Saturday, July 4, 2015

Munajat Kepada Allah Di Sepuluh Malam Terakhir.

Sahabat yang di rahmati Allah,

Marilah sama-sama kita berdoa dan munajat kepada Allah SWT di 10 malam terakhir Ramadhan ini. Untuk mencari dan menghayati Lailatul Qadar, malam yang penuh berkah dan lebih baik dari 1000 bulan.

"Ya Allah ya Rabb kami. Ampunkan semua dosa-dosa kami yang telah kami lakukan secara sengaja atau tidak secara sengaja. Yang kami ketahui dan yang tidak kami ketahui. 

Kami adalah hamba-hamba-Mu yang lemah dan dhaif yang sentiasa melakukan kesalahan dan dosa, sentiasa melangar peraturan dan suruhan -Mu, yang selalu leka dan lalai untuk melaksanakan tanggungjawab dan kewajipan terhadap-Mu. Jika kami bersalah ampunkanlah kami , maafkanlah kami sesungguhnya Engkaulah Maha Pengampun dan Maha Pemaaf.

Ya Allah, dibulan Ramadhan yang penuh berkat ini rahmat dan pengampunan-Mu amat luas sekali kepada hamba-hamba-Mu yang berpuasa. Ya Allah terimalah ibadah puasa kami. Berikanlah kami rahmat-Mu, pengampunan-Mu dan bebaskanlah kami daripada siksaan api Neraka.

Ya Allah pilihlah kami semua untuk memasuki Syurga-Mu melalui pintu Ar-Rayyan khusus untuk orang-orang berpuasa.Pintu Ar-Rayyan hanya Kau peruntukkan bagi orang-orang berpuasa, bukan untuk lainnya. Bila pintu tersebut sudah dimasuki oleh seluruh rombongan ahli puasa Ramadhan, maka tak ada lagi yang boleh masuk ke dalamnya. Sesungguhnya bila Kau telah pilih kami memasuki Syurga dengan rahmat-Mu sebenarnya kami telah berjaya. Tunaikan hajat dan permohonan kami ini ya Allah.

Ya Allah, jika Engkau telah mentakdirkan kami tergolong di dalam golongan orang-orang yang bahagia dan berjaya di hari akhirat, maka tetaplah kami di dalam keadaan itu. Sebaliknya jika Engkau telah tetapkan kami di dalam golongan orang-orang yang celaka dan berdosa, hapuskanlah takdir itu dan masukkanlah kami ke dalam golongan orang-orang yang mendapat kebahagiaan dan keampunan-Mu.

Ya Allah ya Rabb kami, Kau berilah sihat sejahtera kepada kami , jauhkan kami daripada mala petaka bencana dan penyakit. Jauhkan kami daripada siksa kubur, siksa Neraka, fitnah hidup ada mati, pilihlah kami dapat menyebut kalimah Laillahai llallah  di akhir hayat kami dan mendapat husnul khatimah, jadikanlah lubang-lubang kubur kami adalah daripada taman-taman Syurga.

Ya Allah, Kau redhailah segala ilmu yang bermanfaat yang kami perolehi di masjid, surau dan amal maya ini, Kau berilah Taufik dan Hidayah-Mu, Kau berilah kepada kami kefahaman yang mendalam tentang Islam, Kau berikanlah kekuatan pada kami untuk mengamalkannya dan kemampuan pula untuk menyampaikannya pada orang lain.

Ya Allah Kau jadikanlah kami sahabat-sahabat yang mulia di dunia walaupun kami bertemu di alam maya dan jadikanlah kami sahabat-sahabat di hari akhirat, kami mohon ketika itu kami semua dapat berteduh dibawah naungan-Mu. Ketika itu tidak ada naungan yang lain melainkan naungan daripada-Mu.

Ya Allah, Kau satukanlah hati-hati kami dengan ikatan persaudaraan Islam, Kau pertemukanlah kami di dunia dan pertemukanlah kami di hari akhirat bersama hamba-hamba-Mu yang Kau redhai.

Jadikanlah hati –hati kami bertemu dan berpisah semata-mata untuk mencari keredhaan-Mu. Jadikanlah kami batu-bata untuk membina bangunan Islam, pilihlah kami untuk menjadi para dai’e-Mu untuk melaksanakan amal maaruf dan nahi mungkar.

Ya Allah bersihkan aqidah kami daripada syirik kepada-Mu, sucikan hati-hati kami daripada sifat hasad dengki, riak, sombong, bongkak, takbur, iri hati dan sifat-sifat keji yang Kau benci , dan tanamkan di dalam hati-hati kami sifat iman, taqwa, sabar, syukur, lemah lembut dan jadikan hati-hati kami memiliki sifat mahmudah.

Ya Allah pertemukanlah kami di malam Lailatul Qadar, malam yang penuh berkah dan malam yang lebih baik daripada beribadah 1000 bulan.Kurniakan kepada kami rahmat dan kasih sayang-Mu sehingga hati kami merasi tenteram di malam itu. 

Berikanlah tanda-tandanya dengan rasa gembira di hati kami sehingga mengalir air mata kami bila bertemu dengan  Malaikat Jibril dan Malaikat Rahmat yang turun di malam itu. Doa kami, " Allahumma innaka ‘afuwwun tuhibbul ‘afwa fa’fu’anni maksudnya : "Ya Allah, Engkau Maha Pemaaf dan Engkau mencintai orang yang meminta maaf, kerananya maafkanlah aku."

Ya Allah ampunkan semua dosa-dosa kami, terimalah hajat dan permohonan kami yang sangat mengharapkan belas kasihan-Mu. Terimalah amal ibadah dan amal soleh kami yang kami lakukan semata-mata mencari keredhaan-Mu.

Kurniakan kami kebahagiaan di dunia dan kebahagiaan di hari akhirat dan jauhkan kami daripada seksaan api neraka. Aamiin Ya Rabbal 'Alamin.

Friday, July 3, 2015

Kelebihan Puasa Di Bulan Ramadan Melahirkan Takwa

Tafsir Surat Al Baqarah 183: “Berpuasa Hasilnya Adalah  Takwa”

Bulan Ramadan adalah bulan Al Quran. Semestinya di bulan Al Quran ini umat Islam hendaklah lebih bersemangat membaca serta merenungkan isi Al Qur’an Al Karim. Ya, perenungan isi Al Quran hendaknya mendapat menfaat yang besar dari aktiviti umat Islam di bulan yang mulia ini. Mengingat hanya dengan inilah umat Islam dapat mengembalikan peranan Al Qur’an sebagai pedoman hidup dan panduan menuju jalan yang benar.

ŰŽَهْ۱ُ ۱َمَ۶َŰ§Ù†َ Ű§Ù„َّŰ°ِي ŰŁُنْŰČِلَ فِيهِ Ű§Ù„ْقُ۱ْŰąÙ†ُ هُŰŻًى لِلنَّۧ۳ِ وَŰšَيِّنَۧŰȘٍ مِنَ Ű§Ù„ْهُŰŻَى وَŰ§Ù„ْفُ۱ْقَŰ§Ù†ِ

“Bulan Ramadan adalah bulan bulan diturunkannya Al Quran. Al Quran adalah petunjuk bagi manusia dan penjelasan-penjelasan mengenai petunjuk itu dan pembeda (antara yang hak dan yang bathil)” (Surah Al Baqarah ayat 185)

Usaha yang mulia ini boleh dimulai dari sebuah ayat yang sering dibacakan, dikumandangkan, bahkan dihafal oleh kaum muslimin, yaitu surat Al Baqarah ayat 183, yang membahas tentang ibadah puasa. Ayat yang mulia tersebut berbunyi:


يَۧ ŰŁَيُّهَۧ Ű§Ù„َّŰ°ِينَ ŰąÙ…َنُÙˆŰ§ كُŰȘِŰšَ Űčَلَيْكُمُ Ű§Ù„Ű”ِّيَŰ§Ù…ُ كَمَۧ كُŰȘِŰšَ Űčَلَى Ű§Ù„َّŰ°ِينَ مِنْ قَŰšْلِكُمْ لَŰčَلَّكُمْ ŰȘَŰȘَّقُونَ

“Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kalian agar kamu bertakwa” (Surah Al Baqarah ayat 183)

Ayat ini mengandung banyak pelajaran berharga berkaitan dengan ibadah puasa. Mari kita perhatikan hikmah yang mendalam dibalik ayat yang mulia ini.

يَۧ ŰŁَيُّهَۧ Ű§Ù„َّŰ°ِينَ ŰąÙ…َنُÙˆŰ§

“Wahai orang-orang yang beriman”

Dari lafaz ini diketahui bahawa ayat ini turun di Madinah (atau ayat Madaniyyah), sedangkan yang diawali dengan yaa ayyuhan naas, atau yaa bani adam, adalah ayat makkiyyah atau diturunkan di Makkah [Lihat Al Itqan Fi Ulumil Qur’an karya Imam As Suyuthi, 55]

Imam Ath Thabari menyatakan bahawa maksud ayat ini adalah : “Wahai orang-orang yang beriman kepada Allah dan Rasul-Nya, membenarkan keduanya dan mengikrarkan keimanan kepada keduanya”[Jami’ Al Bayan Fii Ta’wiil Al Qur’an, 3/409]

Ibnu Katsir menafsirkan ayat ini: “Firman Allah Ta’ala ini ditujukan kepada orang-orang yang beriman dari umat manusia dan ini merupakan perintah untuk melaksanakan ibadah puasa”[Tafsir Qur’an Al Azhim Libni Katsir, 1/497]

Dari ayat ini kita melihat dengan jelas adanya kaitan antara puasa dengan keimanan seseorang. Allah Ta’ala memerintahkan puasa kepada orang-orang yang memiliki iman, dengan demikian Allah Ta’ala pun hanya menerima puasa dari jiwa-jiwa yang terdapat iman di dalamnya. Dan puasa juga merupakan tanda kesempurnaan keimanan seseorang.

Lalu, apakah iman itu?

Iman secara bahasa ertinya percaya atau membenarkan. Sebagaimana dalam ayat Al Qur’an:

وَمَۧ ŰŁَنْŰȘَ ŰšِمُŰ€ْمِنٍ لَنَۧ وَلَوْ كُنَّۧ Ű”َۧۯِقِينَ

“Dan kamu sekali-kali tidak akan percaya kepada kami, sekalipun kami adalah orang-orang yang benar” (Surah Yusuf ayat 17)

Rasulullah Shallallahu ’Alaihi Wasallam menjelaskan makna iman dalam sebuah hadis:

Ű§Ù„Ű„ÙŠÙ…Ű§Ù† ŰŁÙ† ŰȘŰ€Ù…Ù† ŰšŰ§Ù„Ù„Ù‡ ÙˆÙ…Ù„Ű§ŰŠÙƒŰȘه وكŰȘŰšÙ‡ ÙˆŰ±ŰłÙ„Ù‡ ÙˆŰ§Ù„ÙŠÙˆÙ… Ű§Ù„ŰąŰźŰ± وŰȘŰ€Ù…Ù† ŰšŰ§Ù„Ù‚ŰŻŰ± ŰźÙŠŰ±Ù‡ ÙˆŰŽŰ±Ù‡

“Iman adalah engkau mengimani Allah, mengimani Malaikat-Nya, mengimani Kitab-kitab-Nya, mengimani para Rasul-Nya, mengimani hari kiamat, mengimani qadha' dan qadar, yang baik maupun yang buruk”[HR. Muslim no.102, 108]

Demikianlah enam Rukun Iman yang harus dimiliki oleh orang yang mengaku beriman. Maka orang enggan mempersembahkan ibadah kepada Allah semata, atau menyembah sesembahan lain selain Allah, perlu dipertanyakan kesempurnaan imannya. 

Orang yang enggan mengimana Muhammad adalah Rasulullah atau meninggalkan sunnahnya, mengada-adakan ibadah yang tidak beliau perintahkan, perlu dipertanyakan kesempurnaan imannya. Orang yang tidak percaya adanya Malaikat, tidak percaya datangnya kiamat, tidak percaya takdir, perlu dipertanyakan kesempurnaan imannya.
Namun jangan anda mengira bahwa iman itu sekedar percaya di dalam hati. 

Imam Asy Syafi’i menjelaskan:

ÙˆÙƒŰ§Ù† Ű§Ù„Ű„ŰŹÙ…Ű§Űč من Ű§Ù„Ű”Ű­Ű§ŰšŰ© ÙˆŰ§Ù„ŰȘۧۚŰčين من ŰšŰčŰŻÙ‡Ù… ممن ŰŁŰŻŰ±ÙƒÙ†Ű§Ù‡Ù… ŰŁÙ† Ű§Ù„Ű„ÙŠÙ…Ű§Ù† قول وŰčمل ÙˆÙ†ÙŠŰ© ، Ù„Ű§ ÙŠŰŹŰČŰŠ ÙˆŰ§Ű­ŰŻ من Ű§Ù„Ű«Ù„Ű§Ű«Ű© ŰšŰ§Ù„ŰąŰźŰ±

“Setahu saya, telah menjadi ijma para sahabat serta para tabi’in bahwa iman itu berupa perkataan, perbuatan, dan niat (perbuatan hati), jangan mengurangi salah satu pun dari tiga hal ini”[Syarh Ushul I’tiqad Ahlis Sunnah, 4/149]

Dengan demikian tidak dapat dibenarkan orang yang mengaku beriman namun enggan melaksanakan solat, enggan membayar zakat, dan amalan-amalan lahiriah lainnya. Atau wanita yang mengatakan “Walau saya tidak bertudung tutup aurat, yang penting hati saya berbersih dan ikhlas”. Jika imannya benar, tentu hati menjadi bersih dan ikhlas akan ditunjukkan juga secara lahiriah, yaitu memakai tudung dan baju yang menutup aurat dengan sempurna. Oleh kerana itu pula, puasa sebagai amalan lahiriah merupakan hasil daripada iman.

كُŰȘِŰšَ Űčَلَيْكُمُ Ű§Ù„Ű”ِّيَŰ§Ù…ُ

“Telah diwajibkan atas kamu berpuasa ”

Al Qurthubi menafsirkan ayat ini: “Sebagaimana Allah Ta’ala telah menyebutkan wajibnya qishash dan wasiat kepada orang-orang yang mukallaf pada ayat sebelumnya, Allah Ta’ala juga menyebutkan kewajiban puasa dan mewajibkannya kepada mereka. Tidak ada perselisihan pendapat mengenai wajibnya”[Al Jami’ Li Ahkam Al Qur’an, 2/272]

Namun ketahuilah, di awal perkembangan Islam, puasa belum diwajibkan melainkan hanya dianjurkan. Sebagaimana ditunjukkan oleh ayat:

فَمَنْ كَŰ§Ù†َ مِنْكُمْ مَ۱ِÙŠŰ¶ًۧ ŰŁَوْ Űčَلَى Űłَفَ۱ٍ فَŰčِŰŻَّŰ©ٌ مِنْ ŰŁَيَّŰ§Ù…ٍ ŰŁُŰźَ۱َ وَŰčَلَى Ű§Ù„َّŰ°ِينَ يُŰ·ِيقُونَهُ فِŰŻْيَŰ©ٌ Ű·َŰčَŰ§Ù…ُ مِŰłْكِينٍ فَمَنْ ŰȘَŰ·َوَّŰčَ Űźَيْ۱ًۧ فَهُوَ Űźَيْ۱ٌ لَهُ وَŰŁَنْ ŰȘَŰ”ُومُÙˆŰ§ Űźَيْ۱ٌ لَكُمْ Ű„ِنْ كُنْŰȘُمْ ŰȘَŰčْلَمُونَ

“Maka barangsiapa diantara kamu ada yang sakit atau dalam perjalanan (lalu ia berbuka), maka (wajiblah baginya berpuasa) sebanyak hari yang ditinggalkan itu pada hari-hari yang lain. Dan wajib bagi orang-orang yang berat menjalankannya (jika mereka tidak berpuasa) membayar fidyah, (yaitu): memberi makan seorang miskin. Barangsiapa yang dengan kerelaan hati mengerjakan kebajikan (puasa), maka itulah yang lebih baik baginya. Dan berpuasa lebih baik bagimu jika kamu mengetahui” (Surah Al Baqarah ayat 184)

Ibnu Katsir menjelaskan dengan panjang lebar tentang masalah ini, kemudian beliau menyatakan: “Kesimpulannya, penghapusan hukum (dianjurkannya puasa) benar adanya bagi orang bukan musafir dan sihat badannya, yaitu dengan diwajibkannya puasa berdasarkan ayat:

فَمَنْ ŰŽَهِŰŻَ مِنْكُمُ Ű§Ù„ŰŽَّهْ۱َ فَلْيَŰ”ُمْهُ

‘Barangsiapa di antara kamu hadir di bulan (Ramadan) itu, wajib baginya puasa‘ (Surah Al Baqarah ayat 185)”[Tafsir Qur’an Al Azhim Libni Katsir, 1/500]

Bertahapnya pewajiban ibadah puasa ini berjalan sesuai keadaan aqidah umat Islam ketika itu. Syaikh Ali Hasan Al Halabi -hafizhahullah- menyatakan: “Kewajiban puasa ditunda hingga tahun kedua Hijriah, yaitu ketika para sahabat telah mantap dalam bertauhid dan dalam mengagungkan syiar Islam. Perpindahan hukum ini dilakukan secara bertahap. Kerana awalnya mereka diberi pilihan untuk berpuasa atau tidak, namun tetap dianjurkan”[Shifatu Shaumin Nabi Fii Ramadhan, 1/21]

Dari hal ini terdapat sebuah pengajaran berharga bagi kita, bahawa ketaatan seorang hamba kepada Rabb-Nya berbanding lurus dengan sejauh mana ia menerapkan tauhid.

كَمَۧ كُŰȘِŰšَ Űčَلَى Ű§Ù„َّŰ°ِينَ مِنْ قَŰšْلِكُمْ

“Sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kalian”

Imam Al Alusi dalam tafsirnya menjelaskan: “Yang dimaksud dengan ‘orang-orang sebelum kalian’ adalah para Nabi sejak masa Nabi Adam ‘alaihissalam sampai sekarang, sebagaimana keumuman yang ditunjukkan dengan adanya isim maushul. Menurut Ibnu Abbas dan Mujahid, yang dimaksud di sini adalah Ahlul Kitab. Menurut Al Hasan, As Suddi, dan As Sya’bi yang dimaksud adalah kaum Nasrani.

Ayat ini menunjukkan adanya penekanan hukum, penambah semangat, serta melegakan hati lawan bicara (yaitu manusia). Kerana suatu perkara yang sulit itu jika sudah menjadi hal yang umum dilakukan orang banyak, akan menjadi hal yang biasa saja.

Adapun permisalan puasa umat Muhammad dengan umat sebelumnya, yaitu baik berupa sama-sama wajib hukumnya, atau sama waktu pelaksanaannya, atau juga sama kadarnya”[Ruuhul Ma’ani Fii Tafsiir Al Qu’ran Al Azhim, 2/121]

Beberapa riwayat menyatakan bahwa puasa umat sebelum umat Muhammad adalah disyariatkannya puasa tiga hari setiap bulannya, sebagaimana diterangkan oleh Ibnu Katsir dalam Tafsirnya: “Terdapat riwayat dari Muadz, Ibnu Mas’ud, Ibnu ‘Abbas, Atha’, Qatadah, Ad Dhahak bin Mazahim, yang menyatakan bahwa ibadah puasa awalnya hanya diwajibkan selama tiga hari setiap bulannya, kemudian hal itu di-nasakh dengan disyariatkannya puasa Ramadan. Dalam riwayat tersebut terdapat tambahan bahawa kewajiban puasa tiga hari setiap bulan sudah ada sejak zaman Nabi Nuh hingga akhirnya di-nasakh oleh Allah Ta’ala dengan puasa Ramadhan” [Tafsir Qur’an Al Azhim Libni Katsir, 1/497]

لَŰčَلَّكُمْ ŰȘَŰȘَّقُونَ

Agar kalian bertaqwa”

Kata la’alla dalam Al Qur’an memiliki beberapa makna, diantaranya ta’lil (alasan) dan tarajji ‘indal mukhathab (harapan dari sisi orang diajak bicara). Dengan makna ta’lil, dapat kita ertikan bahwa alasan diwajibkannya puasa adalah agar orang yang berpuasa mencapai derajat takwa. Dengan makna tarajji, dapat kita ertikan bahawa orang yang berpuasa berharap dengan perantaraan puasanya ia dapat menjadi orang yang bertakwa.

Imam At Thabari menafsirkan ayat ini: “Maksudnya adalah agar kalian bertaqwa (menjauhkan diri) dari makan, minum dan berjima’ dengan wanita ketika puasa”[Jami’ Al Bayan Fii Ta’wiil Al Qur’an, 3/413]

Imam Al Baghawi memperluas tafsiran tersebut dengan penjelasannya: “Maksudnya, mudah-mudahan kalian bertakwa kerana sebab puasa. Kerana puasa adalah wasilah menuju takwa. Sebab puasa dapat menundukkan nafsu dan mengalahkan syahwat. Sebagian ahli tafsir juga menyatakan, maksudnya: agar kalian waspada terhadap syahwat yang muncul dari makanan, minuman dan jima”  [Ma’alim At Tanziil, 1/196]

Dalam Tafsir Jalalain dijelaskan dengan ringkas: “Maksudnya, agar kalian bertaqwa dari maksiat. Sebab puasa dapat mengalahkan syahwat yang merupakan sumber maksiat” [Tafsir Al Jalalain, 1/189]

Yang menjadi pertanyaan sekarang, apakah takwa itu?

Secara bahasa arab, takwa berasal dari fi’il ittaqa-yattaqi, yang ertinya berhati-hati, waspada, takut. Bertakwa dari maksiat maksudnya waspada dan takut terjerumus dalam maksiat. Namun secara istilah, definisi takwa yang terindah adalah yang diungkapkan oleh Thalq Bin Habib Al’Anazi:

Ű§Ù„Űčَمَلُ ŰšِŰ·َۧŰčَŰ©ِ Ű§Ù„Ù„Ù‡ِ، Űčَلَى نُوْ۱ٍ مِنَ Ű§Ù„Ù„Ù‡ِ، ۱َŰŹَۧۥَ Ű«َوَِۧۚ Ű§Ù„Ù„Ù‡ِ، وَŰȘَ۱ْكِ مَŰčَۧ۔ِي Ű§Ù„Ù„Ù‡ِ، Űčَلَى نُوْ۱ٍ مِنَ Ű§Ù„Ù„Ù‡ِ، مَŰźَŰ§ÙَŰ©َ ŰčَŰ°َِۧۚ Ű§Ù„Ù„Ù‡ِ

“Takwa adalah mengamalkan ketaatan kepada Allah dengan cahaya Allah (dalil), mengharap ampunan Allah, meninggalkan maksiat dengan cahaya Allah (dalil), dan takut terhadap adzab Allah”[Siyar A’lamin Nubala, 8/175]

Demikianlah sifat orang yang bertakwa. Orang yang bertakwa beribadah, bermuamalah, bergaul, mengerjakan kebaikan kerana ia teringat dalil yang menjanjikan ganjaran dari Allah Ta’ala, bukan atas dasar ikut-ikutan, tradisi, taklid buta, atau adat istiadat. Demikian juga orang bertakwa senantiasa takut mengerjakan hal yang dilarang oleh Allah dan Rasul-Nya, kerana ia teringat dalil yang mengancam dengan azab yang mengerikan. Dari sini kita tahu bahawa ketakwaan tidak mungkin tercapai tanpa memiliki cahaya Allah, yaitu ilmu terhadap dalil Al Qur’an dan sunnah Nabi Shallallahu ’Alaihi Wasallam. Jika seseorang memenuhi kriteria ini, layaklah ia menjadi hamba yang mulia di sisi-Nya:

Ű„ِنَّ ŰŁَكْ۱َمَكُمْ ŰčِنْŰŻَ Ű§Ù„Ù„َّهِ ŰŁَŰȘْقَŰ§Ùƒُمْ

“Sesungguhnya yang paling mulia di sisi Allah adalah orang yang paling bertaqwa di antara kalian” (Surah Al Hujurat ayat 13)

Setelah mengetahui makna takwa, periksalah penjelasan indah berikut ini dari Syaikh Abdurrahman bin Nashir As Sa’di rahimahullah dalam tafsirnya, tentang keterkaitan antara puasa dengan ketakwaan belaiu berkata: 

“Puasa itu salah satu sebab terbesar menuju ketakwaan. Kerana orang yang berpuasa telah melaksanakan perintah Allah dan menjauhi larangan-Nya. Selain itu, keterkaitan yang lebih luas lagi antara puasa dan ketakwaan:

Orang yang berpuasa menjauhkan diri dari yang diharamkan oleh Allah SWT berupa makan, minum jima’ dan semisalnya. Padahal jiwa manusia memiliki kecenderungan kepada semua itu. Ia meninggalkan semua itu demi mendekatkan diri kepada Allah, dan mengharap pahala dari-Nya. Ini semua merupakan bentuk takwa’

Orang yang berpuasa melatih dirinya untuk mendekatkan diri kepada Allah, dengan menjauhi hal-hal yang disukai oleh nafsunya, padahal sebetulnya ia mampu untuk makan, minum atau berjima tanpa diketahui orang, namun ia meninggalkannya kerana sadar bahawa Allah mengawasinya.

Puasa itu mempersempit gerak syaitan dalam aliran darah manusia, sehingga pengaruh syaitan melemah. Akibatnya maksiat dapat dikurangkan. Puasa itu secara umum dapat memperbanyak ketaatan kepada Allah SWT, dan ini merupakan tabiat orang yang bertakwa

Dengan puasa, orang kaya merasakan susahnya rasa lapar. Sehingga ia akan lebih peduli kepada orang-orang miskin yang kekurangan. Dan ini juga merupakan tabiat orang yang bertakwa”[Taisir Kariimir Rahman, 1/86]

Semoga puasa kita dapat menjadi saksi dihadapan Allah SWT tentang keimanan kita kepada-Nya. Dan semoga puasa kita mengantarkan kita menuju derajat takwa, menjadi hamba yang mulia di sisi Allah Ta’ala. Wallahu a'lam


(Tulisan ini di petik daripada tulisan Yulian Purnama)

Thursday, July 2, 2015

Doa Selepas Azan Mustajab Di Sisi Allah SWT

Kita hendaklah menyahut suara azan sepertimana azan itu dikumandangkan.Dalil:

Dari Abu Sa’id Al-Khudri ra ia berkata, Rasulullah SAW bersabda, “Apabila kalian mendengar seruan (untuk solat), maka sahutlah (kalimat demi kalimat) sebagaimana yang dikumandangkan oleh muazin.” (Hadis Riwayat Bukhari dan Muslim)

Dari Umar bin Khataab ra. Ia berkata, Rasulullah SAW bersabda, “Apabila muazin mengumandangkan (kalimat azan) ‘Allahu akbar, Allahu akbar’ maka salah seorang dari kalian menyahut dengan ‘Allahu akbar, Allahu akbar.’ Kemudian ia mengumandangkan ‘Asyhadu allaa illaaha lllallaah’ disahut dengan ‘Asyhadu allaa illaaha lllallaah’. Kemudian ia mengumandangkan ‘Ash-hadu anna Muhammadan Rasool Allaah’ disahut dengan ‘Ash-hadu anna Muhammadan Rasool Allaah’. Kemudian ia mengumandangkan ‘Hayya ‘ala’l-salaah’ dan disahut dengan ‘Laa hawla wa laa quwwata illa Billaah’. Kemudian ia mengumandangkan ‘Hayya ‘ala’l-falaah’ disahut dengan ‘Laa hawla wa laa quwwata illa Billaah’ Kemudian dikumandangkan ‘Allaahu akbar, Allaahu akbar’ disahut dengan ‘Allaahu akbar, Allaahu akbar’ Kemudian ia kumandangkan ‘Laa ilaaha ill-Allaah’ disahut dengan ‘Laa ilaaha ill-Allaah’, Semuanya diucapkan dengan seikhlas hati, nescaya ia masuk syurga.” (Hadis Riwayat Muslim)

Dari Sahal bin Saad ra, ia berkata, “Rasulullah SAW bersabda, “Ada dua macam yang tidak ditolak iaitu doa ketika (berakhir) azan dan doa ketika peperangan berkecamuk sehingga berbaur sebahagian mereka kepada sebahagian yang lain.” (Hadis Riwayat Abu Daud dengan isnad Sahih)

Selepas azan dikumandangkan, kita disunatkan :

1. Berselawat kepada Rasulullah SAW.

Disunatkan berselawat kepada Rasulullah SAW bagi pendengar setelah selesai azan. Selepas itu baru berdoa memohon wasilah kepada Rasulullah SAW. daripada Abdullah bin Amru bin al-Ass bahawasanya beliau mendengar

Rasulullah SAW bersabda :

ۄ۰ۧ ŰłÙ…ŰčŰȘم Ű§Ù„Ù…Ű€Ű°Ù† ÙÙ‚ÙˆÙ„ÙˆŰ§ Ù…Ű«Ù„ Ù…Ű§ يقول Ű«Ù… Ű”Ù„ÙˆŰ§ Űčلى ÙŰ„Ù†Ù‡ من Ű”Ù„Ù‰ Űčليّ Ű”Ù„Ű§Ű© Ű”Ù„Ù‰ Ű§Ù„Ù„Ù‡ Űčليه ŰšÙ‡Ű§ Űčێ۱ۧ Ű«Ù… ŰłÙ„ÙˆŰ§ لى Ű§Ù„ÙˆŰłÙŠÙ„Ű© ÙŰ„Ù†Ù‡Ű§ منŰČÙ„Ű© فى Ű§Ù„ŰŹÙ†Ű© Ù„Ű§        ŰȘÙ†ŰšŰșي Ű„Ù„Ű§ لŰčۚۯ من Űčۚۧۯ Ű§Ù„Ù„Ù‡ ÙˆŰŁŰ±ŰŹÙˆ ŰŁÙ† ŰŁÙƒÙˆÙ† ŰŁÙ†Ű§ هو فمن ŰłŰŁÙ„ لى Ű§Ù„ÙˆŰłÙŠÙ„Ű© Ű­Ù„ŰȘ له Ű§Ù„ŰŽÙŰ§ŰčŰ©.

Maksudnya :” Apabila kamu mendengar muazin, maka ucapkanlah seperti yang dia sebutkan dan kemudian hendaklah kamu berselawat ke atasku, ( kerana ) sesungguhnya sesiapa yang berselawat ke atasku dengan hanya satu selawat Allah akan merahmatinya dengan sepuluh kali ganda ( selawat tadi ) dan kemudian mintalah kepadaku Wasilah kerana ia adalah satu pangkat dalam syurga yang tidak akan dicapai melainkan oleh seorang sahaja daripada hamba-hamba Allah dan aku berharap akulah orang itu ( yang mendapat wasilah itu ), maka yang memohon kepadaku wasilah maka dapatlah baginya syafaat. ( Hadis Sahih Riwayat Muslim ).

2. Membaca doa selepas azan :

Dari Jabir bin Abdullah ra. Bahawasanya Rasulullah SAW  bersabda, “Sesiapa membaca: (‘Allaahumma Rabba haadhihi’l-da’wat il-taammah wa’l-salaat il-qaa’imah, aati Muhammadan il waseelata wa’l-fadeelah, wab’athhu maqaaman mahmoodan illadhi wa’adtah), nescaya tersedialah baginya syafaatku pada hari kiamat.” (Hadis Riwayat Bukhari)

3. Berdoa untuk keselamatan (keafiatan) di dunia dan akhirat.

Dari Anas ra., ia berkata, Rasulullah SAW bersabda, “Doa antara azan dengan iqamah, tidak akan tertolak” (Hadis Riwayat Abu daud, Tirmidzi, An-Nasai, Ibnu Sunni dan lain-lain).


Tirmidzi mengatakan hadis ini hasan sahih. Menurut riwayat Tirmdzi ada tambahannya: “…….Mereka bertanya, “Apakah yang kami baca(ketika itu) wahai Rasulullah?” Baginda menjawab, “Mohonlah kepda Allah keselamatan (keafiatan) di dunia dan di akhirat.”




Kelebihan Membaca Surah Al-Mulk Di Waktu Malam.

Dalam beberapa kesempatan kita telah membahas tuntas surat Al Mulk berisi tafsir dan faedah berharga di dalamnya. Saat ini kami akan menghadirkan keutamaan surat Al Mulk. Akan kita saksikan nantinya bahawa surat Al Mulk memiliki fadhilah luar biasa yaitu untuk mencegah seksa kubur dan mudahnya mendapatkan syafa’at setelah kematian. 

Hadis Pertama

Ű­َŰŻَّŰ«َنَۧ مُŰ­َمَّŰŻُ Űšْنُ ŰšَŰŽَّۧ۱ٍ Ű­َŰŻَّŰ«َنَۧ مُŰ­َمَّŰŻُ Űšْنُ ŰŹَŰčْفَ۱ٍ Ű­َŰŻَّŰ«َنَۧ ŰŽُŰčْŰšَŰ©ُ Űčَنْ قَŰȘَۧۯَŰ©َ Űčَنْ ŰčَŰšَّۧ۳ٍ Ű§Ù„ْŰŹُŰŽَمِىِّ Űčَنْ ŰŁَŰšِى هُ۱َيْ۱َŰ©َ Űčَنِ Ű§Ù„Ù†َّŰšِىِّ -Ű”Ù„Ù‰ Ű§Ù„Ù„Ù‡ Űčليه ÙˆŰłÙ„Ù…- قَŰ§Ù„َ  Ű„ِنَّ ŰłُÙˆŰ±َŰ©ً مِنَ Ű§Ù„ْقُ۱ْŰąÙ†ِ Ű«َÙ„Ű§َŰ«ُونَ ŰąÙŠَŰ©ً ŰŽَفَŰčَŰȘْ لِ۱َŰŹُلٍ Ű­َŰȘَّى Űșُفِ۱َ لَهُ وَهِىَ ŰłُÙˆŰ±َŰ©ُ ŰȘَŰšَۧ۱َكَ Ű§Ù„َّŰ°ِى ŰšِيَŰŻِهِ Ű§Ù„ْمُلْكُ

Telah menceritakan kepada kami Muhammad bin Basysyar, telah menceritakan pada kami Muhammad bin Ja’far, telah menceritakan kepada kami Syu’bah, dari Qotadah, dari ‘Abbas Al Jusyamiy, dari Abu Hurairah, dari Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, beliau bersabda, “Ada suatu surat dari al qur’an yang terdiri dari tiga puluh ayat dan dapat memberi syafa’at bagi yang membacanya, sampai dia diampuni, yaitu: “Tabaarakalladzii biyadihil mulku… (surat Al Mulk)” (HR. Tirmidzi no. 2891, Abu Daud no. 1400, Ibnu Majah no. 3786, dan Ahmad 2/299).

Asy Syaukani rahimahullah mengatakan, “’Abbas Al Jusyamiy tidak diketahui mendengar hadits dari Abu Hurairah. Akan tetapi Ibnu Hibban menyebutkan perowi tersebut dalam Ats Tsiqqot. Hadis tersebut memiliki syahid (penguat) dari hadis yang shahih dari Anas, dikeluarkan oleh Ath Thobroni dalam Al Kabir dengan sanad yang shahih.” (Nailul Author 2/227)

Penilaian hadis:

1. Abu ‘Isa Muhammad bin ‘Isa At Tirmidzi dalam Al Jaami’ Ash Shohih 

2. Sunan At Tirmidzi mengatakan bahwa hadits tersebut hasan.

3. Abul ‘Abbas Ibnu Taimiyah dalam Majmu’ Al Fatawa (22/277) mengatakan bahwa hadits tersebut shahih.

4. Muhammad bin ‘Ali Asy Syaukani dalam Nailul Author (2/227) mengatakan bahwa hadis tersebut memiliki penguat dengan sanad yang shahih.

5. Syaikh Al Albani dalam Shahih Al Jaami’ (2091) mengatakan bahwa hadis tersebut hasan.

Hadis Kedua :

ŰŁŰźŰšŰ±Ù†Ű§ ŰčŰšÙŠŰŻ Ű§Ù„Ù„Ù‡ ŰšÙ† Űčۚۯ Ű§Ù„ÙƒŰ±ÙŠÙ… ÙˆÙ‚Ű§Ù„ Ű­ŰŻŰ«Ù†Ű§ Ù…Ű­Ù…ŰŻ ŰšÙ† ŰčŰšÙŠŰŻ Ű§Ù„Ù„Ù‡ ŰŁŰšÙˆ ۫ۧۚŰȘ Ű§Ù„Ù…ŰŻÙ†ÙŠ Ù‚Ű§Ù„ Ű­ŰŻŰ«Ù†Ű§ ŰšÙ† ŰŁŰšÙŠ ۭۧŰČم Űčن ŰłÙ‡ÙŠÙ„ ŰšÙ† ŰŁŰšÙŠ Ű”Ű§Ù„Ű­ Űčن ŰčŰ±ÙŰŹŰ© ŰšÙ† Űčۚۯ Ű§Ù„ÙˆŰ§Ű­ŰŻ Űčن ŰčŰ§Ű”Ù… ŰšÙ† ŰŁŰšÙŠ Ű§Ù„Ù†ŰŹÙˆŰŻ Űčن ŰČ۱ Űčن Űčۚۯ Ű§Ù„Ù„Ù‡ ŰšÙ† Ù…ŰłŰčÙˆŰŻ Ù‚Ű§Ù„ : من Ù‚Ű±ŰŁ { ŰȘŰšŰ§Ű±Ùƒ Ű§Ù„Ű°ÙŠ ŰšÙŠŰŻÙ‡ Ű§Ù„Ù…Ù„Ùƒ } كل Ù„ÙŠÙ„Ű© منŰčه Ű§Ù„Ù„Ù‡ ŰšÙ‡Ű§ من Űč۰ۧۚ Ű§Ù„Ù‚ŰšŰ± ÙˆÙƒÙ†Ű§ في ŰčÙ‡ŰŻ Ű±ŰłÙˆÙ„ Ű§Ù„Ù„Ù‡ Ű”Ù„Ù‰ Ű§Ù„Ù„Ù‡ Űčليه و ŰłÙ„Ù… Ù†ŰłÙ…ÙŠÙ‡Ű§ Ű§Ù„Ù…Ű§Ù†ŰčŰ© ÙˆŰ„Ù†Ù‡Ű§ في كŰȘۧۚ Ű§Ù„Ù„Ù‡ ŰłÙˆŰ±Ű© من Ù‚Ű±ŰŁ ŰšÙ‡Ű§ في كل Ù„ÙŠÙ„Ű© ÙÙ‚ŰŻ ŰŁÙƒŰ«Ű± ÙˆŰŁŰ·Ű§Űš

Telah menceritakan pada kami ‘Ubaidullah bin ‘Abdil Karim, ia berkata, telah menceritakan pada kami Muhammad bin ‘Ubaidillah Abu Tsabit Al Madini, ia berkata, telah menceritakan pada kami Ibnu Abi Hazim, dari Suhail bin Abi Sholih, dari ‘Arfajah bin ‘Abdul Wahid, dari ‘Ashim bin Abin Nujud, dari Zarr, dari ‘Abdullah bin Mas’ud, ia berkata, “Barangsiapa membaca “Tabarokalladzi bi yadihil mulk” (surat Al Mulk) setiap malam, maka Allah akan menghalanginya dari siksa kubur. Kami di masa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam menamakan surat tersebut “al Mani’ah” (penghalang dari siksa kubur).  Dia adalah salah satu surat di dalam Kitabullah. Barangsiapa membacanya setiap malam, maka ia telah memperbanyak dan telah berbuat kebaikan.” (HR. An Nasai dalam Al Kabir 6/179 dan Al Hakim. Hakim mengatakan bahwa sanad hadits tersebut shahih)

Hadis Riwayat di atas mauquf, hanya perkataan ‘Abdullah bin Mas’ud radhiyallahu ‘anhu.

Penilaian hadis:

Hakim mengatakan bahwa sanad hadits tersebut shahih. Sebagaimana dinukilkan oleh Al Mundziri dalam At Targhib wa At Tarhib (2/294).

Syaikh Al Albani mengatakan bahwa hadits tersebut hasan sebagaimana dalam Shahih At Targhib wa At Tarhib (1589).

Kesimpulan Pembahasan Hadis

Dari penjelasan di atas, dapat dilihat bahwa riwayat yang paling kuat yang membicarakan keutamaan surat Al Mulk adalah riwayat terakhir dari Ibnu Mas’ud radhiyallahu ‘anhu. Riwayat tersebut bukanlah sabda Nabi Shallallahu ‘Alaihi Wa sallam, namun hanya perkataan Ibnu Mas’ud radhiyallahu ‘anhu. Keutamaan surat Al Mulk yang disebutkan dalam riwayat Ibnu Mas’ud adalah:

Surat Al Mulk disebut dengan surat al Mani’ah, yaitu penghalang dari seksa kubur jika rajin membacanya di malam hari.

Membaca surat Al Mulk di malam hari adalah suatu kebaikan.
Catatan penting yang mesti diperhatikan:

Keutamaan surat ini boleh diperoleh jika seseorang rajin membacanya setiap malamnya, mengamalkan hukum-hukum yang terkandung di dalamnya, mengimani berbagai berita yang disampaikan di dalamnya.

Keterangan dari Para Ulama yang Duduk di Al Lajnah Ad Daimah (Komisi Fatwa Saudi Arabia)

Pertanyaan: Apakah surat Al Mulk (tabaarokalladzi bi yadihil mulk …) jika dibaca setiap malam akan memberi syafa’at ketika mati bagi orang yang membacanya?

Jawaban: Hadis yang membicarakan hal tersebut dikeluarkan oleh Abu Daud dalam sunannya dengan teks:

Telah menceritakan pada kami ‘Amr bin Marzuq, telah menceritakan pada kami Syu’bah, telah menceritakan pada kami Qotadah, dari ‘Abbas Al Jusyamiy, dari Abu Hurairah, dari Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, beliau bersabda, “Ada suatu surat dari al Qur’an yang terdiri dari tiga puluh ayat dan dapat memberi syafa’at bagi yang membacanya, sampai dia diampuni, yaitu: “Tabaarakalladzii biyadihil mulku… (surat Al Mulk)”. Al Mundziri dalam mukhtashornya mengatakan bahwa hadits tersebut dikeluarkan oleh An Nasai dan Ibnu Majah. At Tirmidzi mengatakan bahwa hadits tersebut hasan. Akan tetapi, dalam sanadnya terdapat perowi yang dho’if.

Oleh kerana itu, diharapkan bagi siapa yang mengimani isi surat ini, menghafalkannya, mengharap wajah Allah dengan menarik pelajaran berharga di dalamnya serta mengamalkan hukum yang ada di dalamnya, semoga mendapatkan syafa’at kerana membacanya.


[Fatwa Al Lajnah Ad Daimah lil Buhuts Al ‘Ilmiyyah wal Ifta’, pertanyaan keenam dari fatwa no. 9604, 4/334-335. Yang menandatangani fatwa ini: Syaikh ‘Abdul ‘Aziz bin ‘Abdillah bin Baz selaku ketua, Syaikh ‘Abdurrozaq ‘Afifi selaku wakil ketua, Syaikh ‘Abdullah bin Ghudayan selaku anggota]

Semoga kajian dari kami mengenai surat Al Mulk boleh menjadi ilmu yang bermanfaat.

Sunday, June 28, 2015

Kumpulan Doa Nabi SAW

Berikut beberapa doa yang dibaca Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam. Semoga boleh kita amalkan,

1. Ditetapkan hati dalam Iman

َۧللَّهُمَّ ÙŠŰ§ مُŰ”َ۱ِّفَ Ű§Ù„ْقُلُوْŰšِ، Ű”َ۱ِّفْ قُلُوْŰšُنَۧ Űčَلَى ŰŻِينِكَ

“Wahai Tuhan yang membolak-balikkan hati, teguhkanlah hatiku pada agamaMu.” (HR. Muslim 2654)

2. Ampunan dalam segala hal

َۧللّهُمَّ ۧŰșْفِ۱ْ لِيْ ŰźَŰ·ِيْŰŠَŰȘِيْ، وَŰŹَهْلِيْ، وَŰ„ِŰłْ۱َŰ§Ùِيْ فِي ŰŁَمْ۱ِيْ، وَمَۧ ŰŁَنْŰȘَ ŰŁَŰčْلَمُ Űšِهِ مِنِّيْ. Ű§Ù„Ù„ّهُمَّ ۧŰșْفِ۱ْ لِيْ ŰŹَŰŻِّيْ وَهَŰČْلِيْ، وَŰźَŰ·َŰŠِيْ وَŰčَمْŰŻِيْ، وَكُلُّ Ű°Ù„ِكَ ŰčِنْŰŻِيْ، Ű§Ù„Ù„ّهُمَّ ۧŰșْفِ۱ْ لِيْ مَۧ قَŰŻَّمْŰȘُ، وَمَۧ ŰŁَŰźَّ۱ْŰȘُ، وَمَۧ ŰŁَŰłْ۱َ۱ْŰȘُ، وَمَۧ ŰŁَŰčْلَنْŰȘُ، وَمَۧ ŰŁَنْŰȘَ ŰŁَŰčْلَمُ Űšِهِ مِنِّيْ، ŰŁَنْŰȘَ Ű§Ù„ْمُقَŰŻِّمُ، وَŰŁَنْŰȘَ Ű§Ù„ْمُŰ€َŰźِّ۱ُ، وَŰŁَنْŰȘَ Űčَلَى كُلِّ ŰŽَيْŰĄٍ قَŰŻِيْ۱ٌ.

“Ya Allah, ampunilah kesalahanku, kebodohanku, keberlebih-lebihan dalam perkaraku, dan apa yang Engkau lebih mengetahui daripadaku. Ya Allah, ampunilah diriku dalam kesungguhanku, kelalaianku, kesalahanku, kesengajaanku, dan semua itu adalah berasal dari sisiku. Ya Allah, ampunilah aku dari segala dosa yang telah aku lakukan dan yang belum aku lakukan, segala dosa yang aku sembunyikan dan yang aku tampakkan, dan dosa yang Engkau lebih mengetahui daripadaku, Engkaulah Yang Maha Mendahulukan dan Yang mengakhirkan, dan Engkau Mahakuasa atas segala sesuatu. (HR. Bukhari 6398 dan Muslim 2719).

3. Mohon Diperbaiki Segala Urusan

َۧللَّـهُـَّم ŰŁَŰ”ْلِŰ­ْ لِي ŰŻِينِي Ű§Ù„ّŰ°ِي هُوَ ŰčِŰ”ْمَŰ©ُ ŰŁَمْ۱ِي، وَŰŁَŰ”ْلِŰ­ْ لِي ŰŻُنْيَŰ§ÙŠَ Ű§Ù„ّŰȘِي فِيهَۧ مَŰčَۧێِي، وَŰŁَŰ”ْلِŰ­ْ لِي ۹ِ۟۱َŰȘِي Ű§Ù„ّŰȘِي فِيهَۧ مَŰčَۧۯِي، وَۧۏْŰčَلِ Ű§Ù„ْŰ­َيَۧ۩َ ŰČِيَۧۯَŰ©ً لِي فِي كُلِّ Űźَيْ۱ٍ، وَۧۏْŰčَلِ Ű§Ù„ْمَوْŰȘَ ۱ََۭۧŰ©ً لِي مِنْ كُلِّ ŰŽَ۱ٍّ

Ya Allah mohon kebaikan pada urusan agamaku karena itu adalah penjaga semua urusanku. Aku mohon kebaikan pada urusan duniaku karena itu tempat hidupku. Aku mohon kebaikan pada urusan akhiratku karena itu tempat kembaliku. Jadikanlah hidup ini tambahan kebaikan bagiku, dan jadikanlah kematianku waktu istirahat bagiku dari segala keburukan. (HR. Muslim 2720)

4. Perlindungan dari Fitnah Kaya dan Fitnah Miskin

Ű§Ù„Ù„َّهُمَّ Ű„ِنِّي ŰŁَŰčُÙˆŰ°ُ Űšِكَ مِنَ Ű§Ù„ÙƒَŰłَلِ وَŰ§Ù„Ù‡َ۱َمِ، وَŰ§Ù„Ù…َŰŁْŰ«َمِ وَŰ§Ù„Ù…َŰșْ۱َمِ، وَمِنْ فِŰȘْنَŰ©ِ Ű§Ù„Ù‚َŰšْ۱ِ، وَŰčَŰ°َِۧۚ Ű§Ù„Ù‚َŰšْ۱ِ، وَمِنْ فِŰȘْنَŰ©ِ Ű§Ù„Ù†َّۧ۱ِ وَŰčَŰ°َِۧۚ Ű§Ù„Ù†َّۧ۱ِ، وَمِنْ ŰŽَ۱ِّ فِŰȘْنَŰ©ِ Ű§Ù„Űșِنَى، وَŰŁَŰčُÙˆŰ°ُ Űšِكَ مِنْ فِŰȘْنَŰ©ِ Ű§Ù„Ùَقْ۱ِ، وَŰŁَŰčُÙˆŰ°ُ Űšِكَ مِنْ فِŰȘْنَŰ©ِ Ű§Ù„َÙ…ŰłِÙŠŰ­ِ Ű§Ù„ŰŻَّŰŹَّŰ§Ù„

Ya Allah, aku berlindung kepada-Mu dari kemalasan dan usia jompo, perbuatan dosa dan hutang, fitnah kubur dan azab kubur, fitnah neraka dan azab neraka, keburukan fitnah kekayaan; aku berlindung kepada-Mu dari fitnah kemiskinan dan aku berlindung kepada-Mu dari fitnah Masih Dajjal. (HR. Bukhari 6368)

5. Perlindungan Dicabutnya Nikmat Lahir Batin

Ű§Ù„Ù„َّهُمَّ Ű„ِنِّى ŰŁَŰčُÙˆŰ°ُ Űšِكَ مِنْ ŰČَوَŰ§Ù„ِ نِŰčْمَŰȘِكَ وَŰȘَŰ­َوُّلِ ŰčَŰ§ÙِيَŰȘِكَ وَفُŰŹَۧۥَŰ©ِ نِقْمَŰȘِكَ وَŰŹَمِيŰčِ ŰłَŰźَŰ·ِكَ

Ya Allah, sesungguhnya aku berlindung kepada-Mu dari hilangnya kenikmatan yang telah Engkau berikan, dari berubahnya kesehatan yang telah Engkau anugerahkan, dari siksa-Mu yang datang secara tiba-tiba, dan dari segala kemurkaan-Mu. (HR. Muslim 2739).

6. Agar Dijauhkan dari Sifat Pengecut & Tidak Pikun

Ű§Ù„Ù„َّهُمَّ Ű„ِنِّي ŰŁَŰčُÙˆŰ°ُ Űšِكَ مِنَ Ű§Ù„ْŰŹُŰšْنِ، وَŰŁَŰčُÙˆŰ°ُ Űšِكَ ŰŁَنْ ŰŁُ۱َŰŻَّ Ű„ِلَى ŰŁَ۱ْŰ°َلِ Ű§Ù„ْŰčُمُ۱ِ، وَŰŁَŰčُÙˆŰ°ُ Űšِكَ مِنْ فِŰȘْنَŰ©ِ Ű§Ù„ŰŻُّنْيَۧ، وَŰŁَŰčُÙˆŰ°ُ Űšِكَ مِنْ ŰčَŰ°َِۧۚ Ű§Ù„ْقَŰšْ۱ِ

Ya Allah, aku berlindung kepada-Mu dari sikap pengecut, aku berlindung kepada-Mu kepada serendah-rendahnya usia (pikun), aku berpindung kepada-Mu dari fitnah dunia, dan aku berlindung berlindung kepada-Mu dari adzab kubur. (HR. Bukhari 2822)

7. Berlindung dari Keburukan Amal

Ű§Ù„Ù„Ù‡ُمَّ Ű„ِنِّي ŰŁَŰčُÙˆŰ°ُ Űšِكَ مِنْ ŰŽَ۱ِّ مَۧ ŰčَمِلْŰȘُ، وَŰŽَ۱ِّ مَۧ لَمْ ŰŁَŰčْمَلْ

Ya Allah, aku berlindung dari keburukan yang telah aku perbuat dan keburukan yang belum aku perbuat. (HR. Muslim 2716)

8. Agar Jiwanya Bertaqwa & Berlindung dari Ilmu yang tidak Manfaat

Ű§Ù„Ù„Ù‡ُمَّ ŰąŰȘِ نَفْŰłِي ŰȘَقْوَŰ§Ù‡َۧ، وَŰČَكِّهَۧ ŰŁَنْŰȘَ Űźَيْ۱ُ مَنْ ŰČَكَّŰ§Ù‡َۧ، ŰŁَنْŰȘَ وَلِيُّهَۧ وَمَوْلَŰ§Ù‡َۧ، Ű§Ù„Ù„Ù‡ُمَّ Ű„ِنِّي ŰŁَŰčُÙˆŰ°ُ Űšِكَ مِنْ Űčِلْمٍ لَۧ يَنْفَŰčُ، وَمِنْ قَلْŰšٍ لَۧ يَŰźْŰŽَŰčُ، وَمِنْ نَفْŰłٍ لَۧ ŰȘَŰŽْŰšَŰčُ، وَمِنْ ŰŻَŰčْوَŰ©ٍ لَۧ يُŰłْŰȘَŰŹَُۧۚ لَهَۧ

Ya Allah karuniakan ketakwaan pada jiwaku. Sucikanlah ia, sesungguhnya Engkaulah sebaik-baik yang mensucikannya, Engkau-lah Yang Menjaga serta Melindunginya. Ya Allah, aku berlindung kepada-Mu dari Ilmu yang tidak manfaat, hati yang tidak khusyu, dan doa yang tidak diijabahi. (HR. Muslim 2722).

9. Mohon Bisa Melihat Wajah Allah

Ű§Ù„Ù„َّهُمَّ Ű„ِنِّي ŰŁَŰłْŰŁَلُكَ لَŰ°َّŰ©َ Ű§Ù„Ù†َّŰžَ۱ِ Ű„ِلَى وَŰŹْهِكَ، وَŰ§Ù„ŰŽَّوْقَ Ű„ِلَى لِقَۧۊِكَ فِي Űșَيْ۱ِ ۶َ۱َّۧۥَ مُ۶ِ۱َّŰ©ٍ، وَلَۧ فِŰȘْنَŰ©ٍ مُ۶ِلَّŰ©ٍ

Ya Allah, Aku mohon kepada-Mu kenikmatan memandang wajah-Mu (di Surga), rindu bertemu dengan-Mu tanpa penderitaan yang membahayakan dan fitnah yang menyesatkan. (HR. Nasai 1305 dan dishahihkan al-Albani)

10. Dimudahkan Berbuat Baik & Mencintai Orang Miskin

Ű§Ù„Ù„َّهُمَّ Ű„ِنِّى ŰŁَŰłْŰŁَلُكَ فِŰčْلَ Ű§Ù„ْŰźَيْ۱َۧŰȘِ وَŰȘَ۱ْكَ Ű§Ù„ْمُنْكَ۱َۧŰȘِ وَŰ­ُŰšَّ Ű§Ù„ْمَŰłَŰ§Ùƒِينِ وَŰŁَنْ ŰȘَŰșْفِ۱َ لِى وَŰȘَ۱ْŰ­َمَنِى وَŰ„ِŰ°َۧ ŰŁَ۱َŰŻْŰȘَ فِŰȘْنَŰ©َ قَوْمٍ فَŰȘَوَفَّنِى Űșَيْ۱َ مَفْŰȘُونٍ

Ya Allah, aku memohon kepada-Mu untuk mudah melakukan kebaikan dan meninggalkan kemungkaran serta aku memohon pada-Mu supaya bisa mencintai orang miskin,ampunilah (dosa-dosa)ku, rahmatilah saya, jika Engkau menginginkan untuk menguji suatu kaum maka wafatkanlah saya dalam keadaan tidak tenggelam dalam ujian. (HR. Tirmidzi no. 3235 dan Ahmad 5: 243, dan Dishahihkan al-Albani)

11. Mohon Agar Bisa Mencintai Orang yang Mencintai Allah

Ű§Ù„Ù„َّهُمَّ Ű„ِنِّى ŰŁَŰłْŰŁَلُكَ Ű­ُŰšَّكَ وَŰ­ُŰšَّ مَنْ يُŰ­ِŰšُّكَ وَŰ­ُŰšَّ Űčَمَلٍ يُقَ۱ِّŰšُ Ű„ِلَى Ű­ُŰšِّكَ

Saya memohon agar dapat mencintai-Mu, mencintai orang-orang yang mencintai-Mu dan mencintai amal yang dapat mendekatkan diriku kepada cinta-Mu. (HR. Tirmidzi no. 3235 dan Ahmad 5: 243, dan Dishahihkan al-Albani).

12. Mohon Kebaikan dalam Segala Hal yang Pernah Diminta Nabi

Ű§Ù„Ù„َّهُمَّ Ű„ِنِّي ŰŁَŰłْŰŁَلُكَ مِنَ Ű§Ù„ْŰźَيْ۱ِ كُلِّهِ Űčَۧۏِلِهِ وَ۹ۏِلِهِ، مَۧ ŰčَلِمْŰȘُ مِنْهُ وَمَۧ لَمْ ŰŁَŰčْلَمْ، وَŰŁَŰčُÙˆŰ°ُ Űšِكَ مِنَ Ű§Ù„ŰŽَّ۱ِّ كُلِّهِ Űčَۧۏِلِهِ وَ۹ۏِلِهِ، مَۧ ŰčَلِمْŰȘُ مِنْهُ وَمَۧ لَمْ ŰŁَŰčْلَمْ، Ű§Ù„Ù„َّهُمَّ Ű„ِنِّي ŰŁَŰłْŰŁَلُكَ مِنْ Űźَيْ۱ِ مَۧ ŰłَŰŁَلَكَ ŰčَŰšْŰŻُكَ وَنَŰšِيُّكَ، وَŰŁَŰčُÙˆŰ°ُ Űšِكَ مِنْ ŰŽَ۱ِّ مَۧ Űčَۧ۰َ Űšِهِ ŰčَŰšْŰŻُكَ وَنَŰšِيُّكَ، Ű§Ù„Ù„َّهُمَّ Ű„ِنِّي ŰŁَŰłْŰŁَلُكَ Ű§Ù„ْŰŹَنَّŰ©َ وَمَۧ قَ۱َّŰšَ Ű„ِلَيْهَۧ مِنْ قَوْلٍ ŰŁَوْ Űčَمَلٍ، وَŰŁَŰčُÙˆŰ°ُ Űšِكَ مِنَ Ű§Ù„Ù†َّۧ۱ِ وَمَۧ قَ۱َّŰšَ Ű„ِلَيْهَۧ مِنْ قَوْلٍ ŰŁَوْ Űčَمَلٍ، وَŰŁَŰłْŰŁَلُكَ ŰŁَنْ ŰȘَŰŹْŰčَلَ كُلَّ قَ۶َۧۥٍ قَ۶َيْŰȘَهُ لِي Űźَيْ۱ًۧ

Ya Allah, sesungguhnya aku memohon kepadaMu seluruh kebaikan yang segera (dunia) dan yang tertunda (akhirat), kebaikan yang aku ketahui dan yang tidak aku ketahui. 


Dan aku berlindung kepadaMu dari segala keburukan yang segera (dunia) dan yang tertunda (akhirat), yang aku ketahui dan yang tidak aku ketahui.


Aku meminta kepada-Mu kebaikan semua doa yang pernah diminta oleh hamba dan nabi-Mu, dan aku berlindung kepada-Mu dari keburukan, yang hamba dan nabi-Mu pernah berlindung darinya.


Aku memohon surga kepadaMu dan segala perkataan dan perbuatan yang mendekatkan kepadanya. Aku berlindung kepadaMu dari neraka dan segala perkataan dan perbuatan yang mendekatkan kepadanya.


Aku meminta segala sesuatu yang telah Engkau takdirkan untukku, hendaklah Engkau jadikan kebaikan bagiku.


(HR. Ahmad 25019, Ibnu Majah 3846 dan dishahihkan Syuaib al-Arnauth)

Semoga bermanfaat.