Sahabat yang dikasihi Allah,
Setiap kesusahan dan musibah yang dihadapi oleh manusia adalah sesuatu yang mempunyai hikmah dan kebaikan di sisi Allah s.w.t. Sekiranya seorang Mukmin dalam kehidupan di dunia, yaitu dengan dia merenungkan dan menghayati hikmah-hikmah agung yang Allah s.w.t. jadikan dalam setiap ketentuan yang berlaku keatas hamba-hamba-Nya yang beriman dan bertakwa.
Kerana dengan merenungkan hikmah-hikmah tersebut dengan seksama, seorang Mukmin akan mengetahui dengan yakin bahwa semua cobaan yang menimpanya pada hakikatnya adalah justru untuk kebaikan bagi dirinya, dalam rangka menyempurnakan keimanannya dan semakin mendekatkan dirinya kepada Allah s.w.t.
Semua ini di samping akan semakin menguatkan kesabarannya, juga akan membuatnya selalu bersikap husnuzh zhann (berbaik sangka) kepada Allah dalam semua musibah dan cobaan yang menimpanya. Dengan sikap ini Allah akan semakin melipatgandakan balasan kebaikan baginya, kerena Allah akan memperlakukan seorang hamba sesuai dengan persangkaan hamba tersebut kepada-Nya, sebagaimana firman-Nya dalam sebuah hadits qudsi:
“Aku (akan memperlakukan hamba-Ku) sesuai dengan persangkaannya kepadaku.”
(Hadis Sahih Riwayat al-Bukhari dan Muslim)
Makna hadis ini: Allah akan memperlakukan seorang hamba sesuai dengan persangkaan hamba tersebut kepada-Nya, dan Dia akan berbuat pada hamba-Nya sesuai dengan harapan baik atau buruk dari hamba tersebut, maka hendaknya hamba tersebut selalu menjadikan baik persangkaan dan harapannya kepada Allah s.w.t.
Di antara hikmah-hikmah yang agung tersebut adalah:
[Pertama]
Allah s.w.t. menjadikan musibah dan cobaan tersebut sebagai ubat pembersih untuk mengeluarkan semua kotoran dan penyakit hati yang ada pada hamba-Nya, yang kalau seandainya kotoran dan penyakit tersebut tidak dibersihkan maka dia akan celaka (kerena dosa-dosanya), atau paling kurang berkurang pahala dan derajatnya di sisi Allah s.w.t.. Oleh kerena itu, musibah dan cobaanlah yang membersihkan penyakit-penyakit itu, sehingga hamba tersebut akan meraih pahala yang sempurna dan kedudukan yang tinggi di sisi Allah s.w.t.
“Orang yang paling banyak mendapatkan ujian/cobaan (di jalan Allah) adalah para Nabi, kemudian orang-orang yang (kedudukannya) setelah mereka (dalam keimanan) dan orang-orang yang (kedudukannya) setelah mereka (dalam keimanan), (setiap) orang akan diuji sesuai dengan (kuat/lemahnya) agama (iman)nya, kalau agamanya kuat maka ujiannya pun akan (makin) besar, kalau agamanya lemah maka dia akan diuji sesuai dengan (kelemahan) agamanya, dan akan terus-menerus ujian itu (Allah) timpakan kepada seorang hamba sampai (akhirnya) hamba tersebut berjalan di muka bumi dalam keadaan tidak punya dosa (sedikitpun)”
(Hadis Riwayat At Tirmidzi , Ibnu Majah , Ibnu Hibban , Al Hakim dan lain-lain, disahihkan oleh At Tirmidzi, Ibnu Hibban, Al Hakim, Adz Dzahabi dan Syaikh Al Albani dalam Silsilatul Ahaadits Ash Shahihah,)
[Kedua]
Allah s.w.t. menjadikan musibah dan cobaan tersebut sebagai sebab untuk menyempurnakan penghambaan diri dan ketundukan seorang mukmin kepada-Nya, karena Allah s.w.t. mencintai hamba-Nya yang selalu taat beribadah kepada-Nya dalam semua keadaan, susah maupun senang.
Inilah makna sabda Rasulullah s.a.w maksudnya : “Alangkah mengagumkan keadaan seorang mukmin, karena semua keadaannya (membawa) kebaikan (untuk dirinya), dan ini hanya ada pada seorang mukmin; jika dia mendapatkan kesenangan dia akan bersyukur, maka itu adalah kebaikan baginya, dan jika dia ditimpa kesusahan dia akan bersabar, maka itu adalah kebaikan baginya.”
(Hadis Sahih Riwayat Muslim)
[Ketiga]
Allah s.w.t. menjadikan musibah dan cobaan di dunia sebagai sebab untuk menyempurnakan keimanan seorang hamba terhadap kenikmatan sempurna yang Allah s.w.t. sediakan bagi hamba-Nya yang bertakwa di Syurga kelak. Inilah keistimewaan Syurga yang menjadikannya sangat jauh berbeda dengan keadaan dunia, kerena Allah menjadikan Syurga-Nya sebagai negeri yang penuh kenikmatan yang kekal abadi, serta tidak ada kesusahan dan penderitaan padanya selamanya. Sehingga kalau seandainya seorang hamba terus-menerus merasakan kesenangan di dunia, maka tidak ada artinya keistimewaan Syurga tersebut, dan dikhawatirkan hamba tersebut hatinya akan terikat kepada dunia, sehingga lupa untuk mempersiapkan diri menghadapi kehidupan yang kekal abadi di akhirat nanti.
Sabda Nabi s.a.w. yang bermaksud :
“Jadilah kamu di dunia seperti orang asing atau orang yang sedang melakukan perjalanan.”
(Hadis Sahih Riwayat Al Bukhari)
No comments:
Post a Comment