Sahabat yang dirahmati Allah,
Surah ini diturunkan di Makkah mengandungi enam ayat menyatakan dengan jelas tidak ada tolak ansur darisegi akidah dan ibadah dengan orang-orang kafir. Surah ini ditujukan kepada kaum musyrikin, yang kafir kerana mereka tidak mau menerima seruan dan petunjuk kebenaran yang dibawakan Nabi Muhammmad S.A.W. kepada mereka.
ŰšِŰłْÙ ِ ۧÙÙَّÙِ ۧÙ۱َّŰْÙ َÙِ ۧÙ۱َّŰِÙÙ
ÙُÙْ Ùَۧ ŰŁَÙُّÙَۧ ۧÙْÙَۧÙِ۱ُÙÙَ (ÙĄ)Ùۧ ŰŁَŰčْŰšُŰŻُ Ù َۧ ŰȘَŰčْŰšُŰŻُÙÙَ (Ùą)ÙَÙۧ ŰŁَÙْŰȘُÙ ْ ŰčَِۧۚŰŻُÙÙَ Ù َۧ ŰŁَŰčْŰšُŰŻُ (ÙŁ)ÙَÙۧ ŰŁَÙَۧ ŰčَِۧۚŰŻٌ Ù َۧ ŰčَŰšَŰŻْŰȘُÙ ْ (Ù€)ÙَÙۧ ŰŁَÙْŰȘُÙ ْ ŰčَِۧۚŰŻُÙÙَ Ù َۧ ŰŁَŰčْŰšُŰŻُ (Ù„)ÙَÙُÙ ْ ŰŻِÙÙُÙُÙ ْ ÙَÙِÙَ ŰŻِÙÙِ (ÙŠ)
1. Katakanlah: “Hai orang-orang kafir!”.
2. aku tidak akan menyembah apa yang kamu sembah.
3. Dan kamu bukan penyembah Tuhan yang aku sembah.
4. Dan aku tidak pernah menjadi penyembah apa yang kamu sembah.
5. dan kamu tidak pernah (pula) menjadi penyembah Tuhan yang aku sembah.
6. Untukmulah agamamu, dan untukkulah agamaku.
(Surah al-Kafirun ayat 1-6)
Asbabun Nuzul surah ini :
Telah diriwayatkan bahwa Walid bin Mugirah, 'As bin Wail As Sahmi, Aswad bin Abdul Muttalib dan Umaiyah bin Khalaf bersama rombongan pembesar-pembesar Quraisy datang menemui Nabi SAW. menyatakan, "Hai Muhammad! Marilah engkau mengikuti agama kami dan kami mengikuti agamamu dan engkau bersama kami dalam semua masalah yang kami hadapi, engkau menyembah Tuhan kami setahun dan kami menyembah Tuhanmu setahun.
Jika agama yang engkau bawa itu benar, maka kami berada bersamamu dan mendapat bagian darinya, dan jika ajaran yang ada pada kami itu benar, maka engkau telah bersekutu pula bersama-sama kami dan engkau akan mendapat bagian pula daripadanya".
Baginda S.A.W. menjawab, "Aku berlindung kepada Allah dari mempersekutukan-Nya".
Lalu turunlah surah Al Kafirun sebagai jawapan terhadap pelawaan mereka.
Kemudian Nabi SAW pergi ke Masjidilharam menemui orang-orang Quraisy yang sedang berkumpul di sana dan membaca surah Al Kafirun ini, maka mereka berputus asa untuk dapat bekerja sama dengan Nabi SAW. Sejak itu mulailah orang-orang Quraisy meningkatkan permusuhan mereka ke pada Nabi dengan menyakiti baginda dan para sahabatnya, sehingga tiba masanya hijrah ke Madinah.
Dalam ayat-ayat ini Allah memerintahkan Nabi-Nya agar menyatakan kepada orang-orang kafir, bahwa "Tuhan" yang kamu sembah bukanlah "Tuhan" yang aku sembah, kerana kamu menyembah "tuhan" yang memerlukan pembantu dan mempunyai anak atau ia menjelma dalam sesuatu bentuk atau dalam sesuatu rupa atau bentuk-bentuk lain yang kau dakwakan.
Sedang aku menyembah Tuhan yang tidak ada tandingan-Nya dan tidak ada sekutu bagi-Nya; tidak mempunyai anak, tidak mempunyai teman wanita, tidak beranak dan tidak diperanakkan dan tidak menjelma dalam sesuatu tubuh. Akal tidak sanggup menerka bagaimana Dia, tidak ditentukan oleh tempat dan tidak terikat oleh masa, tidak memerlukan perantaraan dan tidak pula memerlukan penghubung.
Maksudnya; perbedaan sangat besar antara "tuhan" yang kamu sembah dengan "Tuhan" yang aku sembah. Kamu menyakiti tuhanmu dengan sifat-sifat yang tidak layak sama sekali bagi Tuhan yang saya sembah.
Sahabat yang dimuliakan,
ÙُÙْ Ùَۧ ŰŁَÙُّÙَۧ ۧÙْÙَۧÙِ۱ُÙÙَ (ÙĄ)
1. Katakanlah (Wahai Muhammad): "Hai orang-orang kafir!
"Katakanlah," – olehmu hai utusanKu – kepada orang-orang yang tidak mau percaya itu: "Hai orang-orang kafir!" (ayat 1).
Hai orang-orang yang tidak mau percaya. Menurut Ibnu Jarir panggilan seperti ini disuruh sampaikan Tuhan oleh Nabi-Nya kepada orang-orang kafir itu, yang sejak semula berkeras menantang Rasul dan sudah diketahui dalam ilmu Allah Ta'ala bahwa sampai saat terakhir pun mereka tidaklah akan mahu menerima kebenaran. Mereka menantang, dan Nabi S.A.W. pun tegas pula dalam sikapnya menantang penyembahan mereka kepada berhala, sehingga timbullah suatu pertandingan siapakah yang lebih kuat semangatnya mempertahankan pendirian masing-masing. Maka pada satu waktu terasalah oleh mereka sakitnya pukulan-pukulan itu, mencela berhala mereka, menyalahkan kepercayaan mereka.
Maka bermuafakatlah pemuka-pemuka Quraisy musyrikin itu hendak menemui Nabi. Mereka bermaksud hendak mencari, "damai". Yang mendatangi Nabi itu menurut riwayat Ibnu Ishaq dari Said bin Mina – ialah al-Walid bin al-Mughirah, al-Ash bin Wail, al-Aswad bin al-Muthalib dan Umaiyah bin Khalaf. Mereka kemukakan suatu usul damai: "Ya Muhammad! Mari kita berdamai. Kami bersedia menyembah apa yang engkau sembah, tetapi engkau pun hendaknya bersedia pula menyembah yang kami sembah, dan di dalam segala urusan di negeri kita ini, engkau turut serta bersama kami. Kalau seruan yang engkau bawa ini memang ada baiknya daripada apa yang ada pada kami, supaya turutlah kami merasakannya dengan engkau. Dan jika pegangan kami ini yang lebih benar daripada apa yang engkau serukan itu maka engkau pun telah bersama merasakannya dengan kami, sama mengambil bahagian padanya." – Inilah usul yang mereka kemukakan. Tidak berapa lama setelah mereka mengemukakan usul ini, turunlah ayat ini;
ÙĄ)Ùۧ ŰŁَŰčْŰšُŰŻُ Ù َۧ ŰȘَŰčْŰšُŰŻُÙÙَ (Ùą)ÙَÙۧ ŰŁَÙْŰȘُÙ ْ ŰčَِۧۚŰŻُÙÙَ Ù َۧ ŰŁَŰčْŰšُŰŻُ (ÙŁ)ÙَÙۧ ŰŁَÙَۧ ŰčَِۧۚŰŻٌ Ù َۧ ŰčَŰšَŰŻْŰȘُÙ ْ (Ù€)ÙَÙۧ ŰŁَÙْŰȘُÙ ْ ŰčَِۧۚŰŻُÙÙَ Ù َۧ ŰŁَŰčْŰšُŰŻُ(Ù„)ÙَÙُÙ ْ ŰŻِÙÙُÙُÙ ْ ÙَÙِÙَ ŰŻِÙÙِ
2. aku tidak akan menyembah apa yang kamu sembah.
3. Dan kamu bukan penyembah Tuhan yang aku sembah.
4. Dan aku tidak pernah menjadi penyembah apa yang kamu sembah.
5. dan kamu tidak pernah (pula) menjadi penyembah Tuhan yang aku sembah.
6. Untukmulah agamamu, dan untukkulah agamaku.
Menurut tafsiran Ibnu Katsir yang disalinkannya dari Ibnu Taimiyah erti ayat yang kedua:
"Aku tidaklah menyembah apa yang kamu sembah," ialah menafikan perbuatan (nafyul fi'li) ertinya bahawa perbuatan begitu tidaklah pernah aku kerjakan.
"Dan tidak pula kamu menyembah apa yang aku sembah." (ayat 3). ertinya persembahan kita ini sekali-kali tidak dapat di gabungkan atau di satukan. Kerana yang aku sembah hanya Allah kan kalian menyembah kepada benda; iaitu kayu atau batu yang kamu perbuat sendiri dan kamu besarkan sendiri.
"Dan aku bukanlah penyembah sebagaimana kamu menyembah." (ayat 4).
"Dan kamu bukanlah pula penyembah sebagaimana aku menyembah." (ayat 5).
Maka selain dari yang kita sembah itu berlain; kamu menyembah berhala , aku menyembah Allah Yang Maha Esa, maka cara kita menyembah pun lain pula. Kalau aku menyembah Allah maka aku melakukan solat di dalam syarat rukun yang telah ditentukan. Sedang kamu menyembah berhala itu sangatlah berbeda dengan cara aku menyembah Allah. Oleh sebab itu tidaklah dapat pegangan kita masing-masing ini didamaikan;
"Untuk kamulah agama kamu, dan untuk akulah agamaku." (ayat 6).
Soal akidah, di antara Tauhid Mengesakan Allah, sekali-kali tidaklah dapat dikompromikan atau dicampur-adukkan dengan syirik. Tauhid kalau dicampurkan dengan syirik, ertinya ialah kemenangan syirik. Tauhid itu akan tosak dan tidak boleh diterima.
Syaikh Muhammad Abduh menjelaskan perbedaan ini di dalam tafsirnya; "Dua jumlah kata yang pertama (ayat 2 dan 3) adalah menjelaskan perbedaan yang disembah. Dan isi dua ayat berikutnya (ayat 4 dan 5) ialah menjelaskan perbedaan cara beribadat.
Tegasnya yang disembah lain dan cara menyembah pun lain. Tidak satu dan tidak sama. Yang aku sembah ialah Tuhan Yang Maha Esa, yang bersih daripada segala macam persekutuan dan perkongsian dan mustahil menyatakan diriNya pada diri seseorang atau sesuatu benda.
Allah, yang memberi kurniaNya kepada siapa jua pun yang tulus ikhlas beribadat kepada-Nya. Dan Maha Kuasa menarik ubun-ubun orang yang menolak kebenaranNya dan menghukum orang yang menyembah kepada yang lain.
Sedang yang kamu sembah bukan itu, bukan Allah, melainkan benda. Aku menyembah Allah sahaja, kamu menyembah sesuatu selain Allah dan kamu persekutukan yang lain itu dengan Allah. Sebab itu maka menurut aku, ibadatmu itu bukan ibadat dan tuhanmu itu pun bukan Tuhan. Untuk kamulah agama kamu, pakailah agama itu sendiri, jangan pula aku diajak menyembah yang bukan Tuhan itu. Dan untuk akulah agamaku, jangan sampai hendak kamu campur-adukkan dengan apa yang kamu sebut agama itu."
Al-Qurthubi meringkaskan tafsir seluruh ayat ini begini:
"Katakanlah olehmu wahai UtusanKu, kepada orang-orang kafir itu, bahwasanya aku tidaklah mahu diajak menyembah berhala-berhala yang kamu sembah dan puja itu, kamu pun rupanya tidaklah mahu menyembah kepada Allah saja sebagaimana yang aku lakukan dan serukan. Malahan kamu persekutukan berhala kamu itu dengan Allah. Maka kalau kamu katakan bahwa kamu pun menyembah Allah jua, perkataanmu itu bohong, kerana kamu adalah musyrik. Sedang Allah itu tidak dapat dipersyarikatkan dengan yang lain. Dan ibadat kita pun berlain. Aku tidak menyembah kepada Tuhanku sebagaimana kamu menyembah berhala. Oleh sebab itu agama kita tidaklah dapat di gabungkan atau dipersatukan.
"Bagi kamu agama kamu, bagiku adalah agamaku pula." Tinggilah dinding yang membatas, dalamlah jurang di antara kita."
Surah ini memberi pedoman yang tegas bagi kita pengikut Nabi Muhammad bahwasanya akidah tidaklah dapat di gabungkan kerana Tauhid dan syirik tak dapat dipertemukan. Kalau yang hak hendak dipersatukan dengan yang batil, maka yang batil jualah yang menang.
Sahabat yang dikasihi,
Dalam hadis-hadis Nabi S.A.W yang lain ada menceritakan fadilat dan amalan baginda yang membaca surah ini semasa solat-solat sunat .
Berkata Ibnu Katsir dalam tafsirnya:
Tersebut dalam Shahih Muslim, diterima dari Jabir bin Abdillah, bahwa Rasulullah S.A.W. membaca Surat al-Kafirun ini bersama Surat Qul Huwallaahu Ahad di dalam sembahyang sunnat dua rakaat sesudah tawaf.
Dalam Shahih Muslim juga, dari Hadis Abu Hurairah, bahwa Rasulullah S.A.W. membaca surah ini dan Qul Huwallaahu Ahad pada sembahyang dua rakaat sunnat Fajar (sebelum solat Subuh).
Demikian juga menurut sebuah hadis yang dirawikan oleh al-Imam Ahmad dari Ibnu Umar, bahwa Nabi S.A.W. membaca kedua surah ini dua rakaat Fajar dan dua rakaat sesudah Maghrib, lebih dari dua puluh kali.
Sebuah hadis diriwayatkan oleh al-Imam Ahmad dari Farwah bin Naufal al-Asyja'iy, bahawa beliau meminta pertunjuk kepada Nabi S.A.W. apa yang baik dibaca sebelum tidur. Maka Nabi S.A.W. menasihatkan supaya setelah beliau mulai berbaring bacalah Qul Yaa Ayyuhal Kaafiruun, sebab dia adalah satu pernyataan diri sendiri bersih dari syirik.
Dan telah kita jelaskan bahwa Qul Yaa Ayyuhal Kaafiruun, sama dengan seperempat dari al-Quran. Surah ini mengandungi larangan menyembah yang selain Allah, mengandungi pokok akidah, dan segala perbuatan hati. Dia selari dengan Qul Huwallaahu (Surah al-Ikhlas)
Marilah sama-sama kita memahami dan hayati tafsir dan maksud yang terdapat dalam surah al-Kafirun ini supaya kita dapat menjaga akidah kita supaya tidak syirik kepada Allah S.W.T. Dalam bab akidah dan tauhid kita langsung tidak boleh berkompromi atau bertolak ansur kerana akidah ini adalah hak Allah S.W.T yang tidak boleh disekutukan dengan perkara-perkara syirik kepada-Nya.
Surah ini diturunkan di Makkah mengandungi enam ayat menyatakan dengan jelas tidak ada tolak ansur darisegi akidah dan ibadah dengan orang-orang kafir. Surah ini ditujukan kepada kaum musyrikin, yang kafir kerana mereka tidak mau menerima seruan dan petunjuk kebenaran yang dibawakan Nabi Muhammmad S.A.W. kepada mereka.
ŰšِŰłْÙ ِ ۧÙÙَّÙِ ۧÙ۱َّŰْÙ َÙِ ۧÙ۱َّŰِÙÙ
ÙُÙْ Ùَۧ ŰŁَÙُّÙَۧ ۧÙْÙَۧÙِ۱ُÙÙَ (ÙĄ)Ùۧ ŰŁَŰčْŰšُŰŻُ Ù َۧ ŰȘَŰčْŰšُŰŻُÙÙَ (Ùą)ÙَÙۧ ŰŁَÙْŰȘُÙ ْ ŰčَِۧۚŰŻُÙÙَ Ù َۧ ŰŁَŰčْŰšُŰŻُ (ÙŁ)ÙَÙۧ ŰŁَÙَۧ ŰčَِۧۚŰŻٌ Ù َۧ ŰčَŰšَŰŻْŰȘُÙ ْ (Ù€)ÙَÙۧ ŰŁَÙْŰȘُÙ ْ ŰčَِۧۚŰŻُÙÙَ Ù َۧ ŰŁَŰčْŰšُŰŻُ (Ù„)ÙَÙُÙ ْ ŰŻِÙÙُÙُÙ ْ ÙَÙِÙَ ŰŻِÙÙِ (ÙŠ)
1. Katakanlah: “Hai orang-orang kafir!”.
2. aku tidak akan menyembah apa yang kamu sembah.
3. Dan kamu bukan penyembah Tuhan yang aku sembah.
4. Dan aku tidak pernah menjadi penyembah apa yang kamu sembah.
5. dan kamu tidak pernah (pula) menjadi penyembah Tuhan yang aku sembah.
6. Untukmulah agamamu, dan untukkulah agamaku.
(Surah al-Kafirun ayat 1-6)
Asbabun Nuzul surah ini :
Telah diriwayatkan bahwa Walid bin Mugirah, 'As bin Wail As Sahmi, Aswad bin Abdul Muttalib dan Umaiyah bin Khalaf bersama rombongan pembesar-pembesar Quraisy datang menemui Nabi SAW. menyatakan, "Hai Muhammad! Marilah engkau mengikuti agama kami dan kami mengikuti agamamu dan engkau bersama kami dalam semua masalah yang kami hadapi, engkau menyembah Tuhan kami setahun dan kami menyembah Tuhanmu setahun.
Jika agama yang engkau bawa itu benar, maka kami berada bersamamu dan mendapat bagian darinya, dan jika ajaran yang ada pada kami itu benar, maka engkau telah bersekutu pula bersama-sama kami dan engkau akan mendapat bagian pula daripadanya".
Baginda S.A.W. menjawab, "Aku berlindung kepada Allah dari mempersekutukan-Nya".
Lalu turunlah surah Al Kafirun sebagai jawapan terhadap pelawaan mereka.
Kemudian Nabi SAW pergi ke Masjidilharam menemui orang-orang Quraisy yang sedang berkumpul di sana dan membaca surah Al Kafirun ini, maka mereka berputus asa untuk dapat bekerja sama dengan Nabi SAW. Sejak itu mulailah orang-orang Quraisy meningkatkan permusuhan mereka ke pada Nabi dengan menyakiti baginda dan para sahabatnya, sehingga tiba masanya hijrah ke Madinah.
Dalam ayat-ayat ini Allah memerintahkan Nabi-Nya agar menyatakan kepada orang-orang kafir, bahwa "Tuhan" yang kamu sembah bukanlah "Tuhan" yang aku sembah, kerana kamu menyembah "tuhan" yang memerlukan pembantu dan mempunyai anak atau ia menjelma dalam sesuatu bentuk atau dalam sesuatu rupa atau bentuk-bentuk lain yang kau dakwakan.
Sedang aku menyembah Tuhan yang tidak ada tandingan-Nya dan tidak ada sekutu bagi-Nya; tidak mempunyai anak, tidak mempunyai teman wanita, tidak beranak dan tidak diperanakkan dan tidak menjelma dalam sesuatu tubuh. Akal tidak sanggup menerka bagaimana Dia, tidak ditentukan oleh tempat dan tidak terikat oleh masa, tidak memerlukan perantaraan dan tidak pula memerlukan penghubung.
Maksudnya; perbedaan sangat besar antara "tuhan" yang kamu sembah dengan "Tuhan" yang aku sembah. Kamu menyakiti tuhanmu dengan sifat-sifat yang tidak layak sama sekali bagi Tuhan yang saya sembah.
Sahabat yang dimuliakan,
ÙُÙْ Ùَۧ ŰŁَÙُّÙَۧ ۧÙْÙَۧÙِ۱ُÙÙَ (ÙĄ)
1. Katakanlah (Wahai Muhammad): "Hai orang-orang kafir!
"Katakanlah," – olehmu hai utusanKu – kepada orang-orang yang tidak mau percaya itu: "Hai orang-orang kafir!" (ayat 1).
Hai orang-orang yang tidak mau percaya. Menurut Ibnu Jarir panggilan seperti ini disuruh sampaikan Tuhan oleh Nabi-Nya kepada orang-orang kafir itu, yang sejak semula berkeras menantang Rasul dan sudah diketahui dalam ilmu Allah Ta'ala bahwa sampai saat terakhir pun mereka tidaklah akan mahu menerima kebenaran. Mereka menantang, dan Nabi S.A.W. pun tegas pula dalam sikapnya menantang penyembahan mereka kepada berhala, sehingga timbullah suatu pertandingan siapakah yang lebih kuat semangatnya mempertahankan pendirian masing-masing. Maka pada satu waktu terasalah oleh mereka sakitnya pukulan-pukulan itu, mencela berhala mereka, menyalahkan kepercayaan mereka.
Maka bermuafakatlah pemuka-pemuka Quraisy musyrikin itu hendak menemui Nabi. Mereka bermaksud hendak mencari, "damai". Yang mendatangi Nabi itu menurut riwayat Ibnu Ishaq dari Said bin Mina – ialah al-Walid bin al-Mughirah, al-Ash bin Wail, al-Aswad bin al-Muthalib dan Umaiyah bin Khalaf. Mereka kemukakan suatu usul damai: "Ya Muhammad! Mari kita berdamai. Kami bersedia menyembah apa yang engkau sembah, tetapi engkau pun hendaknya bersedia pula menyembah yang kami sembah, dan di dalam segala urusan di negeri kita ini, engkau turut serta bersama kami. Kalau seruan yang engkau bawa ini memang ada baiknya daripada apa yang ada pada kami, supaya turutlah kami merasakannya dengan engkau. Dan jika pegangan kami ini yang lebih benar daripada apa yang engkau serukan itu maka engkau pun telah bersama merasakannya dengan kami, sama mengambil bahagian padanya." – Inilah usul yang mereka kemukakan. Tidak berapa lama setelah mereka mengemukakan usul ini, turunlah ayat ini;
ÙĄ)Ùۧ ŰŁَŰčْŰšُŰŻُ Ù َۧ ŰȘَŰčْŰšُŰŻُÙÙَ (Ùą)ÙَÙۧ ŰŁَÙْŰȘُÙ ْ ŰčَِۧۚŰŻُÙÙَ Ù َۧ ŰŁَŰčْŰšُŰŻُ (ÙŁ)ÙَÙۧ ŰŁَÙَۧ ŰčَِۧۚŰŻٌ Ù َۧ ŰčَŰšَŰŻْŰȘُÙ ْ (Ù€)ÙَÙۧ ŰŁَÙْŰȘُÙ ْ ŰčَِۧۚŰŻُÙÙَ Ù َۧ ŰŁَŰčْŰšُŰŻُ(Ù„)ÙَÙُÙ ْ ŰŻِÙÙُÙُÙ ْ ÙَÙِÙَ ŰŻِÙÙِ
2. aku tidak akan menyembah apa yang kamu sembah.
3. Dan kamu bukan penyembah Tuhan yang aku sembah.
4. Dan aku tidak pernah menjadi penyembah apa yang kamu sembah.
5. dan kamu tidak pernah (pula) menjadi penyembah Tuhan yang aku sembah.
6. Untukmulah agamamu, dan untukkulah agamaku.
Menurut tafsiran Ibnu Katsir yang disalinkannya dari Ibnu Taimiyah erti ayat yang kedua:
"Aku tidaklah menyembah apa yang kamu sembah," ialah menafikan perbuatan (nafyul fi'li) ertinya bahawa perbuatan begitu tidaklah pernah aku kerjakan.
"Dan tidak pula kamu menyembah apa yang aku sembah." (ayat 3). ertinya persembahan kita ini sekali-kali tidak dapat di gabungkan atau di satukan. Kerana yang aku sembah hanya Allah kan kalian menyembah kepada benda; iaitu kayu atau batu yang kamu perbuat sendiri dan kamu besarkan sendiri.
"Dan aku bukanlah penyembah sebagaimana kamu menyembah." (ayat 4).
"Dan kamu bukanlah pula penyembah sebagaimana aku menyembah." (ayat 5).
Maka selain dari yang kita sembah itu berlain; kamu menyembah berhala , aku menyembah Allah Yang Maha Esa, maka cara kita menyembah pun lain pula. Kalau aku menyembah Allah maka aku melakukan solat di dalam syarat rukun yang telah ditentukan. Sedang kamu menyembah berhala itu sangatlah berbeda dengan cara aku menyembah Allah. Oleh sebab itu tidaklah dapat pegangan kita masing-masing ini didamaikan;
"Untuk kamulah agama kamu, dan untuk akulah agamaku." (ayat 6).
Soal akidah, di antara Tauhid Mengesakan Allah, sekali-kali tidaklah dapat dikompromikan atau dicampur-adukkan dengan syirik. Tauhid kalau dicampurkan dengan syirik, ertinya ialah kemenangan syirik. Tauhid itu akan tosak dan tidak boleh diterima.
Syaikh Muhammad Abduh menjelaskan perbedaan ini di dalam tafsirnya; "Dua jumlah kata yang pertama (ayat 2 dan 3) adalah menjelaskan perbedaan yang disembah. Dan isi dua ayat berikutnya (ayat 4 dan 5) ialah menjelaskan perbedaan cara beribadat.
Tegasnya yang disembah lain dan cara menyembah pun lain. Tidak satu dan tidak sama. Yang aku sembah ialah Tuhan Yang Maha Esa, yang bersih daripada segala macam persekutuan dan perkongsian dan mustahil menyatakan diriNya pada diri seseorang atau sesuatu benda.
Allah, yang memberi kurniaNya kepada siapa jua pun yang tulus ikhlas beribadat kepada-Nya. Dan Maha Kuasa menarik ubun-ubun orang yang menolak kebenaranNya dan menghukum orang yang menyembah kepada yang lain.
Sedang yang kamu sembah bukan itu, bukan Allah, melainkan benda. Aku menyembah Allah sahaja, kamu menyembah sesuatu selain Allah dan kamu persekutukan yang lain itu dengan Allah. Sebab itu maka menurut aku, ibadatmu itu bukan ibadat dan tuhanmu itu pun bukan Tuhan. Untuk kamulah agama kamu, pakailah agama itu sendiri, jangan pula aku diajak menyembah yang bukan Tuhan itu. Dan untuk akulah agamaku, jangan sampai hendak kamu campur-adukkan dengan apa yang kamu sebut agama itu."
Al-Qurthubi meringkaskan tafsir seluruh ayat ini begini:
"Katakanlah olehmu wahai UtusanKu, kepada orang-orang kafir itu, bahwasanya aku tidaklah mahu diajak menyembah berhala-berhala yang kamu sembah dan puja itu, kamu pun rupanya tidaklah mahu menyembah kepada Allah saja sebagaimana yang aku lakukan dan serukan. Malahan kamu persekutukan berhala kamu itu dengan Allah. Maka kalau kamu katakan bahwa kamu pun menyembah Allah jua, perkataanmu itu bohong, kerana kamu adalah musyrik. Sedang Allah itu tidak dapat dipersyarikatkan dengan yang lain. Dan ibadat kita pun berlain. Aku tidak menyembah kepada Tuhanku sebagaimana kamu menyembah berhala. Oleh sebab itu agama kita tidaklah dapat di gabungkan atau dipersatukan.
"Bagi kamu agama kamu, bagiku adalah agamaku pula." Tinggilah dinding yang membatas, dalamlah jurang di antara kita."
Surah ini memberi pedoman yang tegas bagi kita pengikut Nabi Muhammad bahwasanya akidah tidaklah dapat di gabungkan kerana Tauhid dan syirik tak dapat dipertemukan. Kalau yang hak hendak dipersatukan dengan yang batil, maka yang batil jualah yang menang.
Sahabat yang dikasihi,
Dalam hadis-hadis Nabi S.A.W yang lain ada menceritakan fadilat dan amalan baginda yang membaca surah ini semasa solat-solat sunat .
Berkata Ibnu Katsir dalam tafsirnya:
Tersebut dalam Shahih Muslim, diterima dari Jabir bin Abdillah, bahwa Rasulullah S.A.W. membaca Surat al-Kafirun ini bersama Surat Qul Huwallaahu Ahad di dalam sembahyang sunnat dua rakaat sesudah tawaf.
Dalam Shahih Muslim juga, dari Hadis Abu Hurairah, bahwa Rasulullah S.A.W. membaca surah ini dan Qul Huwallaahu Ahad pada sembahyang dua rakaat sunnat Fajar (sebelum solat Subuh).
Demikian juga menurut sebuah hadis yang dirawikan oleh al-Imam Ahmad dari Ibnu Umar, bahwa Nabi S.A.W. membaca kedua surah ini dua rakaat Fajar dan dua rakaat sesudah Maghrib, lebih dari dua puluh kali.
Sebuah hadis diriwayatkan oleh al-Imam Ahmad dari Farwah bin Naufal al-Asyja'iy, bahawa beliau meminta pertunjuk kepada Nabi S.A.W. apa yang baik dibaca sebelum tidur. Maka Nabi S.A.W. menasihatkan supaya setelah beliau mulai berbaring bacalah Qul Yaa Ayyuhal Kaafiruun, sebab dia adalah satu pernyataan diri sendiri bersih dari syirik.
Dan telah kita jelaskan bahwa Qul Yaa Ayyuhal Kaafiruun, sama dengan seperempat dari al-Quran. Surah ini mengandungi larangan menyembah yang selain Allah, mengandungi pokok akidah, dan segala perbuatan hati. Dia selari dengan Qul Huwallaahu (Surah al-Ikhlas)
Marilah sama-sama kita memahami dan hayati tafsir dan maksud yang terdapat dalam surah al-Kafirun ini supaya kita dapat menjaga akidah kita supaya tidak syirik kepada Allah S.W.T. Dalam bab akidah dan tauhid kita langsung tidak boleh berkompromi atau bertolak ansur kerana akidah ini adalah hak Allah S.W.T yang tidak boleh disekutukan dengan perkara-perkara syirik kepada-Nya.
No comments:
Post a Comment