Assalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh
سْمِ اللهِ الرَّحْمنِ الرَّحِيْم
Segala puji bagi Allah, Tuhan sekelian alam. Selawat serta salam buat junjungan mulia Nabi Muhammad SAW keluarga serta para sahabat dan pengikut yang istiqamah menuruti baginda hingga ke hari kiamat.
Sahabat yang dirahmati Allah,
Nabi SAW bersabda maksudnya : “Tahukah kamu apa ghibah itu? Para sahabat menjawab : “Allah dan RasulNya lebih mengetahui”. Baginda bersabda : “Menyebut-nyebut sesuatu tentang saudaramu hal-hal yang dia tidak sukai”. (Hadis Riwayat Muslim)
Sebagai pengajaran marilah kita meneliti satu kisah benar berlaku di pinggiran Kota Madinah akibat daripada perbuatan suka mengumpat dan memfitnah.
Dikisahkan dari Amr bin Dinar, bahawa sesungguhnya di kota Madinah ada seorang lelaki yang memiliki saudara perempuan yang tinggal di pinggiran kota Madinah. Pada suatu hari saudara perempuannya itu menderita sakit, ia datang untuk menjenguknya dan mendapat ia sudah meninggal dunia, iapun mengiringinya sampai ke perkuburan apabila jenazah dikebumikan telah selesai, kemudian iapun segera pulang kembali kepada keluarganya ke rumahnya, namun setelah sampai di rumahnya ia teringat bahawa dompet sahabatnya telah jatuh ke liang kubur dan tertanam bersama mayat saudaranya itu.
Kerana mengingat isi dompet itu sangat penting, maka ia bermaksud akan menggali kuburan saudara perempuannya itu. Setelah mendapatkan izin dari ibunya dan saudaranya yang lain ia segera menggali kuburan, lalu ia mengangkat sebagian tutup liang lahat dengan sangat hati-hati.
“Celaka, aduh celaka ………!” Kata orang itu setelah melihat keadaan liang lahat, maka orang yang mengikutinya segera bertanya: “Ada apa yang berlaku, sehingga engkau kelihatan terperanjat dan bilang celaka, ceritakanlah kepadaku apa yang terjadi dengan saudaramu itu?”
Maka berceritalah ia, bahawa di dalam liang kubur tampak nyalaan api yang sedang menyala-nyala, lalu ia segera menemui ibunya untuk menanyakan perbuatan apa yang telah diperbuat oleh saudara perempuannya itu, ibunya berkata :
“Saudara perempuanmu itu selalu mendatangi pintu tetangganya dan mendengarkan apa yang dibicarakan oleh tetangganya itu (mengumpat), kemudian ia menyebarkan fitnah kepada para tetangganya yang lain."
Setelah mendengarkan penjelasan ibunya, maka lelaki itu segera mengetahui bahawa saudara perempuannya itu suka mengumpat dan menyebarkan fitnah sehingga menyebabkan ia mendapatkan seksa kubur. Itulah akibat orang yang suka mengumpat dan menyebarkan fitnah yang kelihatannya mudah dan mengasyikkan dan menyenangkan orang yang mengumpat.
Dari Hudzaifah r.a, katanya Rasulullah SAW telah bersabda : “Tidak akan pernah masuk syurga orang yang suka mengumpat”. (Hadis Riwayat Bukhari dan Muslim)
Apabila Allah SWT telah membuka hijab di antara alam barzakh dengan alam dunia, telah terlihat kubur orang yang suka mengumpat dan memfitnah ini kejadian luar biasa berlaku "mayat dibakar" ini bermakna tanda kemurkaan Allah SWT. kepada jenazah tersebut. Ini adalah contoh kematian su'ul khatimah.
Sesungguhnya berbicara itu mudah, tetapi berat menanggung akibatnya. Mulut ini bagaikan muncung teko yang hanya mengeluarkan isi teko. Apapun yang kita katakan lebih menunjukkan siapa sebenarnya diri kita. Misalnya, penghinaan kita terhadap seseorang lebih menunjukkan kehinaan diri kita sendiri dibandingkan kehinaan orang yang kita hina. Kritik dan komen yang kita sampaikan kepada seseorang itu jika tidak hati-hati lebih memperlihatkan kedengkian kita kepada kelebihan diri orang tersebut.
Perkataan yang baik adalah sifat seorang mukmin. Hendaknya setiap orang memastikan bahawa kata-kata yang akan diucapkannya benar-benar baik. Apabila kita tidak yakin akan dapat mengeluarkan kata-kata yang baik, diam itu lebih baik. Berkata yang baik tentunya akan lebih bermanfaat dibandingkan diam. Akan tetapi, menghindari akibat dari perkataan yang kurang baik akan lebih utama dibandingkan kita cuba berbicara yang akan mendatangkan keburukan kepada diri sendiri maupun orang lain.
Nabi SAW bersabda maksudnya : “Barangsiapa beriman kepada Allah dan hari akhir hendaklah berbicara yang baik-baik atau diam”. (Hadis Riwayat Bukhari dan Muslim)
Alangkah ruginya apabila waktu kita habis untuk sekedar bual-bual kosong hal-hal yang tidak penting. Terkadang kita tidak boleh memastikan apakah pembicaraan yang kita lakukan itu bermanfaat atau tidak. Bahkan, sering kita tidak berdaya untuk menghindar dari pembicaraan yang berisi fitnah, mengumpat dan menghina orang lain .
Semoga Allah SWT mengkaruniakan kepada kita kemampuan untuk menjaga lidah agar selalu berbicara yang bermanfaat.
Berdasarkan Al-Quran dalam surat Al-Hujuraat ayat 6 yang berkaitan dengan larangan berburuk sangka dan mengumpat . Firman Allah SWT maksudnya : “Hai orang-orang yang beriman, jika datang kepadamu orang fasik membawa suatu berita, maka periksalah dengan teliti agar kamu tidak menimpakan suatu musibah kepada suatu kaum tanpa mengetahui keadaannya yang menyebabkan kamu menyesal atas perbuatanmu itu”.
Sesuatu perkara yang cukup merbahaya berlaku dizaman ICT dan alam siber sekarang ini berita fitnah dan menjatuhkan aib seseorang boleh disebarkan di seluruh dunia hanya dengan beberapa perkataan dan tulisan, hinggakan orang yang difitnah tidak berupaya menjawabnya dan terpaksa menerima dan menaggung malu yang amat sangat. Berita palsu menuduh seseorang berzina dan meliwat tanpa membawa empat orang saksi yang adil akan membuat seseorang terpaksa menaggung dosa besar dan perlu dihukum dengan hukum qazab dirotan 80 kali dikhalayak ramai. Jika hukum qazab itu tidak dikenakan keatas mereka yang menuduh dan menyebarkannya di dunia ini maka mereka semua akan diazab dengan azab yang lebih berat dan lebih dahsyat di hari akhirat nanti. Umat Islam yang tidak ada kena mengena dengan fitnah tersebut tiba-tiba mereka mempercayainya dan sebarkan pula fitnah tersebut akan mendapat saham yang sama iaitu mendapat dosa besar.
Nabi SAW bersabda maksudnya : " Tidak masuk syurga orang yang suka menyebarkan fitnah ." (Hadis Riwayat Bukhari dan Muslim)
Hal ini sesuai dengan Al-Quran berdasarkan surat Al-Hujuraat ayat 11, firman Allah SWT yang maksudnya : “Hai orang-orang yang beriman, janganlah suatu kaum mengolok-olokkan kaum yang lain (kerana) boleh jadi mereka (yang diolok-olokkan) lebih baik dari mereka (yang mengolok-olokkan) dan jangan pula wanita-wanita (mengolok-olokkan) wanita-wanita lain (kerana) boleh jadi wanita-wanita (yang diperolok-olokkan) lebih baik dari wanita (yang mengolok-olokkan) dan janganlah kamu mencela dirimu sendiri dan janganlah kamu panggil memanggil dengan gelar-gelar yang buruk. Seburuk-buruk panggilan ialah (panggilan) yang buruk sesudah iman dan barangsiapa yang tidak bertaubat, maka mereka itulah orang-orang yang zalim”.
Hal ini sesuai dengan Al-Quran berdasarkan surat Al-Hujuraat ayat 12 , firman Allah SWT maksudnya : “Hai orang-orang yang beriman, jauhilah kebanyakan dari prasangka, sesungguhnya sebagian prasangka itu adalah dosa dan janganlah kamu mencari-cari kesalahan orang lain dan janganlah sebahagian kamu menggumpat sebahagian yang lain. Sukakah salah seorang di antara kamu memakan daging saudaranya yang sudah mati? Maka tentulah kamu merasa jijik kepadanya. Dan bertakwalah kepada Allah. Sesungguhnya Allah Maha Penerima Taubat lagi Maha Penyayang”.
Dalam surah an-Nuur ayat 15, firman Allah SWT maksudnya :“(Ingatlah) di waktu kamu menerima berita bohong itu dari mulut ke mulut dan kamu katakan dengan mulutmu apa yang tidak kamu ketahui sedikit juga dan kamu menganggapnya suatu yang ringan saja, padahal dalam pandangan Allah itu soal besar”.
Firman-Nya lagi dalam surah an-Nuur ayat 23 yang bermaksud : “Sesungguhnya orang-orang yang menuduh wanita-wanita yang baik-baik, yang lengah (tidak teringin untuk melakukan perbuatan keji) dan beriman (dengan tuduhan berzina), mereka kena laknat di dunia dan akhirat dan bagi mereka azab yang besar”.
Hal ini sesuai dengan firman Allah SWT berdasarkan surah al-Israa ayat 36 yang bermaksud :“Dan janganlah kamu mengikuti apa yang kamu tidak mempunyai pengetahuan tentangnya. Sesungguhnya pendengaran, penglihatan dan hati, semuanya itu akan diminta pertanggunganjawabnya”.
Sahabat yang dimuliakan,
Nabi SAW bersabda maksudnya : “Barangsiapa mengintai-intai keburukan saudaranya semuslim, maka Allah akan mengintai-intai keburukannya. Barangsiapa diintai keburukannya oleh Allah, maka Allah akan mengungkitnya (membongkarnya) walaupun dia melakukan itu di dalam (tengah-tengah) rumahnya”. (Hadis Riwayat Ahmad)
Rasulullah sangat membenci orang yang mengumpat, hingga baginda menegaskan bahawa kata-kata umpatan itu apabila dicampur dengan air laut akan mencemarkannya. Ini adalah gambaran tentang betapa bahaya dan besarnya dosa mengumpat. Sebab mengumpat dapat membatalkan pahala amal kebajikan seseorang. Di sisi lain, syaitan masih merasa mampu dan besar harapan untuk menghancurkan umat manusia sepanjang masa selagi masih ada kesempatan untuk membuat mereka bersedia mengumpat sesamanya. Padahal ketika melihat Allah disembah oleh umat manusia dengan pelaksanaan solat, syaitan sudah merasa putus asa. Itulah bahaya mengumpat, memfitnah, berprasangka buruk dan mencari kesalahan orang lain.
Dari Abi Musa r.a, dia telah berkata : “Aku pernah bertanya kepada Rasulullah : “Ya Rasulullah, muslim manakah yang lebih utama?” Jawab Rasulullah : “Orang yang kaum muslimin selamat dari gangguan lisan dan tangannya”. (Hadis Riwayat Bukhari dan Muslim)
Di dalam Islam ada terdapat beberapa perkara sahaja yang dibenarkan mengumpat diri seseorang dengan tujuan supaya dapat menyelamatkan seseorang atau pun untuk menegakkan kebenaran.
Terdapat enam (6) perkara yang tidak diharamkan mengumpat iaitu :
Pertama, At-Tazallum , iaitu kerana di zalimi atau untuk mencari keadilan.
Yaitu, mengkhabarkan akan kejahatan orang yang zalim kepada Qadi atau pihak berkuasa agama supaya menghukumnya.
Atau, mengkhabarkan akan kejahatan Qadi yang zalim kepada Sultan, supaya menghukumkannya. Maka, yang demikian itu harus (boleh).
Kedua , iaitu kerana mencari pertolongan kerana mahu menolak kemungkaran, dan mahu menolak perkara-perkara maksiat supaya perkara itu jadi baik.
Ertinya, harus (boleh) mengkhabarkan akan kejahatan orang kepada pihak berkuasa agama atau Sultan kerana sebab meminta tolong untuk menolakkan kejahatan orang itu.
Dan, harus (boleh) pula mengkhabarkan akan kejahatan orang yang berbuat maksiat kepada pihak berkuasa agama atau kepada Sultan kerana sebab meminta tolong supaya mengembalikan orang yang berbuat maksiat itu kepada berbuat kebajikan.
Ketiga, Al-Istifta’ , iaitu meminta fatwa daripada Mufti.
Yakni, harus (boleh) mengkhabarkan kejahatan orang kepada Mufti kerana menuntut fatwa kepadanya, seperti berkata seorang kepada Mufti,
“Bapa ku atau saudara ku, ia menzalimiku dengan berbuat kejahatan kepadaku. Apa hukumannya, dan apakah ada jalan yang boleh melepaskan aku daripada kejahatan tersebut?”
Seperti apa yang diriwayatkan daripada perempuan yang bernama Hindun. Maka dia telah menceritakan hal suaminya, Aba Sufyan kepada Nabi SAW dengan katanya;
“Bahawasanya Aba Sufyan lelaki yang kikir (kedekut). Padahal ia tiada memberi akan daku dan akan anak ku makanan dan pakaian yang memadai akan daku. Dan, adakah harus (boleh) aku mengambil akan makanan atau pakaian itu dengan tiada ia mengetahui akan yang demikian itu?"
Maka, Sabda Nabi SAW : “Ambil olehmu akan makanan dan pakaian itu yang memadai akan dikau dan akan anakmu dengan yang makruf (kebaikan), dan jikalau tiada ia mengetahui akan yang demikian itu sekalipun.”
Keempat , iaitu mengingatkan orang Islam akan kejahatan.
Ertinya, harus mengkhabarkan kejahatan seseorang kepada orang muslim daripada kejahatan orang itu.
Apabila kalian lihat akan seseorang baru menuntut ilmu kepada seseorang yang sesat atau jahat. Padahal, ia berulang pergi pada orang yang ahli bidaah. Yakni orang yang tiada baik iktiqadnya atau orang yang tiada baik agamanya.
Maka harus kalian khabarkan kepadanya akan kejahatan orang itu supaya jangan ia diberi kepercayaan kepadanya atau supaya jangan ia bersahabat dengan dia kerana bersahabat dengan orang demikian itu membawa kepada membinasakan akan agama.
Begitu juga dalam kalian ingin memilih kepimpinan, sekiranya calun pemimpin tersebut tidak amanah, suka mengambil rasuah, membuat maksiat dan dosa-dosa besar maka perlu diberitahu peribadinya kepada orang ramai supaya dia tidak dipilih menjadi pemimpin. Ini tidak dikira mengumpat kerana demi menjaga kemaslahatan umat Islam.
Jikalau bertanya seseorang untuk dijadikan saksi itu, jikalau kalian ketahui orang itu jahat. Maka harus kalian khabarkan akan kejahatan orang itu.
Jika orang yang berkehendak mencari calun isteri. Maka bertanya ia kepada kalian akan perempuan yang hendak diperbuatnya isteri itu. Padahal, ia adalah perempuan yang jahat perbuatannya. Maka harus kalian khabarkan akan kejahatan perempuan itu.
Jika seseorang berkehendak mencari isteri, jika bakal suaminya lelaki yang jahat maka kalian hendaklah beritahu bapa perempuan tersebut akan peribadi jahat lelaki tersebut.
Sabda Nabi SAW maksudnya : “Sebutkan oleh kamu akan orang yang Fajir, yakni orang yang fasik itu akan kejahatan yang ada di dalamnya itu supaya menjauhi akan dia itu oleh manusia.”
Kelima, mengenalkan seseorang dengan sebutan yang kurang baik, misalnya 'Mat Tempang', dikampung tersebut ramai nama Mat tetapi bila disebut nama 'Mat Tempang' maka ianya mudah dikenali. Bukan menghinanya tetapi ianya sudah menjadi kebiasaan.
Keenam,harus menyebutkan akan kejahatan orang yang telah masyhur akan fasiqnya itu, seperti orang yang masyhur dengan berzina. Atau, yang masyhur dengan berliwat. Atau, orang yang masyhur dengan meminum arak. Atau perkara-perkara mungkar yang lain.
Dan, kata Hasan Al-Basri rahimahullahu Taala,“Tiga orang tiada haram atas orang yang mengumpat bagi mereka itu.Pertama : Orang yang bidaah. Kedua : Orang yang Fasik yang menzahirkan ia akan maksiatnya itu
Dan Ketiga : Raja-raja yang zalim. Maka tiada haram atas seseorang menyebutkan akan pekerjaannya yang zalim itu.”
Sahabat yang dikasihi,
Marilah kita menjauhkan diri kita daripada segala bentuk fitnah, buruk sangka dan mengumpat, kerana semua perbuatan tersebut adalah dosa besar dan akan memasukkan seseorang itu kedalam neraka Jahanam. Dosa-dosa tersebut akan dibalas oleh Allah SWT di dunia lagi atau di saat kematiannya akan ditunjukkan oleh Allah SWT berlaku keatasnya su'ul khatimah nauzubillahiminzalik.
سْمِ اللهِ الرَّحْمنِ الرَّحِيْم
Segala puji bagi Allah, Tuhan sekelian alam. Selawat serta salam buat junjungan mulia Nabi Muhammad SAW keluarga serta para sahabat dan pengikut yang istiqamah menuruti baginda hingga ke hari kiamat.
Sahabat yang dirahmati Allah,
Nabi SAW bersabda maksudnya : “Tahukah kamu apa ghibah itu? Para sahabat menjawab : “Allah dan RasulNya lebih mengetahui”. Baginda bersabda : “Menyebut-nyebut sesuatu tentang saudaramu hal-hal yang dia tidak sukai”. (Hadis Riwayat Muslim)
Sebagai pengajaran marilah kita meneliti satu kisah benar berlaku di pinggiran Kota Madinah akibat daripada perbuatan suka mengumpat dan memfitnah.
Dikisahkan dari Amr bin Dinar, bahawa sesungguhnya di kota Madinah ada seorang lelaki yang memiliki saudara perempuan yang tinggal di pinggiran kota Madinah. Pada suatu hari saudara perempuannya itu menderita sakit, ia datang untuk menjenguknya dan mendapat ia sudah meninggal dunia, iapun mengiringinya sampai ke perkuburan apabila jenazah dikebumikan telah selesai, kemudian iapun segera pulang kembali kepada keluarganya ke rumahnya, namun setelah sampai di rumahnya ia teringat bahawa dompet sahabatnya telah jatuh ke liang kubur dan tertanam bersama mayat saudaranya itu.
Kerana mengingat isi dompet itu sangat penting, maka ia bermaksud akan menggali kuburan saudara perempuannya itu. Setelah mendapatkan izin dari ibunya dan saudaranya yang lain ia segera menggali kuburan, lalu ia mengangkat sebagian tutup liang lahat dengan sangat hati-hati.
“Celaka, aduh celaka ………!” Kata orang itu setelah melihat keadaan liang lahat, maka orang yang mengikutinya segera bertanya: “Ada apa yang berlaku, sehingga engkau kelihatan terperanjat dan bilang celaka, ceritakanlah kepadaku apa yang terjadi dengan saudaramu itu?”
Maka berceritalah ia, bahawa di dalam liang kubur tampak nyalaan api yang sedang menyala-nyala, lalu ia segera menemui ibunya untuk menanyakan perbuatan apa yang telah diperbuat oleh saudara perempuannya itu, ibunya berkata :
“Saudara perempuanmu itu selalu mendatangi pintu tetangganya dan mendengarkan apa yang dibicarakan oleh tetangganya itu (mengumpat), kemudian ia menyebarkan fitnah kepada para tetangganya yang lain."
Setelah mendengarkan penjelasan ibunya, maka lelaki itu segera mengetahui bahawa saudara perempuannya itu suka mengumpat dan menyebarkan fitnah sehingga menyebabkan ia mendapatkan seksa kubur. Itulah akibat orang yang suka mengumpat dan menyebarkan fitnah yang kelihatannya mudah dan mengasyikkan dan menyenangkan orang yang mengumpat.
Dari Hudzaifah r.a, katanya Rasulullah SAW telah bersabda : “Tidak akan pernah masuk syurga orang yang suka mengumpat”. (Hadis Riwayat Bukhari dan Muslim)
Apabila Allah SWT telah membuka hijab di antara alam barzakh dengan alam dunia, telah terlihat kubur orang yang suka mengumpat dan memfitnah ini kejadian luar biasa berlaku "mayat dibakar" ini bermakna tanda kemurkaan Allah SWT. kepada jenazah tersebut. Ini adalah contoh kematian su'ul khatimah.
Sesungguhnya berbicara itu mudah, tetapi berat menanggung akibatnya. Mulut ini bagaikan muncung teko yang hanya mengeluarkan isi teko. Apapun yang kita katakan lebih menunjukkan siapa sebenarnya diri kita. Misalnya, penghinaan kita terhadap seseorang lebih menunjukkan kehinaan diri kita sendiri dibandingkan kehinaan orang yang kita hina. Kritik dan komen yang kita sampaikan kepada seseorang itu jika tidak hati-hati lebih memperlihatkan kedengkian kita kepada kelebihan diri orang tersebut.
Perkataan yang baik adalah sifat seorang mukmin. Hendaknya setiap orang memastikan bahawa kata-kata yang akan diucapkannya benar-benar baik. Apabila kita tidak yakin akan dapat mengeluarkan kata-kata yang baik, diam itu lebih baik. Berkata yang baik tentunya akan lebih bermanfaat dibandingkan diam. Akan tetapi, menghindari akibat dari perkataan yang kurang baik akan lebih utama dibandingkan kita cuba berbicara yang akan mendatangkan keburukan kepada diri sendiri maupun orang lain.
Nabi SAW bersabda maksudnya : “Barangsiapa beriman kepada Allah dan hari akhir hendaklah berbicara yang baik-baik atau diam”. (Hadis Riwayat Bukhari dan Muslim)
Alangkah ruginya apabila waktu kita habis untuk sekedar bual-bual kosong hal-hal yang tidak penting. Terkadang kita tidak boleh memastikan apakah pembicaraan yang kita lakukan itu bermanfaat atau tidak. Bahkan, sering kita tidak berdaya untuk menghindar dari pembicaraan yang berisi fitnah, mengumpat dan menghina orang lain .
Semoga Allah SWT mengkaruniakan kepada kita kemampuan untuk menjaga lidah agar selalu berbicara yang bermanfaat.
Berdasarkan Al-Quran dalam surat Al-Hujuraat ayat 6 yang berkaitan dengan larangan berburuk sangka dan mengumpat . Firman Allah SWT maksudnya : “Hai orang-orang yang beriman, jika datang kepadamu orang fasik membawa suatu berita, maka periksalah dengan teliti agar kamu tidak menimpakan suatu musibah kepada suatu kaum tanpa mengetahui keadaannya yang menyebabkan kamu menyesal atas perbuatanmu itu”.
Sesuatu perkara yang cukup merbahaya berlaku dizaman ICT dan alam siber sekarang ini berita fitnah dan menjatuhkan aib seseorang boleh disebarkan di seluruh dunia hanya dengan beberapa perkataan dan tulisan, hinggakan orang yang difitnah tidak berupaya menjawabnya dan terpaksa menerima dan menaggung malu yang amat sangat. Berita palsu menuduh seseorang berzina dan meliwat tanpa membawa empat orang saksi yang adil akan membuat seseorang terpaksa menaggung dosa besar dan perlu dihukum dengan hukum qazab dirotan 80 kali dikhalayak ramai. Jika hukum qazab itu tidak dikenakan keatas mereka yang menuduh dan menyebarkannya di dunia ini maka mereka semua akan diazab dengan azab yang lebih berat dan lebih dahsyat di hari akhirat nanti. Umat Islam yang tidak ada kena mengena dengan fitnah tersebut tiba-tiba mereka mempercayainya dan sebarkan pula fitnah tersebut akan mendapat saham yang sama iaitu mendapat dosa besar.
Nabi SAW bersabda maksudnya : " Tidak masuk syurga orang yang suka menyebarkan fitnah ." (Hadis Riwayat Bukhari dan Muslim)
Hal ini sesuai dengan Al-Quran berdasarkan surat Al-Hujuraat ayat 11, firman Allah SWT yang maksudnya : “Hai orang-orang yang beriman, janganlah suatu kaum mengolok-olokkan kaum yang lain (kerana) boleh jadi mereka (yang diolok-olokkan) lebih baik dari mereka (yang mengolok-olokkan) dan jangan pula wanita-wanita (mengolok-olokkan) wanita-wanita lain (kerana) boleh jadi wanita-wanita (yang diperolok-olokkan) lebih baik dari wanita (yang mengolok-olokkan) dan janganlah kamu mencela dirimu sendiri dan janganlah kamu panggil memanggil dengan gelar-gelar yang buruk. Seburuk-buruk panggilan ialah (panggilan) yang buruk sesudah iman dan barangsiapa yang tidak bertaubat, maka mereka itulah orang-orang yang zalim”.
Hal ini sesuai dengan Al-Quran berdasarkan surat Al-Hujuraat ayat 12 , firman Allah SWT maksudnya : “Hai orang-orang yang beriman, jauhilah kebanyakan dari prasangka, sesungguhnya sebagian prasangka itu adalah dosa dan janganlah kamu mencari-cari kesalahan orang lain dan janganlah sebahagian kamu menggumpat sebahagian yang lain. Sukakah salah seorang di antara kamu memakan daging saudaranya yang sudah mati? Maka tentulah kamu merasa jijik kepadanya. Dan bertakwalah kepada Allah. Sesungguhnya Allah Maha Penerima Taubat lagi Maha Penyayang”.
Dalam surah an-Nuur ayat 15, firman Allah SWT maksudnya :“(Ingatlah) di waktu kamu menerima berita bohong itu dari mulut ke mulut dan kamu katakan dengan mulutmu apa yang tidak kamu ketahui sedikit juga dan kamu menganggapnya suatu yang ringan saja, padahal dalam pandangan Allah itu soal besar”.
Firman-Nya lagi dalam surah an-Nuur ayat 23 yang bermaksud : “Sesungguhnya orang-orang yang menuduh wanita-wanita yang baik-baik, yang lengah (tidak teringin untuk melakukan perbuatan keji) dan beriman (dengan tuduhan berzina), mereka kena laknat di dunia dan akhirat dan bagi mereka azab yang besar”.
Hal ini sesuai dengan firman Allah SWT berdasarkan surah al-Israa ayat 36 yang bermaksud :“Dan janganlah kamu mengikuti apa yang kamu tidak mempunyai pengetahuan tentangnya. Sesungguhnya pendengaran, penglihatan dan hati, semuanya itu akan diminta pertanggunganjawabnya”.
Sahabat yang dimuliakan,
Nabi SAW bersabda maksudnya : “Barangsiapa mengintai-intai keburukan saudaranya semuslim, maka Allah akan mengintai-intai keburukannya. Barangsiapa diintai keburukannya oleh Allah, maka Allah akan mengungkitnya (membongkarnya) walaupun dia melakukan itu di dalam (tengah-tengah) rumahnya”. (Hadis Riwayat Ahmad)
Rasulullah sangat membenci orang yang mengumpat, hingga baginda menegaskan bahawa kata-kata umpatan itu apabila dicampur dengan air laut akan mencemarkannya. Ini adalah gambaran tentang betapa bahaya dan besarnya dosa mengumpat. Sebab mengumpat dapat membatalkan pahala amal kebajikan seseorang. Di sisi lain, syaitan masih merasa mampu dan besar harapan untuk menghancurkan umat manusia sepanjang masa selagi masih ada kesempatan untuk membuat mereka bersedia mengumpat sesamanya. Padahal ketika melihat Allah disembah oleh umat manusia dengan pelaksanaan solat, syaitan sudah merasa putus asa. Itulah bahaya mengumpat, memfitnah, berprasangka buruk dan mencari kesalahan orang lain.
Dari Abi Musa r.a, dia telah berkata : “Aku pernah bertanya kepada Rasulullah : “Ya Rasulullah, muslim manakah yang lebih utama?” Jawab Rasulullah : “Orang yang kaum muslimin selamat dari gangguan lisan dan tangannya”. (Hadis Riwayat Bukhari dan Muslim)
Di dalam Islam ada terdapat beberapa perkara sahaja yang dibenarkan mengumpat diri seseorang dengan tujuan supaya dapat menyelamatkan seseorang atau pun untuk menegakkan kebenaran.
Terdapat enam (6) perkara yang tidak diharamkan mengumpat iaitu :
Pertama, At-Tazallum , iaitu kerana di zalimi atau untuk mencari keadilan.
Yaitu, mengkhabarkan akan kejahatan orang yang zalim kepada Qadi atau pihak berkuasa agama supaya menghukumnya.
Atau, mengkhabarkan akan kejahatan Qadi yang zalim kepada Sultan, supaya menghukumkannya. Maka, yang demikian itu harus (boleh).
Kedua , iaitu kerana mencari pertolongan kerana mahu menolak kemungkaran, dan mahu menolak perkara-perkara maksiat supaya perkara itu jadi baik.
Ertinya, harus (boleh) mengkhabarkan akan kejahatan orang kepada pihak berkuasa agama atau Sultan kerana sebab meminta tolong untuk menolakkan kejahatan orang itu.
Dan, harus (boleh) pula mengkhabarkan akan kejahatan orang yang berbuat maksiat kepada pihak berkuasa agama atau kepada Sultan kerana sebab meminta tolong supaya mengembalikan orang yang berbuat maksiat itu kepada berbuat kebajikan.
Ketiga, Al-Istifta’ , iaitu meminta fatwa daripada Mufti.
Yakni, harus (boleh) mengkhabarkan kejahatan orang kepada Mufti kerana menuntut fatwa kepadanya, seperti berkata seorang kepada Mufti,
“Bapa ku atau saudara ku, ia menzalimiku dengan berbuat kejahatan kepadaku. Apa hukumannya, dan apakah ada jalan yang boleh melepaskan aku daripada kejahatan tersebut?”
Seperti apa yang diriwayatkan daripada perempuan yang bernama Hindun. Maka dia telah menceritakan hal suaminya, Aba Sufyan kepada Nabi SAW dengan katanya;
“Bahawasanya Aba Sufyan lelaki yang kikir (kedekut). Padahal ia tiada memberi akan daku dan akan anak ku makanan dan pakaian yang memadai akan daku. Dan, adakah harus (boleh) aku mengambil akan makanan atau pakaian itu dengan tiada ia mengetahui akan yang demikian itu?"
Maka, Sabda Nabi SAW : “Ambil olehmu akan makanan dan pakaian itu yang memadai akan dikau dan akan anakmu dengan yang makruf (kebaikan), dan jikalau tiada ia mengetahui akan yang demikian itu sekalipun.”
Keempat , iaitu mengingatkan orang Islam akan kejahatan.
Ertinya, harus mengkhabarkan kejahatan seseorang kepada orang muslim daripada kejahatan orang itu.
Apabila kalian lihat akan seseorang baru menuntut ilmu kepada seseorang yang sesat atau jahat. Padahal, ia berulang pergi pada orang yang ahli bidaah. Yakni orang yang tiada baik iktiqadnya atau orang yang tiada baik agamanya.
Maka harus kalian khabarkan kepadanya akan kejahatan orang itu supaya jangan ia diberi kepercayaan kepadanya atau supaya jangan ia bersahabat dengan dia kerana bersahabat dengan orang demikian itu membawa kepada membinasakan akan agama.
Begitu juga dalam kalian ingin memilih kepimpinan, sekiranya calun pemimpin tersebut tidak amanah, suka mengambil rasuah, membuat maksiat dan dosa-dosa besar maka perlu diberitahu peribadinya kepada orang ramai supaya dia tidak dipilih menjadi pemimpin. Ini tidak dikira mengumpat kerana demi menjaga kemaslahatan umat Islam.
Jikalau bertanya seseorang untuk dijadikan saksi itu, jikalau kalian ketahui orang itu jahat. Maka harus kalian khabarkan akan kejahatan orang itu.
Jika orang yang berkehendak mencari calun isteri. Maka bertanya ia kepada kalian akan perempuan yang hendak diperbuatnya isteri itu. Padahal, ia adalah perempuan yang jahat perbuatannya. Maka harus kalian khabarkan akan kejahatan perempuan itu.
Jika seseorang berkehendak mencari isteri, jika bakal suaminya lelaki yang jahat maka kalian hendaklah beritahu bapa perempuan tersebut akan peribadi jahat lelaki tersebut.
Sabda Nabi SAW maksudnya : “Sebutkan oleh kamu akan orang yang Fajir, yakni orang yang fasik itu akan kejahatan yang ada di dalamnya itu supaya menjauhi akan dia itu oleh manusia.”
Kelima, mengenalkan seseorang dengan sebutan yang kurang baik, misalnya 'Mat Tempang', dikampung tersebut ramai nama Mat tetapi bila disebut nama 'Mat Tempang' maka ianya mudah dikenali. Bukan menghinanya tetapi ianya sudah menjadi kebiasaan.
Keenam,harus menyebutkan akan kejahatan orang yang telah masyhur akan fasiqnya itu, seperti orang yang masyhur dengan berzina. Atau, yang masyhur dengan berliwat. Atau, orang yang masyhur dengan meminum arak. Atau perkara-perkara mungkar yang lain.
Dan, kata Hasan Al-Basri rahimahullahu Taala,“Tiga orang tiada haram atas orang yang mengumpat bagi mereka itu.Pertama : Orang yang bidaah. Kedua : Orang yang Fasik yang menzahirkan ia akan maksiatnya itu
Dan Ketiga : Raja-raja yang zalim. Maka tiada haram atas seseorang menyebutkan akan pekerjaannya yang zalim itu.”
Sahabat yang dikasihi,
Marilah kita menjauhkan diri kita daripada segala bentuk fitnah, buruk sangka dan mengumpat, kerana semua perbuatan tersebut adalah dosa besar dan akan memasukkan seseorang itu kedalam neraka Jahanam. Dosa-dosa tersebut akan dibalas oleh Allah SWT di dunia lagi atau di saat kematiannya akan ditunjukkan oleh Allah SWT berlaku keatasnya su'ul khatimah nauzubillahiminzalik.
No comments:
Post a Comment