Friday, May 27, 2011

Fadilat dan Kebaikan Selawat Kepada Nabi SAW

أًلسَّلاَمُ عَلَيْكُمْ

بِسْمِ اللهِ الرَّحْمنِ الرَّحِيْمِ

Segala puji bagi Allah, Tuhan sekelian alam. Selawat serta salam buat junjungan mulia Nabi Muhammad S.A.W. keluarga serta para sahabat dan pengikut yang istiqamah menuruti baginda hingga ke hari kiamat.

Sahabat yang dirahmati Allah,
Tanda kita kasih dan cinta kepada Rasulullah SAW  adalah kita melaksanakan semua perintah yang diarahkan oleh baginda dan kita menjauhi  semua larangannya. Kerana semua perintah dan larangannya adalah datangnya daripada Allah SWT. Nabi SAW tidak mengatakan sesuatu melainkan apa yang diwahyukan oleh Allah SWT. Selain daripada itu kita hendaklah mengikuti amalan dan sunnah Nabi SAW setiap hari yang dilaksanakan baginda dalam kehidupan . 

Jalan untuk melahirkan kecintaan kita kepada Nabi SAW. adalah dengan kita banyakkan berselawat. Allah SWT  berfirman maksudnya : “Sesungguhnya Allah dan malaikat-malaikat-Nya berselawat untuk Nabi. Wahai orang-orang yang beriman, berselawatlah kamu untuk Nabi dan ucapkanlah salam penghormatan kepadanya”.
(Surah al-Ahzab ayat 56)

Berselawat ke atas Rasulullah SAW bermakna kita berdoa memohon supaya Allah melimpahkan rahmat, menambahkan kemuliaan, kehormatan dan kepujian kepada penghulu kita, Nabi Muhammad SAW.

Nabi SAW bersabda maksudnya : " Siapa berselawat kepada Nabi SAW sekali. nescaya dia akan di selawatkan Allah dan para Malaikat-Nya sebanyak 70 kali."
(Hadis Riwayat Ahmad)

Dalam hadis yang lain Nabi SAW  bersabda maksudnya : " Sesuatu doa terdinding (terhalang) sehinggalah seseorang yang berdoa berselawat kepada Nabi SAW. "
(Hadis Riwayat At-Tabaraani)

Sahabat yang dimuliakan,
Untuk kita melihat fadilat dan kebaikan berselawat kepada Nabi SAW, terdapat beberapa kisah dan peristiwa yang berlaku di zaman Nabi SAW dan zaman tabiin (zaman selepas sahabat-sahabat Rasulullah SAW) yang menceritakkan keajaiban seseorang yang sentiasa mengamalkan selawat kepada Nabi SAW.

Pertama : Kisah Seorang Musafir dan ayahnya.

Di ceritakan bahawa  seorang musafir bersama ayahnya. Si musafir mengisahkan bahawa di suatu ketika di suatu negeri, ayahnya meninggal dunia sehingga wajah dan sekujur tubuhnya menjadi hitam dan perutnya membusung. Si musafir lalu mengucapkan “La haula wala quwwata illa billahil aliyyil azhim (Tiada daya dan kekuatan kecuali Allah Yang Maha Tinggi lagi Maha Agung).

Ayah si musafir tersebut mati dalam kedukaan (su'ul khatimah), keadaan yang menyayat hati ini berlaku kerana perbuatan ayahnya semasa hidup kerapa melakukan dosa-dosa besar. Pada masa itulah si musafir merasakan beban teramat berat menimpanya kerana mendapatkan ayahnya mati dalam keadaan seperti itu. Tetapi, ketika dia bersama jenazah ayahnya dia terlelap sebentar. Dia bermimpi bahawa seorang laki-laki yang sangat tampan dan tubuhnya dipenuhi bulu halus datang kepada ayahnya dan menyapu wajah dan tubuh ayahnya tersebut dengan tangannya sehingga jasad ayahnya menjadi putih kembali, bahkan lebih ceria daripada bentuknya semula dan berseri-seri dengan cahaya.

Melihat perbuatan baik lelaki ini terhadap ayahnya si musafir takjub dan kemudian bertanya, “Siapakah tuan ini, yang telah menyampaikan karunia Ilahi atas ayahku?”

Lelaki yang baik  itu menjawab, “Aku adalah Rasulullah. Ayahmu termasuk dianatara orang-orang yang memperbanyakan selawat ke atasku. Maka, tatkala dia banyak melakukannya aku pun datang untuk membersihkannya.”

Kemudian si musafir merasa sangat berbahagia. Dia melihat pancaran dan cahaya keputihan itu ada pada ayahnya. Dia mengucapkan puji syukur kehadirat Allah SWT dan mengagongkan Allah SWT di hatinya serta berselawat kepada Nabi SAW.

Kedua : Kisah Unta Menjadi Saksi Bagi Orang Yang di Fitnah.

Pada masa permulaan Islam, ada seorang muslim yang difitnah telah mencuri seekor unta. Orang yang membuat fitnah membawakan saksi-saksi palsu, yakni orang-orang munafik yang tidak segan untuk bersumpah palsu. Maka, orang yang tidak bersalah itu diputus oleh hakim sebagai pencuri.

Menurut hukum Islam, seorang pencuri harus dihukum potong tangan. Lalu, orang mukmin yang malang ini pun berdoa, “Tuhanku, Engkau Mahakuasa atas segala sesuatu. Mereka telah memfitnahku. Aku tidak mencuri unta itu. Engkau Maha Mengetahui, selamatkanlah aku dari kehinaan ini, kerana aku telah berselawat kepada Nabi yang paling mulia. Engkau Maha Berkuasa, izinkanlah unta itu berbicara. Jadikanlah ia sebagai saksiku.”

Setelah berdoa demikian, dia memohon dengan bersungguh-sungguh, semoga dikurniakan rahmat Allah SWT keatas dirinya. Tidak sukar bagi Tuhan yang Maha Perkasa dan Maha Kuasa untuk membuat unta tersebut dapat berbicara dengan bahasa manusia. Hewan ini berkata, “ Ya, Rasulullah, aku milik orang beriman ini. Orang-orang itu adalah saksi palsu dan si pemfitnah telah membuat tuduhan palsu terhadap orang mukmin sejati ini.” Lantas unta tersebut mendekati pemiliknya dengan sikap tunduk dan duduk didepannya.

Dengan kebenaran ini dan keajiban yang ditunjukkan oleh Allah SWT, apabila unta sendiri yang menjadi saksi, maka orang yang membuat fitnah dan persaksian palsu dari kalangan orang-orang munafik tersebut  mereka semua menjadi amat malu dan tergamam dan terbongkarlah konsperasi jahat mereka untuk menzalimi orang mukmin yang tidak bersalah . Seiring dengan kejadia  itu, telah melahirkan cahaya iman dalam hati orang-orang yang turut menyaksikan peristiwa yang menakjubkan ini.

Nabi Muhammad SAW bertanya, “Wahai orang mukmin, bagaimana engkau dapat memperoleh keajaiban itu?”

Orang mukmin tadi menjawab, "Ya Rasulullah, saya selalu berselawat kepadamu sepuluh kali sebelum tidur.”

Nabi SAW  bersabda maksudnya : “Kerana selawatmu kepadaku, Allah SWT bukan hanya menyelamatkanmu dari hukuman potong tangan di dunia ini, tetapi juga akan menyelamatkanmu dari seksa neraka di akhirat. Barangsiapa berselawat kepadaku sepuluh kali pada petang hari dan sepuluh kali pada pagi hari, Allah SWT akan membangkitkannya bersama para nabi kesayangan dan kepercayaanNya dan wali-wali yang patuh, dan Dia akan melimpahkan berkah kepadanya sebagaimana berkah kepada nabiNya."

Ketiga : Kisah Sufyan Ats-Sauri dan Anak Tukang Riba.

Sufyan ats-Sauri mengatakan :  “ Aku pergi haji. Manakala tawaf di Kaabah, aku melihat seorang pemuda yang tidak berdoa apapun selain hanya berselawat kepada Nabi SAW. Baik ketika di Kaabah, di Padang Arafah, di mudzalifah dan Mina, atau ketika tawaf di Baitullah, doanya hanayalah selawat kepada baginda Nabi SAW.”

Apabila berkesempatan dan masa yang sesuai aku bertanya kepadanya dengan hati-hati : “Sahabatku, ada doa khusus untuk setiap tempat. Jikalau engkau tidak mengetahuinya, perkenankanlah aku mengajarimu.”

Pemuda itu berkata, “Aku tahu semuanya. Izinkan aku menceritakan apa yang terjadi padaku agar engkau mengerti tindakanku yang aneh ini.”

“Aku berasal dari Khurasan. Ketika para jamaah haji mulai berangkat meninggalkan daerah kami, ayahku dan aku mengikuti mereka untuk menunaikan kewajiban agama kami. Naik turun gunung, lembah, dan gurun. Kami akhirnya memasuki kota Kufah. Disana ayahku jatuh sakit, dan pada tengah malam dia meninggal dunia.

Dan aku mengkafani jenazahnya. Agar tidak mengganggu jemaah lain, aku duduk menangis dalam batin dan menyerahkan segala urusan pada Allah SWT. Sejenak kemudian, aku merasa ingin sekali menatap wajah ayahku, yang meninggalkanku seorang diri di daerah asing itu. Akan tetapi, ketika aku membuka kafan penutup wajahnya, aku melihat kepala ayahku berubah jadi kepala keledai. Terperanjat dengan pemandangan ini, aku tidak tahu apa yang mesti kulakukan. Aku tidak dapat menceritakan hal ini pada orang lain. Sewaktu duduk merenung, aku tertidur.

Lalu aku bermimpi bertemu dengan seorang lelaki yang menutup wajahnya. Seraya membuka penutup wajahnya, dia berkata, “Alangkah tampak sedih engkau! Ada apakah gerangan?” Aku pun berkata, “Tuan, yang menimpaku adalah suatu yang mendukacitakan. Tapi, aku tak boleh meratap supaya orang lain tak bersedih.”

Lalu orang asing itu mendekati jenazah ayahku, membuka kain kafannya, dan mengusap wajahnya. Aku berdiri dan melihat wajah ayahku lebih berseri-seri  wajah tuanya. Wajahnya bersinar seperti bulan purnama. Melihat keajaiban ini, aku mendekati orang itu dan bertanya, “Siapakah tuan ini, wahai kekasih kebaikan?”

Dia menjawab, “Aku Muhammad al Musthafa” (semoga Allah melimpahkan kemuliaan dan kedamaian kepada Rasul pilihanNya).

Mendengar perkataan ini, aku pun langsung berlutut di kakinya, menangis dan berkata, “Masya Allah, ada apa ini? Demi Allah, mohon engkau menjelaskannya ya Rasulullah.”
Kemudian dengan lembut baginda berkata, “Ayahmu dulunya megamalkan riba. Baik di dunia ini maupun di akhirat nanti, wajah mereka berubah menjadi wajah keledai, tetapi disini Allah Yang Maha Agung mengubah lagi wajah ayahmu. Ayahmu dulu mempunyai sifat dan kebiasaan yang baik. Setiap malam sebelum tidur, dia melafalkan selawat seratus kali untukku. Saat diberitahu perihal nasib ayahmu, aku segera memohon izin Allah untuk memberinya syafaat kerana selawatnya kepadaku. Setelah diizinkan, aku datang dan menyelamatkan ayahmu dengan syafaatku.”

Sufyan mengatakan : “Anak muda itu berkata, 'Sejak saat itulah aku bersumpah untuk tidak berdoa selain selawat kepada Rasulullah, sebab aku tahu hanya selawatlah yang diperlukankan manusia di dunia dan di akhirat.”

Dalam sebuah riwayat, Rasulullah SAW telah bersabda bahwa, “Malaikat Jibril, Mikail, Israfil, dan Izrail alaihumus salam telah berkata kepadaku. Jibril a.s. berkata, “Wahai Rasulullah, siapa yang membaca selawat atasmu tiap-tiap hari sebanyak sepuluh kali, maka akan ku bimbing tangannya dan akan ku bawa dia melintasi titian seperti kilat menyambar.”

Berkata pula Mikail a.s., “Mereka yang berselawat atasmu akan aku beri mereka itu minum dari telagamu.”

Dan Israfil a.s. berkata pula, “Mereka yang berselawat kepadamu, maka aku akan bersujud kepada Allah SWT dan aku tidak akan mengangkat kepalaku sehingga Allah SWT mengampuni orang itu.”

Kemudian Malaikat Izrail a.s. pun berkata, ”Bagi mereka yang berselawat atasmu, akan aku cabut roh mereka itu dengan selembut-lembutnya seperti aku mencabut roh para nabi.”
Bagaimana kita tidak cinta kepada Rasulullah SAW? Sementara para malaikat memberikan jaminan masing-masing untuk orang-orang yang berselawat atas Rasulullah SAW.

Sahabat yang dikasihi,
Dengan kisah yang dikemukakan ini, semoga kita tidak akan melepaskan peluang untuk selalu berselawat kepada pemimpin kita, cahaya dan pemberi syafaat kita, Nabi Muhammad SAW. Mudah-mudahan kita menjadi orang-orang kesayangan Allah SWT, Rasul, dan para MalaikatNya.

Semoga selawat, salam, serta berkah sentiasa diberikan kepada Penghulu kita Nabi Muhammad SAW, ahli keluarga baginda, sahabat-sahabat baginda dan mereka-mereka yang sentiasa mengikuti sunnah dan ajaran baginda daripada kaum muslimin dan muslimat dari masa ke masa sehingga hari kiamat.

No comments: