Assalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh
سْمِ اللهِ الرَّحْمنِ الرَّحِيْم
Segala puji bagi Allah, Tuhan sekelian alam. Selawat serta salam buat junjungan mulia Nabi Muhammad SAW keluarga serta para sahabat dan pengikut yang istiqamah menuruti baginda hingga ke hari kiamat.
Sahabat yang dirahmati Allah,
Seorang mukmin dengan ketakwaannya kepada Allâh SWT, memiliki kebahagiaan yang hakiki dalam hatinya, sehingga masalah apapun yang dihadapinya di dunia ini tidak akan membuatnya mengeluh atau risau, apalagi berputus asa. Hal ini disebabkan keimanannya yang kuat kepada Allâh SWT membuat dia yakin bahawa apapun ketetapan yang Allâh SWT untuk dirinya maka itulah yang terbaik baginya.
Dengan keyakinannya ini pula Allah SWT akan memberikan balasan kebaikan baginya berupa ketenangan dan ketabahan dalam jiwanya. Inilah yang dinyatakan oleh Allâh SWT dalam firman-Nya yang bermaksud :
"Tidak ada sesuatu musibah pun yang menimpa (seseorang) kecuali denga izin Allâh;
barang siapa yang beriman kepada Allâh, nescaya Dia akan memberi petunjuk ke (dalam) hatinya. Dan Allâh Maha Mengetahui segala sesuatu "(Surah at-Taghabun (64) ayat 11)
Imam Ibnu Katsîr rahimahullah berkata:
“Maknanya: Seseorang yang ditimpa musibah dan dia meyakini bahawa musibah tersebut merupakan ketentuan dan takdir Allâh SWT, kemudian dia bersabar dan mengharapkan (balasan pahala dari Allâh SWT), disertai (perasaan) tunduk berserah diri kepada ketentuan Allâh SWT tersebut, maka Dia akan memberikan petunjuk ke (dalam) hatinya dan menggantikan musibah dunia yang menimpanya dengan petunjuk dan keyakinan yang benar dalam hatinya, bahkan boleh jadi Allâh SWT akan menggantikan apa yang hilang darinya dengan sesuatu yang lebih baik baginya.”
Inilah sikap seorang mukmin yang benar dalam menghadapi musibah yang menimpanya.
Meskipun Allâh SWT dengan hikmah-Nya yang Maha Sempurna telah menetapkan bahawa musibah itu akan menimpa semua manusia, baik orang yang beriman maupun orang kafir, akan tetapi orang yang beriman memiliki keistimewaan yang tidak dimiliki oleh orang kafir, iaitu ketabahan dan pengharapan pahala dari Allâh SWT dalam menghadapi musibah tersebut. Dan tentu saja semua ini akan semakin meringankan beratnya musibah tersebut bagi seorang mukmin.
Dalam menjelaskan hikmah yang agung ini, Ibnul Qayyim rahimahullâh mengatakan:
“Sesungguhnya semua (musibah) yang menimpa orang-orang yang beriman dalam (menjalankan agama) Allâh SWT senantiasa disertai dengan sikap redha dan ihtisab (mengharapkan pahala dari-Nya). Kalaupun sikap redha tidak mereka miliki maka pegangan mereka adalah sikap sabar dan ihtisâb. Ini (semua) akan meringankan beratnya beban musibah tersebut. Kerana, setiap kali mereka menyaksikan (mengingat) balasan (kebaikan) tersebut, akan terasa ringan bagi mereka menghadapi kesusahan dan musibah tersebut.
Adapun orang-orang kafir, mereka tidak memiliki sikap redha dan tidak pula ihtisb. Kalau pun mereka bersabar (menahan diri), maka (tidak lebih) seperti kesabaran haiwan-haiwan (ketika mengalami kesusahan).
Sesungguhnya Allah SWT telah mengingatkan hal ini dalam firman-Nya yang bermaksud :
”Janganlah kamu berhati lemah dalam mengejar mereka (musuhmu). Jika kamu menderita kesakitan, maka sesungguhnya merekapun menderita kesakitan (pula), sebagaimana kamu menderitanya, sedang kamu mengharap dari Allâh apa yang tidak mereka harapkan”
(Surah an-Nisa (4) ayat 104).
Jadi, orang-orang mukmin mahu pun kafir sama-sama menderita kesakitan, akan tetapi orang-orang mukmin mempunyai keistimewaan dengan pengharapan pahala dan dekat dengan Allâh SWT"
Sahabat yang dimuliakan,
Apakah sebenarnya hikmah di balik ujian dan cubaan yang didatangkan oleh Allah SWT kepada orang-orang mukmin?
Di samping sebab-sebab di atas, ada lagi faktor lain yang boleh meringankan semua kesusahan yang dialami seorang mukmin di dunia ini, iaitu merenungi dan menghayati hikmah-hikmah agung yang Allâh SWT jadikan dalam setiap ketentuan yang terjadi pada hamba-hamba-Nya yang beriman dan bertakwa. Dengan merenungi hikmah-hikmah tersebut, seorang mukmin akan semakin yakin bahawa semua cubaan yang menimpanya pada hakikatnya adalah kebaikan bagi dirinya, untuk menyempurnakan keimanannya dan semakin mendekatkan diri-Nya kepada Allah SWT.
Semua ini, di samping akan semakin menguatkan kesabarannya, juga akan membuatnya selalu bersikap husnuzh zhann (berbaik sangka) kepada Allâh SWT dalam semua musibah dan cubaan yang menimpanya.
Dengan sikap ini, Allâh SWT akan semakin melipatgandakan balasan kebaikan baginya, kerana Allah SWT memperlakukan seorang hamba sesuai dengan prasangka hamba tersebut kepada-Nya, sebagaimana firman-Nya dalam sebuah hadis qudsi yang bermaksud :
Abu Hurairah r.a. meriwayatkan bahawa Rasulullah SAW bersabda yang bermaksud : "Allah SWT. berfirman, 'Aku sesuai dengan prasangka hamba-Ku kepada diri-Ku." (Hadis Riwayat al-Bukhari).
Rasulullah SAW bersabda, maksudnya : "Janganlah kamu mati melainkan dalam keadaaan kamu berbaik sangka dengan Allah." (Hadis Riwayat Muslim)
Maksud bersangka baik dengan Allah ialah rasa takut dan harap yang saling bergandingan, ataupun rasa takut mengatasi rasa harap.
Maknanya: Allah SWT akan memperlakukan seorang hamba sesuai dengan prasangka hamba tersebut kepada-Nya, dan Dia akan berbuat pada hamba-Nya sesuai dengan harapan baik atau buruk dari hamba tersebut, maka hendaknya hamba tersebut selalu menjadikan baik prasangkanya dan harapannya kepada Allâh SWT.
Di antara hikmah yang agung tersebut adalah:
1. Allah SWT menjadikan musibah dan cubaan tersebut sebagai ubat pembersih untuk mengeluarkan semua kotoran dan penyakit hati yang ada pada hamba-Nya. Kalau seandainya kotoran dan penyakit tersebut tidak dibersihkan maka dia akan binasa (kerana dosa-dosanya), atau berkurang pahala dan derajatnya di sisi Allâh SWT. Jadi musibah dan cubaanlah yang membersihkan penyakit-penyakit itu, sehingga hamba tersebut meraih pahala yang sempurna dan kedudukan yang tinggi di sisi Allah SWT
2. Allah SWT menjadikan musibah dan cubaan tersebut sebagai sebab untuk menyempurnakan penghambaan diri dan ketundukan seorang mukmin kepada-Nya, kerana Allâh SWT mencintai hamba- Nya yang selalu taat beribadah kepada-Nya dalam semua keadaan, susah mahu pun senang.
Inilah makna sabda Rasulullah Sallallahu 'Alaihi Wasallam :
“Sungguh mengagumkan keadaan seorang mukmin, semua keadaannya (membawa) kebaikan (untuk dirinya), dan ini hanya ada pada seorang mukmin; jika dia mendapatkan kesenangan dia akan bersyukur, maka itu adalah kebaikan baginya, dan jika dia ditimpa kesusahan dia akan bersabar, maka itu adalah kebaikan baginya.” (Hadis Riwayat Muslim)
3. Allah SWT menjadikan musibah dan cubaan di dunia sebagai sebab untuk menyempurnakan keimanan seorang hamba terhadap kenikmatan sempurna yang Allah SWT sediakan bagi hamba-Nya yang bertakwa di syurga kelak. Inilah keistimewaan syurga yang sangat jauh berbeda keadaannya dengan dunia. Allâh SWT menjadikan syurga-Nya sebagai negeri yang penuh kenikmatan yang kekal abadi, serta tidak ada kesusahan dan penderitaan padanya selamanya.
Sehingga kalau seandainya seorang hamba terus-menerus merasakan kesenangan di dunia, maka tidak ada ertinya keistimewaan syurga tersebut, dan dikhawatirkan hatinya akan terikat kepada dunia, sehingga lupa untuk mempersiapkan diri menghadapi kehidupan yang kekal abadi di akhirat nanti.
Inilah di antara makna yang diisyaratkan dalam sabda Rasûlullâh Sallallâhu 'Alaihi Wasallam yang maksudnya : ”Jadilah kamu di dunia ini seperti orang asing atau orang yang sedang melakukan perjalanan.” (Hadis Riwayat Bukhari)
Sahabat yang dikasihi,
Apabila hati sentiasa berhubungan dengan Allah S.W.T, berdoa dan bermunajat, Allah S.W.T. akan meringankan segala bebanan dan penderitaan kita. Musibah yang datang juga akan diringankan oleh-Nya. Oleh itu marilah kita sama-sama kita beramal dengan semua suruhan Allah SWT dan meninggalkan semua larangannya dengan itu kita akan menjadi hamba-hamba Allah yang dikasihi dan diredai-Nya.
No comments:
Post a Comment