Sahabat yang dirahmati Allah,
Seorang Mukmin akan berusaha bersungguh-sungguh dalam hidupnya supaya terhindar daripada melakukan maksiat yang boleh mendatangkan dosa kepada Allah s.w.t. .Jika penyakit fizikal disebabkan serangan kuman atau virus tetapi penyakit hati kuman atau virusnya adalah noda dan dosa manusia sendiri.
Ibnu Qayyim Al-Jauziyah mengatakan maksiat sangat berbahaya bagi hati dan jiwa manusia samaada di dunia dan akhirat. Maka siapa saja yang masih hidup dengan bergelimang maksiat dan dosa hanya akan merusak kehidupannya, dan mencelakakannya di dunia dan akhirat. Perbuatan maksiat akan mempunyai pengaruh buruk dan mengakibatkan seseorang menghadapi sembilan kerosakkan dan kerugiaan.
Perkara-perkara tersebut adalah seperti berikut :
Pertama : Di haramkan memperolehi ilmu .
Imam Malik, yang sungguh kagum dengan kecerdasan Imam Syafi’i yang masih muda, memiliki ketajaman otak dan kesempurnaan kefahaman terhadap Islam. Saat itu Imam Malik mengatakan, “Aku melihat Allah telah meletakkan cahaya dalam hatimu, kerana itu jangan kamu padamkan dengan kegelapan maksiat”.
Imam Syafi’i, yang alim dan zuhud dalam hidupnya itu telah berkata, yang menggambarkan pengalaman peribadinya : “Saya mengadu kepada guru saya bernama Waqi tentang mutu hafalanku yang buruk, Maka ia mengarahkan agar aku meninggalkan maksiat, Ia berkata, “Ketahuilah, ilmu adalah kemuliaan, dan kemuliaan Allah tidak akan diberikan kepada ahli maksiat"
Kedua : Diharamkannya mendapatkan rezeki.
Rasulullah s.a.w. bersabda maksudnya : “Sesungguhnya seorang hamba diharamkan dari rezeki kerena maksiat yang ia kerjakan”.
Orang-orang yang suka melakukan maksiat dijauhkan dari rezeki (yang berkat). Kerana, ada ahli maksiat mendapatkan rezeki, yang mungkin boleh jadi banyak, tapi ketahuilah rezeki itu, tidak akan pernah mendatangkan keberkatan dalam hidup ahli maksiat tersebut. Oleh itu rezeki yang didapati itu, semakin membuatnya melakukan maksiat terperosok ke perbuatan durjana dan kekafiran. Sebaliknya, perbuatan ketaqwaan kepada Allah mendatangkan rezeki, dan berapapun rezeki yang didapati itu akan mendatangkan keberkatan bagi orang yang taqwa, dan dapat menjadikannya mulia disisi-Nya.
Ketiga : Seorang yang melakukan maksiat akan merasai jauh dengan Allah s.w.t..
Tidak mungkin orang-orang yang telah sebati dengan maksiat dapat taat dan tunduk kepada Allah s.w.t.. Ia akan menjadi hamba syaitan, dan ia akan terpisah jauh dengan Allah s.w.t.. Perasaan jauh ini tidak akan boleh diganti dengan segala bentuk kenikmatan apapun di dunia ini. Jika semua jenis kelezatan di dunia diberikan kepadanya, maka tetap tak akan dapat memberi kepuasan dalam dirinya. Ia akan sangat sengsara dalam hidup.
Seorang ahli makrifat mengatakan, “Jika kamu menemukan perasaan jauh dalam dirinya kerana perbuatan dosa, maka segeralah tinggalkan dan jauhi dosa dan maksiat. Tak ada hati merasa tenteram dengan perbuatan dosa."
Keempat : Seorang yang melakukan maksiat akan merasai jauh dengan orang Mukmin yang melakukan kebaikan dan kebajikan.
Ahli maksiat bukan sahaja rasa terpisah jauh dengan Allah s.w.t tetapi ia juga akan merasai jauh dengan orang-orang Mukmin yang sentiasa melakukan kebaikan dan kebajikan.. Tidak mungkin orang yang ahli maksiat akan berkumpul dan berinteraksi dengan orang-orang yang selalu berbuat baik. Seperti minyak dengan air (tidak boleh bercampur). Orang-orang yang melakukan maksiat dan dosa mendapatkan kutukan dan hukuman, sementara itu orang-orang yang melakukan perbuatan kebaikan dan kebajikan akan selalu mendapatkan berkat dan pahala di sisi Allah s.w.t.
Orang-orang ahli maksiat akan masuk ke dalam golongan ‘hizbusyaithon’, sedangkan orang-orang yang selalu ta’at dan beramal soleh sebagai ‘hizbullah’, yang akan mendapatkan jaminan Syurga.
Kelima : Orang yang suka melakukan maksiat dan dosa, hidupnya akan mengalami jalan buntu pada setiap urusannya. Sebagaimana orang-orang yang bertaqwa akan dimudahkan oleh Allah dalam segala urusannya.
Bagaimana ia akan dapat menemukan pintu-pintu kebaikan, sementara dirinya menutup dengan perbuatan maksiat dan dosa,sehingga semua kemaslahatan menutup pintu terhadap dirinya.
Keenam : Perbuatan maksiat dan dosa akan menimbulkan kegelapan hati.
Kegelapan itu benar-benar nyata dalam hatinya, seperti melihat dan merasakan gelapnya malam. Hal ini kerena sesungguhnya, ketaatan itu cahaya, sedangkan kemaksiatan dan dosa itu kegelapan. Semakin banyak maksiat yang dilakukan, maka akan semakin gelap hati orang itu. Akibatnya, orang-orang yang mengerjakan maksiat dan dosa itu, pasti akan jatuh ke dalam kekafiran, kerena hatinya sudah terhijab (tertutup) oleh kemaksiatan, dan kebenaran (al-haq) tidak mungkin lagi dapat menyentuh hatinya.
Ketujuh : Perbuatan maksiat dan dosa itu, juga akan melemahkan kekuatan hati.
Orang yang banyak maksiat akan kehilangan iradah (kehendak) dan azzam (tekad) yang kuat, kerena hatinya yang gelap akibat dosa itu, tak mungkin memiliki motivasi yang kuat. Orang yang banyak maksiat akan menjadikan fizikalnya lemah , kerena hatinya yang lemah. Tapi, ada juga orang yang fizikal (ahli maksiat), kelihatan f kuat, tetapi hakikatnya sangat lemah. Tidak akan memiliki keberanian untuk menanggung beban hidup. Sebagai contoh sejarah telah membuktikan bahawa dalam perang Salib, bagaimana orang-orang Romawi yang kelihatan fizikalnya sangat kuat, tetapi dengan mudah dikalahkan orang-orang Mukmin.
Kelapan : Orang yang melakukan maksiat itu, pasti akan kehilangan wala’ (kepatuhan) dan keta’atan kepada Allah Azza Wa Jalla.
Perbuatan dosa dan maksiat itu, membuat mereka tak dapat berhubung dengan Allah yang Maha Suci, dan menyebabkan ia jauh hubungan dengan Allah s.w.t.. Kerena itu, orang-orang yang sudah terbelenggu dengan segala bentuk dosa dan maksiat, hidupnya pastti selalu ingkar kepada Allah s.w.t.
Kesembilan : Orang-orang yang hobinya berbuat maksiat, menyebabkan pendek umur.
Risiko ini tak dapat lagi dielakkan. Orang-orang yang gemar minum arak, berzina, dan melakukan segala bentuk perbuatan maksiat, akibatnya hanya akan memendekkan umurnya. Kalau diberi umur yang panjang, tetapi hidup akan selalu tidak berkat, dan akan dihadapkan dengan segala bentuk malapetaka, kerena semuanya itu dari akibat perbuatan banyaknya dosa dan maksiat.
Sesungguhnya, rezeki, kematian, kebahagian, kesengsaraan, kesihatan, sakit, kekayaan, dan kefakiran, semua itu sudah menjadi takdir. Tapi Allah menjadikannya sebab kematian yang diakibatkan oleh perbuatan manusia. Jadi takdir itu memang suatu kemestian, tetapi Allah Rabbul Aziz memberikan hak kepada manusia untuk melakukan ikhtiar.
Manusia dikatakan hidup, bila hatinya masih hidup. Hati yang penuh dengan dosa dan maksiat akan mati, tidak dapat menerima (istijabah) kebaikan dan petunjuk dari Allah s.w.t.. Umur itu hanya perjalanan kehidupan manusia, yang boleh panjang dan pendek, semuanya Allah s.w.t., yang menentukannya. Tetapi, betapa celakanya, bila manusia memiliki umur yang panjang, dan umurnya itu hanya digunakan untuk berbuat maksiat dan dosa, dan berpaling dari Allah, maka sesugguhnya manusia telah kehilangan hari-hari dari kehidupannya secara hakiki.
Firman Allah s.w.t maksudnya : “Ia mengatakan, Alangkah baiknya kiranya aku dahulu mengerjakan (amal saleh) dalam hidupku ini”.
(Surah Al-Fajr ayat 24).
Sahabat yang dimuliakan,
Begitulah nasihat Imam Ibnu Qayyim al-Jauziyah, dalam kitabnya Al-Jawabu Kafi, agar manusia menjauhi maksiat dan dosa, kerena perbuatan itu akan mencelakakan manusia di dunia dan akhirat.
Oleh itu marilah sama-sama kita menginsafi diri kita dan jauhilah maksiat dan dosa , samaada dosa besar atau kecil kerana tidak ada guna kita menyesal di hari akhirat di atas keterlanjuran kita melakukan maksiat dan dosa kepada Allah s.w.t. Hidup kita di dunia hanya sementara, pergunakanlah sisa-sisa hidup kita kita memberi tumpuan untuk melakukan ketaatan dan kepatuhan kepada Allah s.w.t. Perbanyakkan amal-amal soleh, amal ibadah dan amal kebajikan kerana amalan-amalan yang baik kita kerjakan nanti menjadi teman setia kita sepanjang kehidupan di hari akhirat yang penuh cabaran dan kesukaran yang besar.
Seorang Mukmin akan berusaha bersungguh-sungguh dalam hidupnya supaya terhindar daripada melakukan maksiat yang boleh mendatangkan dosa kepada Allah s.w.t. .Jika penyakit fizikal disebabkan serangan kuman atau virus tetapi penyakit hati kuman atau virusnya adalah noda dan dosa manusia sendiri.
Ibnu Qayyim Al-Jauziyah mengatakan maksiat sangat berbahaya bagi hati dan jiwa manusia samaada di dunia dan akhirat. Maka siapa saja yang masih hidup dengan bergelimang maksiat dan dosa hanya akan merusak kehidupannya, dan mencelakakannya di dunia dan akhirat. Perbuatan maksiat akan mempunyai pengaruh buruk dan mengakibatkan seseorang menghadapi sembilan kerosakkan dan kerugiaan.
Perkara-perkara tersebut adalah seperti berikut :
Pertama : Di haramkan memperolehi ilmu .
Imam Malik, yang sungguh kagum dengan kecerdasan Imam Syafi’i yang masih muda, memiliki ketajaman otak dan kesempurnaan kefahaman terhadap Islam. Saat itu Imam Malik mengatakan, “Aku melihat Allah telah meletakkan cahaya dalam hatimu, kerana itu jangan kamu padamkan dengan kegelapan maksiat”.
Imam Syafi’i, yang alim dan zuhud dalam hidupnya itu telah berkata, yang menggambarkan pengalaman peribadinya : “Saya mengadu kepada guru saya bernama Waqi tentang mutu hafalanku yang buruk, Maka ia mengarahkan agar aku meninggalkan maksiat, Ia berkata, “Ketahuilah, ilmu adalah kemuliaan, dan kemuliaan Allah tidak akan diberikan kepada ahli maksiat"
Kedua : Diharamkannya mendapatkan rezeki.
Rasulullah s.a.w. bersabda maksudnya : “Sesungguhnya seorang hamba diharamkan dari rezeki kerena maksiat yang ia kerjakan”.
Orang-orang yang suka melakukan maksiat dijauhkan dari rezeki (yang berkat). Kerana, ada ahli maksiat mendapatkan rezeki, yang mungkin boleh jadi banyak, tapi ketahuilah rezeki itu, tidak akan pernah mendatangkan keberkatan dalam hidup ahli maksiat tersebut. Oleh itu rezeki yang didapati itu, semakin membuatnya melakukan maksiat terperosok ke perbuatan durjana dan kekafiran. Sebaliknya, perbuatan ketaqwaan kepada Allah mendatangkan rezeki, dan berapapun rezeki yang didapati itu akan mendatangkan keberkatan bagi orang yang taqwa, dan dapat menjadikannya mulia disisi-Nya.
Ketiga : Seorang yang melakukan maksiat akan merasai jauh dengan Allah s.w.t..
Tidak mungkin orang-orang yang telah sebati dengan maksiat dapat taat dan tunduk kepada Allah s.w.t.. Ia akan menjadi hamba syaitan, dan ia akan terpisah jauh dengan Allah s.w.t.. Perasaan jauh ini tidak akan boleh diganti dengan segala bentuk kenikmatan apapun di dunia ini. Jika semua jenis kelezatan di dunia diberikan kepadanya, maka tetap tak akan dapat memberi kepuasan dalam dirinya. Ia akan sangat sengsara dalam hidup.
Seorang ahli makrifat mengatakan, “Jika kamu menemukan perasaan jauh dalam dirinya kerana perbuatan dosa, maka segeralah tinggalkan dan jauhi dosa dan maksiat. Tak ada hati merasa tenteram dengan perbuatan dosa."
Keempat : Seorang yang melakukan maksiat akan merasai jauh dengan orang Mukmin yang melakukan kebaikan dan kebajikan.
Ahli maksiat bukan sahaja rasa terpisah jauh dengan Allah s.w.t tetapi ia juga akan merasai jauh dengan orang-orang Mukmin yang sentiasa melakukan kebaikan dan kebajikan.. Tidak mungkin orang yang ahli maksiat akan berkumpul dan berinteraksi dengan orang-orang yang selalu berbuat baik. Seperti minyak dengan air (tidak boleh bercampur). Orang-orang yang melakukan maksiat dan dosa mendapatkan kutukan dan hukuman, sementara itu orang-orang yang melakukan perbuatan kebaikan dan kebajikan akan selalu mendapatkan berkat dan pahala di sisi Allah s.w.t.
Orang-orang ahli maksiat akan masuk ke dalam golongan ‘hizbusyaithon’, sedangkan orang-orang yang selalu ta’at dan beramal soleh sebagai ‘hizbullah’, yang akan mendapatkan jaminan Syurga.
Kelima : Orang yang suka melakukan maksiat dan dosa, hidupnya akan mengalami jalan buntu pada setiap urusannya. Sebagaimana orang-orang yang bertaqwa akan dimudahkan oleh Allah dalam segala urusannya.
Bagaimana ia akan dapat menemukan pintu-pintu kebaikan, sementara dirinya menutup dengan perbuatan maksiat dan dosa,sehingga semua kemaslahatan menutup pintu terhadap dirinya.
Keenam : Perbuatan maksiat dan dosa akan menimbulkan kegelapan hati.
Kegelapan itu benar-benar nyata dalam hatinya, seperti melihat dan merasakan gelapnya malam. Hal ini kerena sesungguhnya, ketaatan itu cahaya, sedangkan kemaksiatan dan dosa itu kegelapan. Semakin banyak maksiat yang dilakukan, maka akan semakin gelap hati orang itu. Akibatnya, orang-orang yang mengerjakan maksiat dan dosa itu, pasti akan jatuh ke dalam kekafiran, kerena hatinya sudah terhijab (tertutup) oleh kemaksiatan, dan kebenaran (al-haq) tidak mungkin lagi dapat menyentuh hatinya.
Ketujuh : Perbuatan maksiat dan dosa itu, juga akan melemahkan kekuatan hati.
Orang yang banyak maksiat akan kehilangan iradah (kehendak) dan azzam (tekad) yang kuat, kerena hatinya yang gelap akibat dosa itu, tak mungkin memiliki motivasi yang kuat. Orang yang banyak maksiat akan menjadikan fizikalnya lemah , kerena hatinya yang lemah. Tapi, ada juga orang yang fizikal (ahli maksiat), kelihatan f kuat, tetapi hakikatnya sangat lemah. Tidak akan memiliki keberanian untuk menanggung beban hidup. Sebagai contoh sejarah telah membuktikan bahawa dalam perang Salib, bagaimana orang-orang Romawi yang kelihatan fizikalnya sangat kuat, tetapi dengan mudah dikalahkan orang-orang Mukmin.
Kelapan : Orang yang melakukan maksiat itu, pasti akan kehilangan wala’ (kepatuhan) dan keta’atan kepada Allah Azza Wa Jalla.
Perbuatan dosa dan maksiat itu, membuat mereka tak dapat berhubung dengan Allah yang Maha Suci, dan menyebabkan ia jauh hubungan dengan Allah s.w.t.. Kerena itu, orang-orang yang sudah terbelenggu dengan segala bentuk dosa dan maksiat, hidupnya pastti selalu ingkar kepada Allah s.w.t.
Kesembilan : Orang-orang yang hobinya berbuat maksiat, menyebabkan pendek umur.
Risiko ini tak dapat lagi dielakkan. Orang-orang yang gemar minum arak, berzina, dan melakukan segala bentuk perbuatan maksiat, akibatnya hanya akan memendekkan umurnya. Kalau diberi umur yang panjang, tetapi hidup akan selalu tidak berkat, dan akan dihadapkan dengan segala bentuk malapetaka, kerena semuanya itu dari akibat perbuatan banyaknya dosa dan maksiat.
Sesungguhnya, rezeki, kematian, kebahagian, kesengsaraan, kesihatan, sakit, kekayaan, dan kefakiran, semua itu sudah menjadi takdir. Tapi Allah menjadikannya sebab kematian yang diakibatkan oleh perbuatan manusia. Jadi takdir itu memang suatu kemestian, tetapi Allah Rabbul Aziz memberikan hak kepada manusia untuk melakukan ikhtiar.
Manusia dikatakan hidup, bila hatinya masih hidup. Hati yang penuh dengan dosa dan maksiat akan mati, tidak dapat menerima (istijabah) kebaikan dan petunjuk dari Allah s.w.t.. Umur itu hanya perjalanan kehidupan manusia, yang boleh panjang dan pendek, semuanya Allah s.w.t., yang menentukannya. Tetapi, betapa celakanya, bila manusia memiliki umur yang panjang, dan umurnya itu hanya digunakan untuk berbuat maksiat dan dosa, dan berpaling dari Allah, maka sesugguhnya manusia telah kehilangan hari-hari dari kehidupannya secara hakiki.
Firman Allah s.w.t maksudnya : “Ia mengatakan, Alangkah baiknya kiranya aku dahulu mengerjakan (amal saleh) dalam hidupku ini”.
(Surah Al-Fajr ayat 24).
Sahabat yang dimuliakan,
Begitulah nasihat Imam Ibnu Qayyim al-Jauziyah, dalam kitabnya Al-Jawabu Kafi, agar manusia menjauhi maksiat dan dosa, kerena perbuatan itu akan mencelakakan manusia di dunia dan akhirat.
Oleh itu marilah sama-sama kita menginsafi diri kita dan jauhilah maksiat dan dosa , samaada dosa besar atau kecil kerana tidak ada guna kita menyesal di hari akhirat di atas keterlanjuran kita melakukan maksiat dan dosa kepada Allah s.w.t. Hidup kita di dunia hanya sementara, pergunakanlah sisa-sisa hidup kita kita memberi tumpuan untuk melakukan ketaatan dan kepatuhan kepada Allah s.w.t. Perbanyakkan amal-amal soleh, amal ibadah dan amal kebajikan kerana amalan-amalan yang baik kita kerjakan nanti menjadi teman setia kita sepanjang kehidupan di hari akhirat yang penuh cabaran dan kesukaran yang besar.
No comments:
Post a Comment