Mari kita bersama menyingkap khazanah berharga dari sumber utama rujukan kita, Al-Qur'an, hadis berserta sirah Rasulullah s.a.w. , para sahabat dan salafusoleh untuk memahamkan lagi kepada kita nilai dan keutamaan do'a buat para dai’e Ilallah.
Tahukah kita seberapa besar kekuatan do'a di saat-saat genting? Situasi genting yang paling genting, adalah saat para pejuang Allah s.w.t menghadapi kekuatan musuh Allah s.w.t yang lebih besar. Kegentingan yang pernah dialami hampir oleh para Rasul Allah s.w.t, tidak terkecuali Rasulullah Muhammad s.a.w.
Saudaraku,
Bayangkanlah kegentingan yang dialami Nabiyullah Musa a.s saat ia dan kaumnya dikejar Fir’aun dan bala tenteranya, sehingga di tepi laut. Perhatikanlah bagaimana kegentingan ini digambarkan oleh Al-Qur’anul Karim maksudnya : “Maka, ketika kedua kelompok itu saling melihat, berkatalah pengikut Musa , 'Sungguh kita akan benar-benar akan ditawan' Musa menjawab, 'Sekali-kali tidak, sesungguhnya Tuhanku menyertaiku (dengan pemuliharaan dan pertolongannya). Dia akan memberi petunjuk kepadaku'.” (Surah Asy Syu ’ara ayat 62).
Betapa kegentingan dan kengerian menyinggap ke hati kaum Bani Israel yang saat itu dipimpin Musa a.s. Tapi Musa a.s memiliki keyakinan dan ketergantungan yang kuat dengan Allah s.w.t. Ia yakin, Allah pasti membelanya. Ia yakin, bahawa tidak ada yang memiliki kekuatan kecuali Allah s.w.t. Musa a.s, begitu dekat dengan Allah s.w.t.
Saudaraku,
Mari kita lihat lagi jejak para pejuang di jalan Allah s.w.t yang ditinggalkan dalam lembar-lembar sejarah. Kita ingin mengetahui dan turut merasakan bagaimana kedudukan keyakinan dan do'a kepada Allah sebagai senjata paling ampuh hingga kemenangan berhasil mereka raih.
Lihatlah saudaraku,
Dimalam senyap dan gelap. Malam peperangan Badar Kubra. Para sahabat radhiallahuanhum tertidur. Kecuali Rasulullah s.a.w sedang terjaga dan solat di berhampiran sebuah pohon. Ia berulangkali sujud dengan mengatakan, “Yaa hayyu yaa Qayyuuum... (Wahai Yang Maha Hidup dan Maha Berdiri) Rasulullah s.a.w terus menerus mengulang-ulang ucapan itu, agar Allah s.w.t mendatangkan kemenangan pada kaum beriman. (Rujukan kitab Al Bidayah wa An Nihayah , 5/82).
Saudaraku,
Bayangkanlah kegentingan yang dialami Nabiyullah Musa a.s saat ia dan kaumnya dikejar Fir’aun dan bala tenteranya, sehingga di tepi laut. Perhatikanlah bagaimana kegentingan ini digambarkan oleh Al-Qur’anul Karim maksudnya : “Maka, ketika kedua kelompok itu saling melihat, berkatalah pengikut Musa , 'Sungguh kita akan benar-benar akan ditawan' Musa menjawab, 'Sekali-kali tidak, sesungguhnya Tuhanku menyertaiku (dengan pemuliharaan dan pertolongannya). Dia akan memberi petunjuk kepadaku'.” (Surah Asy Syu ’ara ayat 62).
Betapa kegentingan dan kengerian menyinggap ke hati kaum Bani Israel yang saat itu dipimpin Musa a.s. Tapi Musa a.s memiliki keyakinan dan ketergantungan yang kuat dengan Allah s.w.t. Ia yakin, Allah pasti membelanya. Ia yakin, bahawa tidak ada yang memiliki kekuatan kecuali Allah s.w.t. Musa a.s, begitu dekat dengan Allah s.w.t.
Saudaraku,
Mari kita lihat lagi jejak para pejuang di jalan Allah s.w.t yang ditinggalkan dalam lembar-lembar sejarah. Kita ingin mengetahui dan turut merasakan bagaimana kedudukan keyakinan dan do'a kepada Allah sebagai senjata paling ampuh hingga kemenangan berhasil mereka raih.
Lihatlah saudaraku,
Dimalam senyap dan gelap. Malam peperangan Badar Kubra. Para sahabat radhiallahuanhum tertidur. Kecuali Rasulullah s.a.w sedang terjaga dan solat di berhampiran sebuah pohon. Ia berulangkali sujud dengan mengatakan, “Yaa hayyu yaa Qayyuuum... (Wahai Yang Maha Hidup dan Maha Berdiri) Rasulullah s.a.w terus menerus mengulang-ulang ucapan itu, agar Allah s.w.t mendatangkan kemenangan pada kaum beriman. (Rujukan kitab Al Bidayah wa An Nihayah , 5/82).
Seperti itulah keyakinan berpadu permohonan yang amat sangat dari seorang Rasulullah s.a.w saat menghadapi suasana genting. Lalu, ketika melihat pasukan Quraisy, ia mengatakan, “Ya Allah inilah Quraisy telah datang dengan kesombongan dan keegoannya. Mereka mendustai Rasul-Mu. Ya Allah timpakanlah bencana kepada mereka esok. (Sirah Nabawiyah Ibnu Hisyam, 3/168)
Umar bin Khattab r.a. meriwayatkan, detik-detik pecahnya pertempuran di Badar, Rasulullah s.a.w memandang para sahabatnya yang berjumlah tiga ratusan tiga belas orang. Lalu ia melihat barisan kaum Musyirikin yang jumlahnya lebih dari 1000 orang. Utusan Allah s.w.t itu berdo'a :
“Ya Allah, berikanlah kepadaku apa yang Engkau janjikan kepadaku. Ya Allah, jika Engkau musnahkan kelompok Islam ini, Engkau tidak lagi disembah di muka bumi selamanya.”
Kata Umar, Rasulullah s.a.w terus menerus berdo'a sampai selendangnya terjatuh dari pundaknya. Abu Bakar r.a yang memungutnya mengatakan, “Wahai Nabi Allah, cukup sudah do'amu kepada Allah s.w.t. Dia pasti memberimu apa yang dijanjikan kepadamu...” (HR.Ahmad)
Saudaraku,
Pernahkah kita mendengar kisah Nu’man bin Maqran? Seorang pejuang Islam yang memimpin peperangan melawan Parsi. Ketika itu, pasukan Islam telah berminggu- minggu mengepung benteng Parsi yang kukuh kerana pertahanannya melewati parit parit. Nu’man berdiskusi dengan komandan perangnya. Mereka merumuskan strategi untuk memancing pasukan Parsi keluar dari parit-parit mereka.
Caranya, pasukan Islam berpura-pura lari meninggalkan medan tempur sehingga apabila orang-orang Parsi keluar dari parit, barulah pasukan Islam berbalik menyerang mereka. Nu’man sepakat dengan strategi ini. Ia mengatakan kepada rakan-rakannya, “Nanti akulah yang akan meneriakkan takbir tiga kali. Jika kalian mendengar teriakan takbir ketiga, bererti saat itulah kalian mulai peperangan.”
Umar bin Khattab r.a. meriwayatkan, detik-detik pecahnya pertempuran di Badar, Rasulullah s.a.w memandang para sahabatnya yang berjumlah tiga ratusan tiga belas orang. Lalu ia melihat barisan kaum Musyirikin yang jumlahnya lebih dari 1000 orang. Utusan Allah s.w.t itu berdo'a :
“Ya Allah, berikanlah kepadaku apa yang Engkau janjikan kepadaku. Ya Allah, jika Engkau musnahkan kelompok Islam ini, Engkau tidak lagi disembah di muka bumi selamanya.”
Kata Umar, Rasulullah s.a.w terus menerus berdo'a sampai selendangnya terjatuh dari pundaknya. Abu Bakar r.a yang memungutnya mengatakan, “Wahai Nabi Allah, cukup sudah do'amu kepada Allah s.w.t. Dia pasti memberimu apa yang dijanjikan kepadamu...” (HR.Ahmad)
Saudaraku,
Pernahkah kita mendengar kisah Nu’man bin Maqran? Seorang pejuang Islam yang memimpin peperangan melawan Parsi. Ketika itu, pasukan Islam telah berminggu- minggu mengepung benteng Parsi yang kukuh kerana pertahanannya melewati parit parit. Nu’man berdiskusi dengan komandan perangnya. Mereka merumuskan strategi untuk memancing pasukan Parsi keluar dari parit-parit mereka.
Caranya, pasukan Islam berpura-pura lari meninggalkan medan tempur sehingga apabila orang-orang Parsi keluar dari parit, barulah pasukan Islam berbalik menyerang mereka. Nu’man sepakat dengan strategi ini. Ia mengatakan kepada rakan-rakannya, “Nanti akulah yang akan meneriakkan takbir tiga kali. Jika kalian mendengar teriakan takbir ketiga, bererti saat itulah kalian mulai peperangan.”
Setelah itu, Nu’man pergi ke salah satu tempat dan berdo’a kepada Allah s.w.t dengan mengatakan, “Ya Allah, muliakanlah agamamu, menangkanlah hamba-Mu. Ya Allah aku memohon kepada-Mu agar mataku sejuk dengan kemenangan yang menjadikan Islam mulia, dan matikanlah aku dalam keadaan syahid.” Orang-orang yang mendengar do'a Nu’man menangis. Mereka sama-sama larut dalam munajat dan do’a dengan penuh khusyuk dan tunduk.
Saudaraku,
Allah s.w.t mengabulkan do'a mereka. Kaum Muslimin diberikan kemenangan oleh Allah s.w.t dengan kemenangan yang luar biasa. Allah s.w.t juga mengabulkan doa Nu’man bin Maqran kerana dialah perajurit pertama yang syahid di medan perang ketika itu. (Rujukan Al Bidayah wa An Nihayah, 7/89).
Seorang sahabat yang bernama Qutaibah bin Muslim dan Muhammad bin Wasi ’. Ibnul Jauzi dalam Shifatu Shafwah menceritakan pengalaman keduanya menjelang peperangan meletus. Tiba-tiba Muhammad bin Wasi ’ menghilang dari barisan. Qutaibah lalu memerintahkan pasukannya melihat siapa yang ada di dalam masjid. Pasukannya mengatakan, “Tidak ada seorangpun kecuali Muhammad bin Wasi ’. Ia sedang mengangkat jari-jarinya.” Qutaibah mengatakan,, “Jari-jarinya yang terangkat itu lebih aku sukai daripada tiga puluh ribu pemuda yang kuat dengan pedang terhunus.”
Perhatikanlah saudaraku,
Bagaimana kedudukan dan kekuatan do'a dalam pandangan para salafusoleh. Lihatlah lagi saudaraku, bagaimana Solehuddin Al Ayyubi, tokoh pahlawan pembebas Al Quds dari tangan pasukan salib. Dikisahkan, “Solehuddin, ketika mendengar pasukan salib berhasil mendesak kaum Muslimin, ia tersungkur sujud kepada Allah s.w.t sambil berdo'a, “Ya Allah aku telah terputus dari sebab-sebab bumi untuk memenangkan agama-Mu. Tidak ada yang tersisa kecuali menyerahkan semuanya kepada-Mu, sambil tetap berpegang pada ajaran-Mu dan bersandar pada kurnia-Mu. Engkaulah Penolongku dan sebaik-baik Pelindung.” Dalam sujudnya itu ia menangis dan air matanya masih menitik di antara janggut hingga membasahi sejadahnya. Dan ketika itulah Allah s.w.t menurunkan kemenangan pasukan Islam atas pasukan salib.
Saudaraku,
Beristighfarlah dan ucapkan dengan tekun akan kalimah-kalimah do'amu untuk para mujahidin di Palestin, Afghanistan, Iraq, Selatan Thailand, Mindanao, Sudan, dan para pejuang kebenaran di mana pun mereka berada. Mohonlah dalam do'a-do'amu agar tanggungjawab dakwahmu mampu dipikul dengan penuh ketaatan, keringanan dan penuh keistiqamahan… dan semoga dengan do'a anda sekalian, dakwah Islam beroleh kemenangan dan kita semua ditempatkan di Syurga Firdausi… InsyaAllah… Berdo'alah…
Hafiz Abdullah
Kolej Teknologi Darulnaim
Saudaraku,
Allah s.w.t mengabulkan do'a mereka. Kaum Muslimin diberikan kemenangan oleh Allah s.w.t dengan kemenangan yang luar biasa. Allah s.w.t juga mengabulkan doa Nu’man bin Maqran kerana dialah perajurit pertama yang syahid di medan perang ketika itu. (Rujukan Al Bidayah wa An Nihayah, 7/89).
Seorang sahabat yang bernama Qutaibah bin Muslim dan Muhammad bin Wasi ’. Ibnul Jauzi dalam Shifatu Shafwah menceritakan pengalaman keduanya menjelang peperangan meletus. Tiba-tiba Muhammad bin Wasi ’ menghilang dari barisan. Qutaibah lalu memerintahkan pasukannya melihat siapa yang ada di dalam masjid. Pasukannya mengatakan, “Tidak ada seorangpun kecuali Muhammad bin Wasi ’. Ia sedang mengangkat jari-jarinya.” Qutaibah mengatakan,, “Jari-jarinya yang terangkat itu lebih aku sukai daripada tiga puluh ribu pemuda yang kuat dengan pedang terhunus.”
Perhatikanlah saudaraku,
Bagaimana kedudukan dan kekuatan do'a dalam pandangan para salafusoleh. Lihatlah lagi saudaraku, bagaimana Solehuddin Al Ayyubi, tokoh pahlawan pembebas Al Quds dari tangan pasukan salib. Dikisahkan, “Solehuddin, ketika mendengar pasukan salib berhasil mendesak kaum Muslimin, ia tersungkur sujud kepada Allah s.w.t sambil berdo'a, “Ya Allah aku telah terputus dari sebab-sebab bumi untuk memenangkan agama-Mu. Tidak ada yang tersisa kecuali menyerahkan semuanya kepada-Mu, sambil tetap berpegang pada ajaran-Mu dan bersandar pada kurnia-Mu. Engkaulah Penolongku dan sebaik-baik Pelindung.” Dalam sujudnya itu ia menangis dan air matanya masih menitik di antara janggut hingga membasahi sejadahnya. Dan ketika itulah Allah s.w.t menurunkan kemenangan pasukan Islam atas pasukan salib.
Saudaraku,
Beristighfarlah dan ucapkan dengan tekun akan kalimah-kalimah do'amu untuk para mujahidin di Palestin, Afghanistan, Iraq, Selatan Thailand, Mindanao, Sudan, dan para pejuang kebenaran di mana pun mereka berada. Mohonlah dalam do'a-do'amu agar tanggungjawab dakwahmu mampu dipikul dengan penuh ketaatan, keringanan dan penuh keistiqamahan… dan semoga dengan do'a anda sekalian, dakwah Islam beroleh kemenangan dan kita semua ditempatkan di Syurga Firdausi… InsyaAllah… Berdo'alah…
Hafiz Abdullah
Kolej Teknologi Darulnaim
1 comment:
Subhanallah.trima ksih ya.
Post a Comment