَŰŻْ ÙَÙَÙ
ْ ÙَÙُÙْ
ÙَÙُ ÙُÙُÙًۧ ŰŁَŰَŰŻٌ، ÙَÙَۧÙَ: ((ÙَÙَŰŻْ ŰłَŰŁَÙْŰȘَ ۧÙÙÙَ ŰšِۧÙِۧŰłْÙ
ِ ۧÙَّŰ°ِÙ
Ű„ِŰ°َۧ ŰłُŰŠِÙَ ŰšِÙِ ŰŁَŰčْŰ·َÙ، ÙَŰ„ِŰ°َۧ ŰŻُŰčِÙَ ŰšِÙِ ŰŁَŰŹََۧۚ)).
“Sesungguhnya Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam mendengar
seseorang berkata: “Ya Allah, sesungguhnya aku meminta kepadaMu, bahwa
diriku bersaksi sesungguhnya Engkau (adalah) Allah yang tidak ada ilah
yang haq disembah kecuali Engkau Yang Maha Esa, Yang bergantung
(kepadaMu) segala sesuatu, Yang tidak beranak dan tidak pula
diperanakkan, dan tidak ada seorang pun yang setara denganNya,” kemudian
Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: “Sungguh dirimu
telah meminta kepada Allah dengan namaNya, yang jika Ia dimintai
dengannya (pasti akan) memberi, dan jika Ia diseru dengannya, (pasti
akan) mengabulkannya”.[14]
Demikian sebagian hadits-hadits shahih yang menerangkan
keutamaan-keutamaan surat al Ikhlash yang mulia ini. Dan masih banyak
hadits-hadits lainnya yang menerangkan keutamaan-keutamaan surat ini,
namun kebanyakan dha’if (lemah), atau bahkan maudhu’ (palsu). Sehingga,
cukuplah bagi kita hadits-hadits yang shahih saja tanpa hadits-hadits
yang dha’if, terlebih lagi yang maudhu’.
Billahit taufiq.
[Disalin dari majalah As-Sunnah Edisi 06/Tahun X/1427H/2006M.
Diterbitkan Yayasan Lajnah Istiqomah Surakarta, Jl. Solo – Purwodadi
Km.8 Selokaton Gondangrejo Solo 57183 Telp. 0271-761016]
________
Tanda Kaki.
[1]. HR al Bukhari, 6/2686 no. 6940; Muslim, 1/557 no. 813; dan lain-lain.
[2]. HR al Bukhari, 1/268 no. 741; at Tirmidzi, 5/169 no. 2901; Ahmad, 3/141 no. 12455; dan lain-lain.
[3]. HR al Bukhari, 4/1915 no. 4726, 6/2449 no. 6267, 6/2685 no. 6939;
Abu Dawud, 2/72 no. 1461; an Nasaa-i, 2/171 no. 995; dan lain-lain.
[4]. HR al Bukhari, 4/1916 no. 4727.
[5]. HR Muslim, 1/556, no. 811; Ahmad, 6/442, no. 27535; dan lain-lain.
[6]. HR Muslim, 1/557, no. 812; at Tirmidzi, 5/168 no. 2900; dan lain-lain.
[7]. HR at Tirmidzi, 5/167 no. 2896; an Nasaa-i, 2/171 no. 996; Ahmad,
5/418 no. 23593; dan lain-lain. Hadits ini dishahihkan oleh Syaikh al
Albani di dalam Shahih al Jami’, 2663 dan Shahih at Targhib wa at
Tarhib, 2/197 no. 1481.
[8]. HR Ahmad, 4/122 no. 17147; dan lain-lain. Hadits ini dishahihkan oleh Syaikh al Albani di dalam Shahih al Jami’, 4404.
[9]. Lihat Tafsir al Qur`an al ‘Azhim, 8/520-523.
[10]. HR at Tirmidzi, 5/167 no. 2897; an Nasaa-i, 2/171 no. 994; dan
lain-lain. Hadits ini dishahihkan oleh Syaikh al Albani di dalam Shahih
at Tirmidzi, Shahih an Nasaa-i, Shahih at Targhib wa at Tarhib
(2/196 no. 1478), dan kitab-kitab beliau lainnya. Lihat pula hadits Anas
bin Malik Radhiyallahu ‘anhu pada sub judul Keutamaan Surat al Ikhlash
Secara Umum.
[11]. HR an Nasaa-i, 8/251 no. 5430-5431; dan lain-lain. Hadits ini
dishahihkan oleh Syaikh al Albani di dalam Shahih an Nasaa-i.
[12]. HR al Bukhari, 4/1916 no. 4729; Abu Dawud, 4/313 no. 5056; dan lain-lain.
[13]. HR Abu Dawud, 1/259 no. 985; an Nasaa-i, 3/52 no. 1301; Ahmad,
4/338 no. 18995; dan lain-lain. Hadits ini dishahihkan oleh Syaikh al
Albani di dalam Shahih Abi Dawud dan Shahih an Nasaa-i. Lihat pula
Shifat Shalat Nabi, hlm. 186.
[14]. HR Abu Dawud, 2/79 no. 1493; at Tirmidzi, 5/515 no. 3475; Ibnu
Majah, 2/1267 no. 3857; Ahmad, 5/349 no. 23002, 5/350 no. 23015, 5/360
no. 23091; dan lain-lain. Hadits ini dishahihkan oleh Syaikh al Albani
di dalam Shahih Abi Dawud, Shahih at Tirmidzi, Shahih Ibnu Majah, Shahih
at Targhib wa at Tarhib (2/280 no. 1640).
[15]. Lihat Tafsir al Qur`an al ‘Azhim, 8/518-527; al Jami’ li Ahkam al Qur`an (20/227-232) dan ad Durr al Mantsur, 8/669-682.
Keseruan dan Keuntungan Berlimpah dari Bermain Slot Gacor Online
-
Keseruan dan Keuntungan Berlimpah dari Bermain Slot Gacor Online – Di era
dimana teknologi memudahkan segala aspek kehidupan, bermain judi slot kini
tak ...
1 year ago