Sahabat yang dirahmati Allah,
Secara fitrah tidak seorangpun di muka bumi ini yang menginginkan suatu musibah yang menimpa pada dirinya. Musibah dalam erti kejadian yang tidak menyenangkan, menyusahkan, dan menyakitkan, baik secara fisikal maupun mental.
Yang diinginkan oleh setiap orang adalah sesuatu yang menyenangkan, menggembirakan, melegakan dan membahagiakan.
Bagi seorang mukmin, musibah yang terjadi dan menimpa dirinya di pandangnya sebagai ujian hidup. Maka di balik ujian itulah yang perlu di renungkan,apakah hikmah di balik musibah itu?. Kerana seorang mukmin dengan konsepsi keimanannya akan mampu memandang persoalan dengan sudut pandang yang berbeda dengan umumnya manusia. Baginya ukuran baik atau buruknya sesuatu, benar atau salah, suka dan dukanya sesuatu dikembalikan nilainya kepada Allah S.W.T.
Hal inilah yang membedakan seorang mukmin itu senantiasa berfikir positif dan optimis dalam mengarungi kehidupannya. Sekalipun harus menghadapi berbagai ujian atau kenyataan paling pahit sekalipun, ia tidak akan mudah patah semangat dan putus asa. Kerana ia yakin bahwa setiap kejadian pastilah sudah dalam kehendak dan takdir Allah SWT.
Maka tepatlah apa yang di sabdakan oleh Nabi S.A.W: "Sungguh menakjubkan orang mukmin bahwa semua urusannya mendatangkan kebaikan. Yang demikian itu tidak terjadi pada siapapun,kecuali untuk orang mukmin. Jika menimpanya sesuatu yang menggembirakan bersyukurlah ia maka adalah kebaikan baginya. Dan jika menimpanya sesuatu yang menyusahkan bersabarlah ia maka adalah kebaikan baginya."
(Hadis Riwayat Muslim).
Hadis ini dapat menjadi landasan paradigma berfikir seorang mukmin sehingga ia senantiasa berada pada jalan kebenaran. Seorang mukmin selalu memiliki pandangan yang lurus kedepan, pandangannya kuat dan mendasar, luas menjangkau dan seimbang dalam mensikapi segala sesuatunya. Dengan demikian ia akan memiliki kesiapan secara mental, pemikiran, lahir dan batin dalam mensikapi segala sesuatunya. Dengan demikian ia akan memiliki kesiapan secara mental, pemikiran lahir dan batin dalam menghadapi realita dan berbagai kemungkinan yang akan menimpa di dalam hidupnya.
Untuk lebih jelasnya marilah kita perhatikan firman Allah S.W.T yang berbicara tentang perspektif musibah.
Firman Allah S.W.T. maksudnya : "Tdak ada suatu musibah apapun di muka bumi dan (tidak pula) pada dirimu sendiri melainkan telah tertulis di dalam Kitab (lohmahfuz) sebelum Kami menciptakannya. Sesungguhnya yang demikian itu adalah mudah bagi Allah. Kami jelaskan yang demikian itu supaya kamu jangan berduka cita terhadap apa yang luput dari kamu, dan supaya kamu jangan terlalu bergembira terhadap apa yang diberikan-Nya kepadamu. Dan Allah tidak menyukai orang sombong lagi membanggakan diri."
(Surah Al-Hadid ayat 22-23).
Dari Ayat ini dapatlah kita fahami bahwa musibah dalam bentuk apapun tidak mungkin terjadi dan menimpa pada siapapun, kecuali telah terencana dalam ilmu Allah bahkan telah ditetapkan pula di lohmahfuz. Maka tidak akan pernah terjadi musibah yang salah sasaran. Maka musibah apapun yang menimpa seorang mukmin akan di fahami sebagai takdir Allah dan qadak-Nya.
Yang paling penting bagi manusia adalah mengimani segala keputusan dan ketentuan yang telah terjadi,kerana kesemuanya terjadi tidaklah terlepas dari "Kebijakan dan Keadilan Allah SWT".
Manusia diberi kebebasan berfikir, berusaha, beramal untuk menjawab seluruh tantangan hidupnya . Mencapai apa yang diinginkannya dan menghindari apa yang tidak diinginkannya.
Allah juga telah memberi seperangkat alat dan modal besar berupa; akal, hati, perasaan dan pancaindra.
Allah pun telah memberinya petunjuk berupa kitab suci yang telah di jelaskan oleh Rasulullah S.A.W. Dengan petunjuk ini seharusnya manusia mampu menjalani kehidupannya dengan sempurna.
Allah telah menundukkan apa yang ada di bumi, untuk menjadi sarana hidup dan kehidupan bagi manusia. Manusia di beri kesempatan untuk mengambil manfaat sebesar-besarnya apa yang ada di bumi sebagai bagian kesenangan hidup dan kehidupannya. Begitu sempurnanya Allah memberi kenikmatan kepada manusia.
Maka ketika sebuah musibah yang tidak menyenangkan terjadi seharusnya manusia bertanya, mengapa hal ini terjadi?, Apa sebabnya terjadinya musibah yang demikian ini?.
Inilah bentuk-bentuk dan cara Allah S.W.T memberi dugaan atau ujian kepada manusia. Dengan ujian ini Allah ingin membedakan siapa manusia yang benar-benar beriman dengan orang yang benar-benar kafir kepada-Nya.
Dari ujian inilah nantinya Allah akan membezakan siapa diantara manusia yang paling kuat keimanan dan amalnya, bersyukur atas nikmat,istiqamah dalam ketaatan kepada-Nya atau kufur atas nikmat-Nya dan berputus asa atas cobaan yang menimpanya.
Dengan beriman kepada takdir Allah, maka akan membuka pintu hidayah menuju ke redaan-Nya. Di akhirat nanti Allah akan pisahkan siapa yang termasuk "Ahlul Yamin" Dan siapa yang termasuk "Ahlus Syimar" Untuk kemudian di balas dengan syurga atau neraka-Nya.
Nabi Ibrahim as dipilih oleh Allah S.W.T sebagai pemimpin bagi umat manusia kerana kesempurnaannya dalam reda kepada Allah S.W.T. segala bentuk ujian. Sebagaimana Firman Allah dalam Al-Quran maksudnya :
"Dan ingatlah ketika Ibrahim di uji Tuhannya dengan beberapa kalimat (peritah dan larangan) lalu Ibrahim dengan sempurna menunaikannya. Allah berfirman:" Sesungguhnya Aku akan menjadikanmu imam bagi seluruh manusia"Ibrahim berkata:"(Dan saya mohon juga) ya Allah dari anak keturunanku, Allah berfirman "Janji-Ku (ini) tidak berlaku bagi orang-orang yang zalim." (Surah al-Baqarah ayat 124-125).
Oleh itu tidak ada alasan bagi orang-orang yang beriman untuk lari atau menghindar dari ujian dan cobaan dalam hidupnya. Tidak ada kamus putus asa dalam menghadapi segala macam ujian, kerana ujian itu ternyata merupakan cara Allah untuk meningkatkan kualiti orang-orang beriman.
Bahkan ujian yang Allah berikan pada manusia sebagiannya merupakan cara Allah memberi ampunan pada orang-orang yang sabar dalam menerima cobaan-Nya.
Kenapa Allah S.W.T menimpakan musibah sementara manusia tidak ada yang menginginkan musibah itu?. Maka disinilah Allah S.W.T ingin menunjukan kekuasaan-Nya yang mutlak.
Tidak ada seorangpun yang dapat menolak kehendak-Nya. Ia Maha Kuasa atas segala sesuatu , selain daripada itu Allah ingin memberikan pelajaran pada orang yang mau berfikir sebab terjadinya musibah dan hikmah dibalik musibah tersebut.
Cobalah sejenak kita renungkan tentang sebab-sebab bencana dan musibah yang terjadi di Negri kita , adakah ke zaliman Allah di balik musibah itu?. Ataukah disebabkan kezaliman manusia dan kejahatan mereka yang menyebabkan terjadinya musibah tersebut?.
Untuk itu marilah kita jadikan seluruh musibah yang menimpa diri kita, keluarga atau bangsa kita ini sebagai peringatan agar kita tidak melakukan hal-hal yang menyebabkan datangnya musibah dan bencana yang pernah menimpa umat terdahulu. Kita perlu menjauhkan diri daripada menyekutukan Allah dengan sesuatu (musyrik), tidak sombong dan merasa aman dari azab Allah.
Sentiasalah mendekatkan diri dan tawakal kepada-Nya. Berusaha meningkatkan iman dan amal dan takwa kita supaya mendapatkan ampunan daripada-Nya dan mendapat balasan untuk memasuki syurha-Nya di hari akhirat nanti.
Semoga kita senantiasa mendapat lindungan dari Allah S.W.T dan terhindar dari segala macam musibah, fitnah dan musibah. Semoga musibah yang pernah menimpa kita dan saudara kita menjadi cara Allah mengampuni dosa-dosa kita semua, dan menggantinya dengan ampunan, pahala dan syurga-Nya. Amin.
(Abu Hanifah).
No comments:
Post a Comment