Sunday, September 23, 2012

Apakah Ciri-ciri Seorang Hamba Di Cintai Allah Subhanahu Wa Ta'ala

Assalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh

بِسْمِ ٱللَّهِ ٱلرَّحْمَـٰنِ ٱلرَّحِيم

Segala puji bagi Allah, Tuhan sekelian alam. Selawat serta salam buat junjungan mulia Nabi Muhammad SAW keluarga serta para sahabat dan pengikut yang istiqamah menuruti baginda hingga ke hari kiamat.

Sahabat yang dirahmati Allah,
Setiap mukmin akan berusaha bersungguh-sungguh supaya hatinya sentisa cinta dan kasih kepada Allah Subhanahu Wa Ta'ala, ini adalah kerana apabila seseorang telah mendapat kecintaan Allah ini merupakan derajat yang tertinggi di sisi-Nya.

Kecintaan kepada Allah Subhanahu Wa Ta'ala merupakan roh iman dan amal soleh untuk orang-orang yang beriman. Dialah yang menciptakan manisnya iman dalam kalbu sehingga pemiliknya merasa nikmat untuk taat dan berzikir kepada-Nya. Sekiranya kecintaan kepada Allah itu hilang dari seseorang, ianya hanya tinggal jasad tanpa roh. 

Terdapat lima (5) ciri-ciri seorang hamba itu di cintai oleh Allah SWT.

Pertama: Mengikuti sunah dan ajaran Nabi Sallallahu 'Alaihi Wasallam. 

Ini merupakan sebab utama untuk mendapatkan kecintaan Rabb yang Maha Tinggi. 

Allah Subhanahu Wa Ta'ala berfirman,

قُلْ إِنْ كُنْتُمْ تُحِبُّونَ اللَّهَ فَاتَّبِعُونِي يُحْبِبْكُمُ اللَّهُ وَيَغْفِرْ لَكُمْ ذُنُوبَكُمْ وَاللَّهُ غَفُورٌ رَحِيمٌ

"Katakanlah: "Jika kamu (benar-benar) mencintai Allah, ikutilah aku, nescaya Allah mengasihi dan mengampuni dosa-dosamu.' Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang."(Surah Ali-Imran ayat 31)
Ibnul Katsir berkata, "Ayat yang mulia ini menghakimi atas setiap orang yang mengaku cinta kepada Allah sedangkan ia tidak berada di atas jalan hidup Nabi Muhammad SAW, bahawa ia berdusta dalam pengakuannya pada saat itu juga. Sehingga ia mengikuti syariat Nabi Muhammad SAW dan Din Nawabi (Islam yang baginda bawa) dalam semua perkataan dan perbuataannya. Sebagaimana yang tertera dalam hadis yang sahih, dari Rasulullah Sallallahu 'Alaihi Wasallam, baginda bersabda: "Siapa yang beramal dengan satu amalan yang tidak ada perintahnya dari kami, maka ia tertolak."

Al-Hasan al-Bashri dan ulama salaf lainnya telah berkata: Suatu kaum mengaku mencintai Allah, lalu Allah menguji mereka dengan ayat ini. lalu beliau membaca ayat di atas.

Cinta kepada Allah tidak cukup hanya pengakuan. Tapi harus disertai pembuktian dan amalan. Dan tanda bukti nyatanya adalah mengikuti utusan-Nya Muhammad Sallallahu 'Alaihi Wasallam dalam semua keadaanya; baik dalam perkataan dan perbuatannya, dalam pokok agama dan cabangnya, dalam zahir dan batinnya. Maka siapa yang mengikuti Rasul itu menunjukkan benarnya pengakuannya. Dan siapa yang tidak mengikuti Rasul, ia tidak cinta kepada Allah Ta'ala. Kerana kecintaan kepada Allah mengharuskan untuk mengikuti utusan-Nya. Jika hal itu tidak berlaku pada seseorang, menunjukkan tidak adanya kecintaan kepada Allah dalam dirinya, ia dusta dalam pengakuannya.
   
Kedua: Berlemah lembut kepada sesama orang mukmin, bersikap keras terhadap orang-orang kafir, berjihad di jalan Allah, dan tidak takut kecuali hanya kepada-Nya.

Allah Subhanahu Wa Ta'ala telah menyebutkan sifat ini dalam satu ayat,

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا مَنْ يَرْتَدَّ مِنْكُمْ عَنْ دِينِهِ فَسَوْفَ يَأْتِي اللَّهُ بِقَوْمٍ يُحِبُّهُمْ وَيُحِبُّونَهُ أَذِلَّةٍ عَلَى الْمُؤْمِنِينَ أَعِزَّةٍ عَلَى الْكَافِرِينَ يُجَاهِدُونَ فِي سَبِيلِ اللَّهِ وَلَا يَخَافُونَ لَوْمَةَ لَائِمٍ

Maksudnya : "Wahai orang-orang yang beriman, barang siapa di antara kamu yang murtad dari agamanya, maka kelak Allah akan mendatangkan suatu kaum yang Allah mencintai mereka dan mereka pun mencintai-Nya, yang bersikap lemah lembut terhadap orang yang mukmin, yang bersikap keras terhadap orang-orang kafir, yang berjihad di jalan Allah, dan yang tidak takut kepada celaan orang yang suka mencela." (Surah al-Maidah ayat 54)

Dalam ayat ini Allah Subhanahu Wa Ta'ala telah menyebutkan beberapa sifat kaum yang mendapatkan kecintaan Allah. Berada pada urutan pertamanya, tawaduk dan tidak takabbur (sombong) terhadap kaum muslimin. Lalu mereka tegas terhadap orang kafir, tidak tunduk dan menghinakan diri di hadapan mereka. Mereka juga berjihad di jalan Allah; yakni jihad terhadap diri sendiri, syaitan, orang-orang kafir, kaum munafikin dan orang-orang fasik. Mereka tidak takut terhadap celaan orang yang suka mencela; yakni apabila ia menjalankan perintah agamanya maka ia tidak mempedulikan terhadap orang yang menghina dan mencelanya.

Ketiga: Menegakkan amalan-amalan sunah sesudah yang fardu. 

Sebagaimana yang terdapat dalam hadis Qudsi,

وما تَقَرَّب إليَّ عَبْدِي بشيءٍ أحَبَّ إليَّ مِمَّا افترضتُ عَليهِ ، ولا يَزالُ عَبْدِي يَتَقرَّبُ إليَّ بالنَّوافِلِ حتَّى أُحِبَّهُ

Maksudnya : "Dan tidaklah hamba-Ku mendekatkan diri kepada-Ku dengan sesuatu yang lebih Aku cintai daripada ia mengerjakan apa yang telah Aku wajibnya akepadanya. Dan tidaklah hamba-Ku senantiasa mendekatkan diri kepada-Ku (setelah menjalankan yang wajib) dengan amal-amal sunnah sehingga Aku mencintainya." (Hadis Riwayat Bukhari)

Bahawa siapa yang bersungguh-sungguh dalam mendekatkan diri kepada Allah dengan amalan fardu lalu diikuti amalan sunnah (amalan sunat), Allah akan mendekatkan ia kepada-Nya dan memenuhi hatinya dengan makrifah, ketenangan, cinta, rindu, takut dan harap kepada-Nya.

Dan di antara amalan-amalan sunat yang dituntut adalah solat, sedekah, berzikir, berdoa, beristighfar, membaca al-Quran, mengerjakan haji (selain haji pertama), umrah dan berpuasa sunat.

Keempat: Mencintai, menziarahi, memberi pertolongan  dan menasihati saudara muslim kerana Allah. 

Amal-amal ini terdapat di dalam satu hadis qudsi,

حقَّت محبتي للمتحابين فيَّ ، وحقت محبتي للمتزاورين فيَّ ، وحقت محبتي للمتباذلين فيَّ ، وحقت محبتي للمتواصلين فيَّ

Maksudnya : "Kecintaan-Ku untuk orang-orang yang saling mencintai kerana-Ku, Kecintaan-Ku untuk orang-orang yang saling menziarahi kerana-Ku, Kecintaan-Ku untuk orang-orang yang saling berkorban di jalan-Ku, Kecintaan-Ku diberikan untuk orang-orang yang saling menyambung kekerabatan kerana-Ku." (Hadis Riwayat Ahmad dan Ibnu HIbban dalam al-Tanashuh. Syaikh Al-Albani menyahihkan hadis di atas dalam Shahih al-Targhib wa al-Tarhib, no. 3019, 3020, 3021)

Makna saling menziarahi kerana-Ku: kunjungan sebagian mereka kepada sebagian yang lain kerana Allah dan berharap reda-Nya kerana adanya ikatan cinta kerana Allah atau kerjasama untuk taat kepada-Nya.

Sedangkan makan orang-orang yang saling berkorban di jalan-Ku: Mengorbankan diri mereka dalam keredaan-Nya seperti bersatu untuk berjihad melawan musuh Allah dan melaksanakan perintah-perintah-Nya yang lain serta memberikan hartanya kepada saudaranya jika ia sangat memerlukannya." (Lihat: al-Muntaqa, Syarh al-Muwatha': 1779)

Kelima: Ujian Allah Subhanahu Wa Ta'ala berupa musibah dan bencana.

Musibah dan bencana yang menimpa seorang mukmin boleh menjadi sebab datangnya kecintaan Allah dan menjadi sebahagian dari tanda cinta-Nya kepada hamba-Nya. Ia laksana ubat, walaupun pahit ia akan meminumnya untuk mendapatkan apa yang ia inginkan. 

Dalam hadis Sahih disebutkan,

إِنَّ عِظَمَ الجَزَاءِ مَعَ عِظَمِ البَلَاءِ وَإِنَّ اللهَ إِذَا أَحَبَّ قَوْمًا اِبْتَلَاهُمْ فَمَنْ رَضِيَ فَلَهُ الرِّضَا وَمَنْ سَخِطَ فَلَهُ السَّخَطُ

Maksudnya : "Sesungguhnya besarnya pahala sebanding dengan besarnya ujian. Dan sesungguhnya jika Allah mencintai suatu kaum pasti Dia menguji mereka. Maka siapa yang reda (terhadapnya) maka baginya keredaan Allah, dan siapa yang marah (terhadapnya) maka baginya kemurkaan Allah." (Hadis Riwayat Tirmidzi dan Ibnu Majah)

Pada dasarnya, datangnya musibah adalah baik untuk orang beriman. Kerana musibah tersebut menjadi penghapus dosa dan kesalahannya di dunia. Sehingga di akhirat  sudah tidak ada dosa yang dipikulnya. Terlebih akan diangkat derajatnya dan diampuni dosa-dosanya melalui musibah tersebut.

Rasulullah Sallallahu 'Alaihi Wasallam bersabda maksudnya : "Apabila Allah menghendaki kebaikan kepada hamba-Nya maka Dia menyegerakan hukuman (dosanya) di dunia. Dan apabila Dia menghendaki keburukan (terhadap hamba-Nya) Dia tahan dosanya sehingga disempurnakan balasannya pada hari kiamat." (Hadis Riwayat Tirmidzi dan disahihkan oleh Al-Albani)

Para ulama menjelaskan, yang ditahan dosanya adalah orang munafik. Allah menahan dosanya di dunia untuk dibalas secara sempurna pada hari kiamat.

Sahabat yang dimuliakan,
Marilah sama-sama kita berusaha untuk meletakkan diri kita menjadi hamba Allah yang dicintai-Nya dengan melaksanakan lima ciri-ciri yang dinyatakan di atas.

Memperoleh kecintaan Allah Subhanahu Wa Ta'ala cukup penting kerana inilah jalan yang akan membawa kebahagiaan kita di dunia dan akhirat. Sekiranya kita benar-benar di cintai oleh Allah Subhanahu Wa Ta'ala maka para malaikat dan semua mahluk akan mencintai kita dan mendoakan kesejahteraan hidup kita.

Semoga Allah Subhanahu Wa Ta'ala menjadikan kita golongan orang-orang yang mendapatkan kecintaan-Nya, sehingga Dia senantiasa membimbing kita, mengkabulkan doa kita, mengampuni dosa dan kesalahan kita, dan memasukkan kita ke dalam syurga-Nya.
Amiin.

No comments: