Sunday, March 8, 2015

Hukum Berjabat Tangan Dengan Perempuan :

Perempuan dalam konteks laki-laki ada dua macam yaitu wanita mahram yang memiliki hubungan sangat dekat atau perempuan bukan mahram. Wanita bukan mahram ada tiga macam: dewasa, anak kecil dan usia lanjut. 

Dalam syariah Islam, berjabat tangan antara lelaki dan perempuan yang bukan mahram hukumnya haram (dilarang). Kecuali apabila wanita bukan mahram tersebut sudah tua. Sedangkan bersalaman atau bersentuhan dengan wanita yang mahram, maka hukumnya harus. 

Hukum Jabat Tangan (Bersalaman) :

1. Hukum Jabat Tangan dengan Perempuan Mahram
2. Hukum Jabat Tangan dengan Wanita Bukan Mahram
2.a. Hukum Jabatan Tangan dengan Wanita Tua Anak Kecil Bukan Mahram
2.b. Hukum Jabatan Tangan dengan Wanita Muda Bukan Mahram
3. Pendapat Yusuf Qardhawi seputar Jabat Tangan dengan Wanita
4. Hukum Jabat Tangan dengan Wanita Bukan Muhrim Menurut 4 (Empat) Madzhab

1. HUKUM JABAT TANGAN DENGAN PEREMPUAN MAHRAM

Berjabatan tangan/bersalaman, bersentuhan dengan perempuan yang mahram hukumnya harus. Berdasarkan sebuah hadis riwayat Abu Daud dan Tirmidzi, bahwa Nabi Muhammad pernah mencium putrinya Fatimah dan Fatimah juga pernah mencium Nabi apabila Nabi datang ke rumahnya..

Hadis ini menjadi dalil ulama untuk menetapkan bolehnya berjabatan tangan antara lelaki dengan wanita mahram. Kerana, kalau bersentuhan boleh, maka bersalaman juga boleh kerana jatab tangan menjadi bagian dari bersentuhan.

Hal lain yang boleh dilakukan antara lelaki dan perempuan yang mahram adalah memandang anggota tubuh wanita selain antara pusar dan lutut, di haruskan bermusafir bersama. bersama, 

2. HUKUM JABAT TANGAN DENGAN WANITA BUKAN MAHRAM

Wanita yang bukan mahram ada dua macam. Perempuan tua dan perempuan muda. Kedunya memiliki kedudukan hukum yang berbeza dalam berjabatan tangan.

2.a. HUKUM JABAT TANGAN DENGAN WANITA TUA BUKAN MAHRAM

Bersalaman dengan wanita tua  hukumnya harus dengan syarat 

(a) perempuan itu sudah tidak menarik dan tidak tertarik lawan jenis; 

(b) kedua belah pihaktidak terasa syahwat (nafsu). Berjabat tangan dengan anak erempuan kecil hukumnya sama dengan perempuan tua. 

Abu Bakar--khalifah pertama--biasa bersalaman dengan perempuan tua.

Namun, menurut madzhab Syafi'i, hukumnya tetap haram. ٍ

2.b. HUKUM JABAT TANGAN DENGAN WANITA MUDA BUKAN MAHRAM

Bersalaman dengan perempuan bukan mahram yang masih muda haram secara mutlak dan disepakati oleh madzhab yang empat (Syafi'i, Maliki, Hanafi, Hanbali). 

Menurut madzhab Hanbali: 

Haram berjabatan tangan dengan wanita bukan mahram yang masih muda, walaupun memakai kain penghalang (ha'il). Berdasarkan sebuh hadis sahih riwayat Tabrani dan Baihaqi Nabi bersabda: "Memasukkan tangan ke besi yang panas itu lebih baik daripada menyentuh perempuan yang tidak halal (bukan mahram atau isteri)" Bersalaman merupakan bagian dari bersentuhan. 

Sebuah hadis dari Aisyah menyatakan bahawa tidak telapak tangan Nabi tidak pernah menyentuh tangan perempuan lain sama sekali. Nabi berkata pada para perempuan apabila hendak membaiat mereka, "Aku akan membaiat kalian dengan kata-kata."

Dalam Sahih Bukhari hadis no. 6674 Aisyah berkata bahwa Nabi tidak pernah menyentuh tangan perempuan selain isterinya.

Menurut Madzhab Syafi'i:

Imam Nawawi berkata: perempuan yang haram dilihat, maka haram disentuh. Boleh memandang perempuan hanya apabila hendak melamarnya. Tapi tetap tidak boleh menyentuhnya.

Nabi SAW  tidak pernah menyentuh tangan wanita saat membaiat

Ada hadis riwayat Ummu Athiyah yang terkesan seakan-akan Nabi pernah memegang tangan perempuan saat membaiat mereka. Anggapan itu tidak betul. Hadits riwayat Ummu Athiyah tersebut menceritakan bahwa Nabi mengutus Umat bin Khatab membaiat sekelompok perempuan Anshar. Umar kemudian membaiat mereka dari luar pintu atau luar rumah sedang perempuan itu berada dalam rumah. Di situ tidak disebut secara jelas apakah tangan Umar menyentuh atau tidak. Di samping itu, Ibnu Hajar pensyarah Sahih Bukhari menyatakan bahwa kesaksian Ummu Athiyah tersebut tertolak dengan hadits Aisyah.[Fathul Bari VIII/4888].

Sebagian ulama menafsiri hadis Ummu Athiyah itu dengan sahnya baiat dengan bersalaman yang memakai penghalang.

3. PENDAPAT YUSUF QARDHAWI MENGENAI JABAT TANGAN DENGAN WANITA BUKAN MAHRAM

Dr. Yusuf Qaradawi mempunyai pandangan yang agak berbeza dalam soal jabat tangan dengan perempuan bukan mahram. Menurut Qardhawi, hukum bersalaman dengan perempuan bukan mahram adalah makruh @ tidak haram dengan syarat: 

(a) Tidak ada syahwat; 

(b) Aman dari atau tidak ada fitnah. Apabila dikuatirkan terjadi fitnah dari salah satu pihak atau bangkitnya syahwat, maka hukumnya haram. Bahkan, bersalaman dengan perempuan mahram pun, kalau membangkitkan syahwat, hukumnya haram. Seperti bersalaman dengan ibu mertua, ibu saudara, isteri ayah, dan lain-lain yang termasuk dari perempuan mahram.

(c) Hendaknya bersalaman dengan singkat.[Yusuf Al Qaradawi, Fatawa Mu'ashirah, hlm. 291-302.]

Yusuf Qardhawi membahas aspek hukum secara mendalam sebelum sampai pada kesimpulan di atas. Termasuk dalam menganalisa dasar-dasar dari Quran dan hadis. .

4. HUKUM JABAT TANGAN DENGAN WANITA BUKAN MAHRAM MENURUT MADZHAB 4 (EMPAT)

Berikut pendapat para ulama 4 (empat) madzhab atau madzahib al-arba'ah mengenai hukum berjatan tangan atau salaman antara laki-laki dan wanita bukan mahram (muhrim)

1. Madzhab Hanafi berdasarkan pendapat Ibnu Najim yang mengatakan bahwa tidak boleh menyentuh wajah dan telapak tangan perempuan walaupun aman dari syahwat kerana adanya keharaman dan tidak adanya darurat (keperluan mendesak) (Al Bahr Ar-Raiq VIII/219).

Ù‚Ű§Ù„ Ű§ŰšÙ† Ù†ŰŹÙŠÙ… :
ÙˆÙ„Ű§ ÙŠŰŹÙˆŰČ Ù„Ù‡ ŰŁÙ† ÙŠÙ…Űł ÙˆŰŹÙ‡Ù‡Ű§ ÙˆÙ„Ű§ ÙƒÙÙ‡Ű§ ÙˆŰ„Ù† ŰŁÙ…Ù† Ű§Ù„ŰŽÙ‡ÙˆŰ© Ù„ÙˆŰŹÙˆŰŻ Ű§Ù„Ù…Ű­Ű±Ù… ÙˆÙ„Ű§Ù†ŰčŰŻŰ§Ù… Ű§Ù„Ű¶Ű±ÙˆŰ±Ű© .
" Ű§Ù„ŰšŰ­Ű± Ű§Ù„Ű±Ű§ŰŠÙ‚ " ( 8 / 219 )

2. Madzhab Maliki. Muhammad bin Ahmad berkata tidak boleh menyentuh wajah dan telapak tangan peremuan bukan mahram tanpa (kain) penghalang (Minah al-Jalil ala Syarh Mukhtasar Khalil I/223). 

Ù‚Ű§Ù„ Ù…Ű­Ù…ŰŻ ŰšÙ† ŰŁŰ­Ù…ŰŻ ( ŰčÙ„ÙŠŰŽ ) :
ÙˆÙ„Ű§ ÙŠŰŹÙˆŰČ Ù„Ù„ŰŁŰŹÙ†ŰšÙŠ Ù„Ù…Űł ÙˆŰŹÙ‡ Ű§Ù„ŰŁŰŹÙ†ŰšÙŠŰ© ÙˆÙ„Ű§ ÙƒÙÙŠÙ‡Ű§ ، ÙÙ„Ű§ ÙŠŰŹÙˆŰČ Ù„Ù‡Ù…Ű§ ÙˆŰ¶Űč كفه Űčلى ÙƒÙÙ‡Ű§ ŰšÙ„Ű§ Ű­Ű§ŰŠÙ„ ، Ù‚Ű§Ù„ŰȘ Űčۧۊێ۩ Ű±Ű¶ÙŠ Ű§Ù„Ù„Ù‡ ŰȘŰčŰ§Ù„Ù‰ ŰčÙ†Ù‡Ű§ " Ù…Ű§ ŰšŰ§ÙŠŰč Ű§Ù„Ù†ŰšÙŠ Ű”Ù„Ù‰ Ű§Ù„Ù„Ù‡ Űčليه ÙˆŰłÙ„Ù… Ű§Ù…Ű±ŰŁŰ© ŰšŰ”ÙŰ­Ű© Ű§Ù„ÙŠŰŻ Ù‚Ű· Ű„Ù†Ù…Ű§ ÙƒŰ§Ù†ŰȘ Ù…ŰšŰ§ÙŠŰčŰȘه Ű”Ù„Ù‰ Ű§Ù„Ù„Ù‡ Űčليه ÙˆŰłÙ„Ù… Ű§Ù„Ù†ŰłŰ§ŰĄ ŰšŰ§Ù„ÙƒÙ„Ű§Ù… " ، وفي Ű±ÙˆŰ§ÙŠŰ© " Ù…Ű§ Ù…ŰłŰȘ ÙŠŰŻÙ‡ ÙŠŰŻ Ű§Ù…Ű±ŰŁŰ© ÙˆŰ„Ù†Ù…Ű§ ÙƒŰ§Ù† ÙŠŰšŰ§ÙŠŰčهن ŰšŰ§Ù„ÙƒÙ„Ű§Ù… " .

3. Madzhab Syafi'i. Menurut Imam Nawawi hukumnya haram berjabat tangan dengan wanita bukan mahram (Al-Majmuk IV/515). Imam Waliuddin Al-Iraqi mengatakan bahawa Nabi tidak pernah menyentuh perempuan yang selain isteri-isterinya baik saat membaiat atau situasi lain. Apabila Nabi yang sudah terpelihara dari berbagai macam keraguan tidak melakukannya, maka yang lain semestinya lebih dari itu (tidak melakukan jabat tangan) (Tarhut Tatsrib VII/45-46).

ÙˆÙ‚Ű§Ù„ ولي Ű§Ù„ŰŻÙŠÙ† Ű§Ù„ŰčŰ±Ű§Ù‚ÙŠ :
وفيه : ŰŁÙ†Ù‡ Űčليه Ű§Ù„Ű”Ù„Ű§Ű© ÙˆŰ§Ù„ŰłÙ„Ű§Ù… لم ŰȘÙ…Űł ÙŠŰŻÙ‡ Ù‚Ű· ÙŠŰŻ Ű§Ù…Ű±ŰŁŰ© ŰșÙŠŰ± ŰČÙˆŰŹŰ§ŰȘه ÙˆÙ…Ű§ ملكŰȘ يمينه ، Ù„Ű§ في Ù…ŰšŰ§ÙŠŰčŰ© ، ÙˆÙ„Ű§ في ŰșÙŠŰ±Ù‡Ű§ ، ÙˆŰ„Ű°Ű§ لم يفŰčل هو Ű°Ù„Ùƒ مŰč ŰčŰ”Ù…ŰȘه ÙˆŰ§Ù†ŰȘÙŰ§ŰĄ Ű§Ù„Ű±ÙŠŰšŰ© في Ű­Ù‚Ù‡ : فŰșÙŠŰ±Ù‡ ŰŁÙˆÙ„Ù‰ ŰšŰ°Ù„Ùƒ ، ÙˆŰ§Ù„ŰžŰ§Ù‡Ű± ŰŁÙ†Ù‡ ÙƒŰ§Ù† يمŰȘنŰč من Ű°Ù„Ùƒ لŰȘŰ­Ű±ÙŠÙ…Ù‡ Űčليه ؛ ÙŰ„Ù†Ù‡ لم يُŰčŰŻَّ ŰŹÙˆŰ§ŰČه من ŰźŰ”Ű§ŰŠŰ”Ù‡ ، ÙˆÙ‚ŰŻ Ù‚Ű§Ù„ Ű§Ù„ÙÙ‚Ù‡Ű§ŰĄ من ŰŁŰ”Ű­Ű§ŰšÙ†Ű§ وŰșÙŠŰ±Ù‡Ù… : Ű„Ù†Ù‡ ÙŠŰ­Ű±Ù… Ù…Űł Ű§Ù„ŰŁŰŹÙ†ŰšÙŠŰ© ولو في ŰșÙŠŰ± ŰčÙˆŰ±ŰȘÙ‡Ű§ ÙƒŰ§Ù„ÙˆŰŹÙ‡ ، ÙˆŰ„Ù† ۧ۟ŰȘÙ„ÙÙˆŰ§ في ŰŹÙˆŰ§ŰČ Ű§Ù„Ù†ŰžŰ± Ű­ÙŠŰ« Ù„Ű§ ŰŽÙ‡ÙˆŰ© ÙˆÙ„Ű§ ŰźÙˆÙ فŰȘÙ†Ű©، فŰȘŰ­Ű±ÙŠÙ… Ű§Ù„Ù…Űł ŰąÙƒŰŻ من ŰȘŰ­Ű±ÙŠÙ… Ű§Ù„Ù†ŰžŰ± ، ÙˆÙ…Ű­Ù„ Ű§Ù„ŰȘŰ­Ű±ÙŠÙ… Ù…Ű§ ۄ۰ۧ لم ŰȘŰŻŰč Ù„Ű°Ù„Ùƒ Ű¶Ű±ÙˆŰ±Ű© ÙŰ„Ù† ÙƒŰ§Ù† Ű¶Ű±ÙˆŰ±Ű© كŰȘŰ·ŰšÙŠŰš ÙˆÙŰ”ŰŻ ÙˆŰ­ŰŹŰ§Ù…Ű© وقلŰč ۶۱۳ ÙˆÙƒŰ­Ù„ Űčين ÙˆÙ†Ű­ÙˆÙ‡Ű§ Ù…Ù…Ű§ Ù„Ű§ ÙŠÙˆŰŹŰŻ Ű§Ù…Ű±ŰŁŰ© ŰȘفŰčله ۏۧŰČ Ù„Ù„Ű±ŰŹÙ„ Ű§Ù„ŰŁŰŹÙ†ŰšÙŠ فŰčله Ù„Ù„Ű¶Ű±ÙˆŰ±Ű© .

4. Mdzhab Hanbali. Hukumnya haram berjabat tangan (Al-Adab Asy-Syar'iyyah II/257).

ÙˆÙ‚Ű§Ù„ Ű§ŰšÙ† Ù…ÙÙ„Ű­ :
ÙˆŰłŰŠÙ„ ŰŁŰšÙˆ Űčۚۯ Ű§Ù„Ù„Ù‡ – ŰŁÙŠ Ű§Ù„Ű„Ù…Ű§Ù… ŰŁŰ­Ù…ŰŻ – Űčن Ű§Ù„Ű±ŰŹÙ„ ÙŠŰ”Ű§ÙŰ­ Ű§Ù„Ù…Ű±ŰŁŰ© Ù‚Ű§Ù„ : Ù„Ű§ ÙˆŰŽŰŻŰŻ فيه ۏۯًۧ ، قلŰȘ : ÙÙŠŰ”Ű§ÙŰ­Ù‡Ű§ ŰšŰ«ÙˆŰšÙ‡ ؟ Ù‚Ű§Ù„ : Ù„Ű§ ...
ÙˆŰ§Ù„ŰȘŰ­Ű±ÙŠÙ… ۧ۟ŰȘÙŠŰ§Ű± Ű§Ù„ŰŽÙŠŰź ŰȘقي Ű§Ù„ŰŻÙŠÙ† ، وŰčلل ŰšŰŁÙ† Ű§Ù„Ù…Ù„Ű§Ù…ŰłŰ© ŰŁŰšÙ„Űș من Ű§Ù„Ù†ŰžŰ± )

No comments: