Tuesday, February 9, 2016

Mencari Kebahagiaan Hidup :

Tidak diragukan lagi bahwa setiap insan pasti mendambakan (pada dirinya) kebahagiaan hidup atau kehidupan yang baik.

Namun pandangan masing-masing orang tentang kebahagiaan hidup itu berbeda-beda. Sebagian orang ada yang memandang bahwa ukuran kebahagiaan adalah keberhasilan dalam meraih dunia dengan segala kelezatan hidupnya. Padahal tidaklah demikian hakikatnya.

Allah Subhanallahu wa Ta’ala berfirman :

ŰČُيِّنَ لِلنَّۧ۳ِ Ű­ُŰšُّ Ű§Ù„ŰŽَّهَوَۧŰȘِ مِنَ Ű§Ù„Ù†ِّŰłَۧۥِ وَŰ§Ù„ْŰšَنِينَ وَŰ§Ù„ْقَنَۧ۷ِÙŠŰ±ِ Ű§Ù„ْمُقَنْŰ·َ۱َŰ©ِ مِنَ Ű§Ù„Ű°َّهَŰšِ وَŰ§Ù„ْفِ۶َّŰ©ِ وَŰ§Ù„ْŰźَيْلِ Ű§Ù„ْمُŰłَوَّمَŰ©ِ وَŰ§Ù„ŰŁÙ†ْŰčَŰ§Ù…ِ وَŰ§Ù„ْŰ­َ۱ْŰ«ِ Ű°َلِكَ مَŰȘَۧŰčُ Ű§Ù„ْŰ­َيَۧ۩ِ Ű§Ù„ŰŻُّنْيَۧ وَŰ§Ù„Ù„َّهُ ŰčِنْŰŻَهُ Ű­ُŰłْنُ Ű§Ù„ْمَ۹ِۚ (14)

“Dijadikan indah pada (pandangan) manusia kecintaan kepada apa-apa yang diingini, Yaitu: wanita-wanita, anak-anak, harta yang banyak dari jenis emas, perak, kuda pilihan, binatang-binatang ternak dan sawah ladang. Itulah kesenangan hidup di dunia, dan di sisi Allah-lah tempat kembali yang baik (surga).” (QS Ali ‘Imran: 14)

Allah Subhanallahu wa Ta’ala berfirman :

Ű§Ù„Ù„َّهُ يَŰšْŰłُŰ·ُ Ű§Ù„Ű±ِّŰČْقَ لِمَنْ يَŰŽَۧۥُ وَيَقْŰŻِ۱ُ وَفَ۱ِŰ­ُÙˆŰ§ ŰšِŰ§Ù„ْŰ­َيَۧ۩ِ Ű§Ù„ŰŻُّنْيَۧ وَمَۧ Ű§Ù„ْŰ­َيَۧ۩ُ Ű§Ù„ŰŻُّنْيَۧ فِي Ű§Ù„ْ۹ِ۟۱َŰ©ِ Ű„ِلَّۧ مَŰȘَۧŰčٌ (26)

“Allah meluaskan rezeki dan menyempitkannya bagi siapa yang Dia kehendaki. Mereka bergembira dengan kehidupan dunia, padahal kehidupan dunia itu (dibanding dengan) kehidupan akhirat, hanyalah kesenangan (yang sedikit).” (QS Ar-Ra’d 26)

Inilah segolongan manusia yang sempit akal dan pandangannya. Mereka merasa heran dan kagum dengan kehidupan dunia dan mencukupkan semangat dirinya terhadap kehidupan dunia.

Keadaan mereka yang seperti ini disebabkan oleh:

Tidak ada pada dirinya keimanan kepada akhirat.


Atau beriman kepada akhirat namun tersibukkan dirinya dengan urusan dunia.
Sehingga kehidupannya adalah kehidupan yang rugi dan celaka, walaupun ia diberikan kemudahan oleh Allah Subhanallahu wa Ta’ala untuk meraih harta, perhiasan dan berbagai kelezatan dunia, namun hakikatnya dia sedang mengalami istidraj (keleluasaan) dari Allah Subhanallahu wa Ta’ala. Kemudian ia akan mengalami kerugian yang abadi.


Sebagaimana firman Allah Subhanallahu wa Ta’ala :

فَلَۧ ŰȘُŰčْŰŹِŰšْكَ ŰŁَمْوٰلُهُمْ وَلَۧٓ ŰŁَوْلٰŰŻُهُمْ ۚ Ű„ِنَّمَۧ يُ۱ِÙŠŰŻُ Ű§Ù„Ù„َّهُ لِيُŰčَŰ°ِّŰšَهُم Űšِهَۧ فِى Ű§Ù„ْŰ­َيَوٰŰ©ِ Ű§Ù„ŰŻُّنْيَۧ وَŰȘَŰČْهَقَ ŰŁَنفُŰłُهُمْ وَهُمْ كٰفِ۱ُونَ (55)

“Maka janganlah harta benda dan anak-anak mereka menarik hatimu. Sesungguhnya Allah menghendaki dengan (memberi) harta benda dan anak-anak itu untuk menyiksa mereka dalam kehidupan di dunia dan kelak akan melayang nyawa mereka, sedang mereka dalam keadaan kafir.” (QS At-Taubah 55)

Sebagian ulama ahli tafsir mengatakan tentang ayat di atas: “Janganlah kamu tertipu terhadap harta benda dan anak-anak (yang Allah berikan kepada) orang kafir di kehidupan dunia, hanya saja Allah menghendaki yang demikian, agar Dia mengadzab mereka di akhirat kelak.” Inilah yang dinamakan dengan istidraj. 

Allah Subhanallahu wa Ta’ala berfirman : 

ŰŁَيَŰ­ْŰłَŰšُونَ ŰŁَنَّمَۧ نُمِŰŻُّهُمْ Űšِهِ مِنْ مَŰ§Ù„ٍ وَŰšَنِينَ (55) نُŰłَۧ۱ِŰčُ لَهُمْ فِي Ű§Ù„ْŰźَيْ۱َۧŰȘِ Űšَل لَۧ يَŰŽْŰčُ۱ُونَ (56)

“Apakah mereka mengira bahwa harta dan anak-anak yang Kami berikan kepada mereka itu (berarti bahwa) Kami bersegera memberikan kebaikan-kebaikan kepada mereka? tidak, sebenarnya mereka tidak sadar.” (QS Al Mu’minun: 55-56)

Allah Subhanallahu wa Ta’ala memberikan dunia kepada siapa saja yang Allah cintai dan yang tidak Allah cintai. Namun, tidaklah Allah memberikan agama ini, kecuali kepada siapa yang Allah Subhanallahu wa Ta’ala cintai. Sebesar apapun seseorang diberikan kekayaan dunia, niscaya lambat laun ia yang akan meninggalkan dunia atau dunia yang akan meninggalkannya.

ۧŰčْلَمُÙˆŰ§ ŰŁَنَّمَۧ Ű§Ù„ْŰ­َيَۧ۩ُ Ű§Ù„ŰŻُّنْيَۧ لَŰčِŰšٌ وَلَهْوٌ وَŰČِينَŰ©ٌ وَŰȘَفَُۧ۟۱ٌ Űšَيْنَكُمْ وَŰȘَكَُۧ۫۱ٌ فِي Ű§Ù„ْŰŁَمْوَŰ§Ù„ِ وَŰ§Ù„ْŰŁَوْلَۧۯِ كَمَŰ«َلِ ŰșَيْŰ«ٍ ŰŁَŰčْŰŹَŰšَ Ű§Ù„ْكُفَّۧ۱َ نَŰšَۧŰȘُهُ Ű«ُمَّ يَهِÙŠŰŹُ فَŰȘَ۱َŰ§Ù‡ُ مُŰ”ْفَ۱ًّۧ Ű«ُمَّ يَكُونُ Ű­ُŰ·َŰ§Ù…ًۧ وَفِي Ű§Ù„ْ۹ِ۟۱َŰ©ِ ŰčَŰ°ٌَۧۚ ŰŽَŰŻِÙŠŰŻٌ وَمَŰșْفِ۱َŰ©ٌ مِّنَ Ű§Ù„Ù„َّهِ وَ۱ِ۶ْوَŰ§Ù†ٌ وَمَۧ Ű§Ù„ْŰ­َيَۧ۩ُ Ű§Ù„ŰŻُّنْيَۧ Ű„ِلَّۧ مَŰȘَۧŰčُ Ű§Ù„ْŰșُ۱ُÙˆŰ±ِ (20)

“Ketahuilah, bahwa sesungguhnya kehidupan dunia ini hanyalah permainan dan suatu yang melalaikan, perhiasan dan bermegah-megahan antara kamu serta berbangga-banggaan dengan banyaknya harta dan anak, seperti hujan yang tanam-tanamannya mengagumkan para petani; kemudian tanaman itu menjadi kering dan kamu lihat warnanya kuning kemudian menjadi hancur. dan di akhirat (nanti) ada azab yang keras dan ampunan dari Allah serta keridhaan-Nya. Dan kehidupan dunia ini tidak lain hanyalah kesenangan yang menipu.”
(QS Al Hadid: 20)


Mencari dunia terkait dengan keperluan hidup adalah sesuatu yang mulia jika dilakukan dalam rangka membantunya untuk taat kepada Allah. Karena dunia adalah ladang beramal untuk kehidupan di akhirat. Hanya saja, sikap yang tercela adalah menjadikan semangatnya yang tinggi untuk meraih dunia. Sehingga tidaklah ia mengarahkan pandangannya kecuali kepada dunia. Tidak peduli darimana ia mendapatkan harta dengan cara yang halal ataukah haram? Dialah sahabat dunia, yang telah menjadikan dunia sebagai tujuan utama dan semangat yang tinggi untuk mendapatkannya, dengan persangkaan bahwa dengannya akan tercapai kebahagiaan hidup.

Adapula yang memandang bahwa kebahagiaan hidup hanya bisa diraih dengan iman dan amal shalih dengan tetap mencari apa yang dibutuhkan dalam kehidupan dunia ini. Mereka mengatakan dalam doanya: “Wahai Rabb kami, berilah kami kebaikan di dunia dan akhirat dan lindungilah kami dari adzab neraka.” Mereka menggabungkan dalam doa mereka agar Allah memberikan kepada mereka kebaikan di dunia dan akhirat. Merekalah orang-orang yang akan mendapatkan kebahagiaan hidup.

Allah Subhanallahu wa Ta’ala berfirman :

مَنْ Űčَمِلَ Ű”َŰ§Ù„ِŰ­ًۧ مِنْ Ű°َكَ۱ٍ ŰŁَوْ ŰŁُنْŰ«َى وَهُوَ مُŰ€ْمِنٌ فَلَنُŰ­ْيِيَنَّهُ Ű­َيَۧ۩ً Ű·َيِّŰšَŰ©ً وَلَنَŰŹْŰČِيَنَّهُمْ ŰŁَŰŹْ۱َهُمْ ŰšِŰŁَŰ­ْŰłَنِ مَۧ كَŰ§Ù†ُÙˆŰ§ يَŰčْمَلُونَ (97)

“Barangsiapa yang mengerjakan amal soleh, baik laki-laki maupun perempuan dalam keadaan beriman, Maka sesungguhnya akan Kami berikan kepadanya kehidupan yang baik dan sesungguhnya akan Kami beri balasan kepada mereka dengan pahala yang lebih baik dari apa yang telah mereka kerjakan.” (QS An Nahl 97)

Barangsiapa yang beramal soleh baik dari kalangan laki-laki atau perempuan dalam keadaan iman, maka Allah akan memberikan kepadanya kebahagiaaan hidup. Di dunia ia merasakan kebahagiaan hidup diatas iman, hatinya tenang, lapang dan senang. Mereka hidup dalam keadaan berzikir kepada Allah, merasakan kenikmatan dalam beribadah kepada Allah Subhanallahu wa Ta’ala.