Thursday, January 2, 2014

Tafsir Surah At-Taubah Ayat 29

Assalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh

بِسْمِ ٱللَّهِ ٱلرَّحْمَـٰنِ ٱلرَّحِيم

Segala puji bagi Allah, Rabb sekelian alam. Selawat serta salam buat junjungan mulia Nabi Muhammad SAW keluarga serta para sahabat dan pengikut yang istiqamah menuruti baginda hingga ke hari kiamat.


Sahabat yang dirahmati Allah,

Firman Allah SWT :

قَاتِلُوا الَّذِينَ لَا يُؤْمِنُونَ بِاللَّهِ وَلَا بِالْيَوْمِ الْآخِرِ وَلَا يُحَرِّمُونَ مَا حَرَّمَ اللَّهُ وَرَسُولُهُ وَلَا يَدِينُونَ دِينَ الْحَقِّ مِنَ الَّذِينَ أُوتُوا الْكِتَابَ حَتَّى يُعْطُوا الْجِزْيَةَ عَنْ يَدٍ وَهُمْ صَاغِرُونَ (29) 

Maksudnya : "Perangilah orang-orang yang tidak beriman kepada Allah dan tidak (pula) kepada hari kemudian dan mereka tidak mengharamkan apa yang telah diharamkan oleh Allah dan Rasul-Nya dan tidak beragama dengan agama yang benar (agama Allah), (yaitu orang-orang) yang diberikan Al Kitab kepada mereka, sampai mereka membayar jizyah dengan patuh sedang mereka dalam keadaan tunduk."(Surah at-Taubah (9) ayat 29)

Tafsirannya :

Pada ayat ini Allah memerintahkan kaum Muslimin supaya memerangi Ahli Kitab kerana pada mereka terdapat empat unsur yang menyebabkan mereka memusuhi Islam. Empat unsur itu ialah: 

1. Mereka tidak beriman kepada Allah SWT kerana mereka telah menghancurkan asas ketauhidan. Mereka menjadikan pendeta-pendeta selaku orang suci yang berhak menentukan sesuatu, baik mengenai peraturan yang berkenaan dengan ibadat maupun yang berhubungan dengan halal dan haram. Demikian juga orang-orang Nasrani memandang bahwa Isa itu anak Allah, sedangkan orang-orang Yahudi memandang pula Uzair anak Allah. Hal itu dengan tegas menunjukkan bahawa semua mereka mempersekutukan Allah SWT dalam membuat peraturan agama. 

2. Mereka tidak beriman kepada hari kemudian, kerana mereka menganggap bahawa kehidupan di akhirat sekadar kehidupan rohaniah belaka di mana manusia menjadi malaikat. Kesesatan anggapan mereka seperti ini kerana tidak ada ketegasan, baik dalam Taurat maupun dalam Injil tentang adanya hari kebangkitan dan pembalasan sesudah mati di mana manusia bangkit kembali sebagai kejadiannya semula, iaitu terdiri dari jasad dan roh yang masing-masing akan merasakan kenikmatan karunia Allah sebagaimana ditegaskan dalam al-Quran. 

3. Mereka tidak mengharamkan apa yang diharamkan oleh Allah SWT dan Rasul-Nya. Orang-orang Yahudi tidak mengharamkan apa yang diharamkan oleh Allah SWT pada syariat yang dibawa oleh Musa a.s.dan yang sebagiannya dinasakhkan oleh Isa, yakni dinyatakan tidak berlaku lagi hukumnya. Mereka memandang halal memakan harta manusia dengan jalan yang tidak halal (batal), seperti riba dan sebagainya dan mereka mengikuti cara-cara orang musyrik dalam keganasan berperang dan dalam memperlakukan orang-orang tawanan. Sedangkan orang-orang Nasrani memandang halal apa yang diharamkan oleh Allah pada syariat Musa yang belum dinasakhkan oleh Injil. 

4. Mereka tidak berpegang kepada agama yang benar iaitu agama yang Allah SWT wahyukan kepada Musa a.s. dan Isa a.s. Apa yang mereka anggap agama sebenarnya adalah merupakan suatu cara yang dibuat oleh pendeta-pendeta mereka berdasarkan fikiran dan kepentingan. Yang membawa pendeta kepada perbuatan tersebut kerana pendeta Yahudi tidak sanggup menghafal kitab Taurat yang dibawa oleh Musa, demikian juga pendeta-pendeta Nasrani tidak dapat menghafal apa-apa yang disampaikan oleh Isa. Injil yang mereka terima jumlahnya puluhan, kemudian setelah melalui beberapa abad dari kenaikan Isa mereka memilih empat Injil daripadanya yang masing-masing terdapat pertentangan. Demikianlah keadaan mereka diisyaratkan oleh firman Allah: 

فَبِمَا نَقْضِهِمْ مِيثَاقَهُمْ لَعَنَّاهُمْ وَجَعَلْنَا قُلُوبَهُمْ قَاسِيَةً يُحَرِّفُونَ الْكَلِمَ عَنْ مَوَاضِعِهِ وَنَسُوا حَظًّا مِمَّا ذُكِّرُوا بِهِ وَلَا تَزَالُ تَطَّلِعُ عَلَى خَائِنَةٍ مِنْهُمْ إِلَّا قَلِيلًا مِنْهُمْ فَاعْفُ عَنْهُمْ وَاصْفَحْ إِنَّ اللَّهَ يُحِبُّ الْمُحْسِنِينَ 

Maksudnya : "(Tetapi) kerana mereka melanggar janjinya, Kami kutuk mereka dan Kami jadikan hati mereka keras membatu. Mereka suka berubah perkataan (Allah) dari tempat-tempatnya, dan mereka (sengaja) melupakan sebagian dari apa yang mereka telah diperingatkan dengannya, dan kamu (Muhammad) senantiasa akan melihat pengkhianatan dari mereka, kecuali sedikit di antara mereka (yang tidak berkhianat), maka maafkanlah mereka dan biarkanlah mereka, sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang berbuat baik. (Surah al-Ma'idah ayat 13) 

Oleh itu Allah SWT. memerintahkan orang-orang mukmin supaya memerangi Ahli Kitab ketika mereka melakukan perbuatan-perbuatan permusuhan yang mengancam keamanan orang-orang mukmin, baik mengenai kehidupan beragama mahupun kehidupan sosial. Jika mereka menerima Islam sebagai pengganti agamanya, maka mereka telah kembali kepada agama yang benar; dan jika mereka tunduk, takluk dan bertekuk lutut sehingga tidak sanggup lagi mengganggu dan mengancam kehidupan orang-orang mukmin, maka hendaklah mereka membayar jizyah sebagai tanda bahawa mereka berada dalam kedudukan yang rendah di mana kewajiban orang-orang mukmin seluruhnya menjamin kepada mereka, membela mereka, memberikan kebebasan kepada mereka terutama dalam menjalankan ibadat menurut agama mereka dan memperlakukan mereka dengan keadilan dan persamaan dalam kehidupan sosial sebagaimana diperlakukan terhadap kaum Muslimin sendiri.  Dengan membayar jizyah mereka disebut ahli zimmah atau kafir zimmi. 

Di dalam Tafsir Jalalain  Surah At Taubah 29 berbunyi :

(Perangilah orang-orang yang tidak beriman kepada Allah dan tidak pula kepada hari kemudian) jika tidak demikian nescaya dari dahulu mereka sudah beriman kepada Nabi SAW. (dan mereka tidak mengharamkan apa yang telah diharamkan oleh Allah dan Rasul-Nya) seperti khamar (dan tidak beragama dengan agama yang benar) yakni agama yang telah ditetapkan oleh Allah yang mengganti agama-agama lainnya, iaitu agama Islam (iaitu orang-orang) lafal alladziina pada ayat ini berkedudukan menjelaskan lafal alladziina pada awal ayat (yang diberikan Alkitab kepada mereka) kepada orang-orang Yahudi dan orang-orang Nasrani (sampai mereka membayar jizyah) kharaj yang dibebankan kepada mereka untuk membayarnya setiap tahun (dengan patuh) lafal yadin berkedudukan menjadi hal / kata keterangan, artinya, secara taat dan patuh, atau mereka menyerahkannya secara langsung tanpa memakai perantara atau wakil (sedangkan mereka dalam keadaan tunduk) yaitu patuh dan taat terhadap peraturan / hukum Islam.)

No comments: